![]() |
Kompetisi Pakai Biaya Pribadi
Terkait keberhasilannya ini, Arsa mengaku tidak bisa mencapainya tanpa bantuan orang tua. Semua perlengkapan panahan, kuda hingga biaya untuk berkompetisi di luar negeri juga dipenuhi oleh kedua orang tuanya.
"Semua kompetisi yang Arsa ikuti sejak 2021-2023 ini semuanya biaya pribadi, tidak ada dukungan dari organisasi atau pemerintah," ungkapnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain itu, sekolahnya yakni MilBos International Bogor juga ikut mendukung prestasi Arsa terlebih dalam masalah kelonggaran waktu belajar. Karena menurut Arsa, ketika ia mengikuti kompetisi di luar negeri minimal memerlukan waktu 10 hari untuk izin dari sekolah dan hal tersebut terpenuhi.
Prestasi yang diacapai Arsa ini tentu membanggakan nama Indonesia di mata dunia. Namun, ia mengaku sejauh ini pemerintah memberikan apresiasi kepadanya melalui kedutaan besar tempat negaranya bertanding.
Karena setiap bertanding, Arsa akan memberi tahu Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) setempat dan pihak KBRI akan datang untuk memberi dukungan dan ucapan terima kasih. Arsa menganggap hal ini sudah lebih dari cukup.
"Tapi bagi Arsa itu sudah cukup karena Arsa memahami Horseback Archery di Indonesia belum menjadi olahraga yang popular, Arsa berjuang dengan berusaha membuktikan bahwa anak-anak muda Indonesia itu hebat dan setara kemahirannya dengan para pemanah berkuda di seluruh dunia," tegasnya.
Fokus Lanjutkan Pendidikan
Meski dengan rentetan gelar yang berhasil ia dapatkan, Arsa mengaku prioritas pertamanya tetaplah pendidikan. Panahan berkuda baginya hanya ekstrakurikuler dan bagian dari pendidikan kepemimpinan dalam hidupnya.
Ia menekankan, gelarnya sebagai juara dalam kompetisi hanyalah bonus atas kerja kerasnya. Melalui pencapaiannya ini, Arsa berharap agar bisa menjadi inspirasi anak muda di Indonesia.
"Pesan ayah saya, lawan abadi dalam kompetisi itu bukan kompetitor lain tapi diri kita sendiri. Arsa dilatih untuk bertarung mengalahkan diri sendiri secara mental agar tidak egois atau sombong," ungkapnya.
Begitupun Sunaryo, yang berharap anak-anaknya tetap berjalan di jalur prestasi pendidikan formal. Terlebih kini Arsa segera memasuki kehidupan baru di bangku kuliah, Arum memasuki SMA dan Zaky kini tengah berkuliah di University of Jordan di Yordania.
Lebih jauh Arsa berharap, keberhasilannya ini akan menjadi jalan pembuka olahraga pemanah berkuda ikut disukai banyak pemuda di Indonesia. Dengan demikian, akan ada prestasi lain yang diciptakan agar semakin mendunia.
"Ada olahraga yang menarik dan antimainstream di dunia ini yang belum banyak penggiatnya. Mari kita belajar bersama untuk mengembangkan olahraga ini dan kita kibarkan merah putih di seluruh penjuru bumi. Kita harus bangga sebagai Indonesia," tutup Arsa.
Simak Video "Video: Alasan di Balik Pemilihan Daerah Pembangunan SMA Unggulan Garuda Baru"
[Gambas:Video 20detik]
(nwk/nwk)