Beberapa peneliti dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) tengah mengembangkan teknologi virtual reality (VR) yang digunakan untuk konservasi bangunan bersejarah.
Dosen Departemen Desain Interior ITS Okta Putra Setio Ardianto ST MT mengatakan bahwa teknologi VR termasuk teknologi imersif sehingga bisa menunjukkan gambaran realitas yang tinggi hingga mencapai 360 derajat.
Menurutnya konservasi bangunan bersejarah lewat VR ini bisa dinikmati di masa depan dan bisa menjadi media promosi pariwisata bangunan bersejarah di Surabaya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Bisa juga menjadi media promosi pariwisata sejarah dan budaya Kota Surabaya," kata Okta, dilansir dari laman ITS, Jumat (8/9/2023).
Proses Percobaan VR
Percobaan ini dilakukan oleh tim peneliti yakni dosen Departemen Desain Interior ITS yakni Dr Mahendra Wardhana ST MT, Thomas Ari Kristianto SSn MT, Caesario Ari Budianto ST MT, dan Anggra Ayu Rucitra ST MMT.
Adapun beberapa dosen dari luar yakni dosen Universitas Ciputra, Dyah Kusumawardhani ST MArs, Yusuf Ariyanto ST MArs, dan Melania Rahadiyanti ST MT. Selain dosen, tim peneliti pun melibatkan 5 orang mahasiswa.
Okta mengatakan percobaan VR dalam konservasi bangunan bersejarah ini merupakan bagian dari penelitian yang bertujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan pengembangan VR dalam memindai objek 3D. Selain itu, penelitian bertujuan untuk mengetahui tingkat identifikasi spasial objek pengguna di dalamnya.
Secara rinci, proses percobaan VR ini dilakukan mulai dari survei lokasi, scan LiDAR ruangan, scan fotogrametri material dan konten, perapian geometri 3D, pengembangan VR, hingga uji coba di laboratorium.
Media Pelestarian Cagar Budaya
Menurut Okta, para naracoba mengatakan bahwa apa yang terlihat pada VR terasa sangat nyata dan memiliki kemiripan baik dari segi nuansa pencahayaan hingga skala ruangannya.
Percobaan tersebut dilakukan saat menampilkan kembaran digital kamar kos Bung Karno dan kamar pribadi HOS Tjokroaminoto yang terletak di Peneleh, Surabaya.
"Hanya sedikit perlu perbaikan di visual detail material ruang saja," ujarnya.
Ia mengatakan bahwa bangunan yang bisa dipindai saat ini masih terbatas dan hanya yang ada di bawah pengelolaan Dinas Pariwisata Surabaya. Meski demikian, Okta mengatakan bahwa inovasi ini bisa dikembangkan lebih masif ke depannya.
"Tidak hanya di Surabaya, tetapi juga bisa menjangkau seluruh cagar budaya di Indonesia," pungkasnya.
(cyu/faz)