Berangkat ke Malaysia, Prima Jadi Satu-satunya Mahasiswa S1 di Forum Forensik Asia

ADVERTISEMENT

Berangkat ke Malaysia, Prima Jadi Satu-satunya Mahasiswa S1 di Forum Forensik Asia

Nikita Rosa - detikEdu
Senin, 18 Sep 2023 07:30 WIB
Prima Jadi Satu-satunya Mahasiswa S1 di Forum Forensik Asia
Prima Jadi Satu-satunya Mahasiswa S1 di Forum Forensik Asia. (Foto: Humas Unair)
Jakarta -

Prima Dini Antares turut serta dalam forum Asian Forensic Sciences Network (AFSN) Annual Meeting yang ke-15 pada 11-15 September 2023 di Kuala Lumpur, Malaysia. Mahasiswa Universitas Airlangga (Unair) itu merupakan satu-satunya mahasiswa S1 di forum tersebut.

Awalnya, Dini ditawari oleh dosen Antropologi peminatan ragawi Prof Dr Phil Toetik Koesbardiati DFM PA (k) untuk mengikuti forum. Dini terus mendapat bimbingan hingga tahap penelitian.

"Awalnya ditawari oleh beliau (Prof Dr Phil Toetik), mau ikut apa tidak. Terus setelah itu saya membantu dalam proses penelitian mulai dari menghitung data, identifikasi tengkorak, dan lainnya," ungkap Dini dalam laman Unair dikutip Sabtu (16/9/2023).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Paparkan Metode Alternatif

Dalam forum forensik Asia itu, Dini memaparkan metode membedakan jenis kelamin pada sisa rangka manusia. Metode bernama antropometri segitiga MAP (Mastoid, Asterion, dan Porion) ia jelaskan menggunakan sampel orang Indonesia.

"Sebelumnya, pernah ada penelitian dari luar, dari Brazil dan Nigeria. Nah, punya kita sampel orang Indonesia dengan segitiga MAP," ujarnya.

ADVERTISEMENT

Dini bertekad mencari metode alternatif untuk membedakan jenis kelamin. Menurutnya, metode umum yang dipakai yakni metode non-metrik, terlalu sulit untuk pemula.

"Metode matrik segitiga MAP ini lebih mudah bagi pemula," katanya.

Tambah Wawasan

Dengan mengikuti AFSN, Dini mendapat banyak pandangan baru terkait forensik. Salah satunya tentang cara menangani kasus orang tenggelam. Ia juga berkesempatan bertemu dengan ahli forensik dari berbagai negara di Asia.

"Banyak insight dari orang-orang penting di bidangnya. Kaya bagaimana cara mereka menyelesaikan suatu kasus. Kaya kasus child abuse, kasus tenggelam," katanya.

"Jadi, saya merasa kaya teknologi di bagian forensik itu sudah maju banget. Terus saya juga sadar kalo orang-orang di sini bukan orang main-main. Mereka benar-benar orang yang udah punya pengalaman banyak banget dan koneksinya juga luas," tambahnya.

Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Unair itu berharap, ada perwakilan lagi dari antropologi untuk tahun mendatang.




(nir/faz)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads