Dessi Yasmita baru diangkat sebagai kepala sekolah setelah 28 tahun mengabdi sebagai guru. Uniknya, daerah tempat sekolah yang dipimpin Dessi berbatasan langsung dengan wilayah lautan negara tetangga, Malaysia.
Dessi memimpin SDN 27 Bantan Bengkalis, Provinsi Riau yang masuk kategori daerah terdepan Indonesia. Berada di wilayah pinggir pantai, murid dan guru biasa melihat pemandangan lalu lintas perdagangan mancanegara.
"Itu daerah pinggir. Kalau di pinggir pantai, nanti nyeberang ke sana sudah Malaysia. Jadi sering lalu lintas nelayan itu yang ke Malaysia lewat sana. Tidak jauh dari Pelabuhan Selat Baru," kata Dessi kepada detikEdu dikutip Kamis (17/8/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sekolah yang ia pimpin itu, menurutnya, masih jauh dari kata sempurna. Dari segi fisik, jumlah ruang yang disediakan masih terbatas dan belum disediakan ruang perpustakaan.
"Kalau dilihat kondisi sekolahnya secara layak, untuk murid sebanyak itu, masih jauh dari normal," keluhnya.
SDN 27 Bantan Bengkalis saat ini memiliki 178 murid dengan guru dan tenaga kependidikan berjumlah 15 orang saja. Meski demikian, Dessi yakin setiap guru berkomitmen untuk memberikan yang terbaik pada murid.
Tembus Adiwiyata Nasional
Meski dalam kondisi kekurangan, Dessi dan para guru mengajak peserta didik serta masyarakat dalam memberdayakan lingkungan sekitar.
"Masyarakat juga kita berdayakan biar bisa mendukung apa yang kita lakukan. Karena lingkungannya, kamu juga sering menanam mangrove, pembibitan, membuat hidroponik, untuk memberdayakan lingkungan," jelasnya.
Berkat usaha Dessi dan para guru, SDN 27 Bengkalis berhasil menyabet Sekolah Adiwiyata Nasional. Gelar Adiwiyata Nasional diberikan kepada sekolah yang telah menerapkan hidup peduli lingkungan dari tingkat kabupaten, provinsi, hingga nasional.
"Kami bermitra dengan berbagai pihak, termasuk dengan desa, dengan dinas lingkungan hidup, juga dengan dinas kesehatan. Jadi segala yang kita butuhkan terkait mitra itu berdayakan semuanya," papar Dessi.
Dorong Gerakan Literasi
Salah satu tantangan yang Dessi dan para guru SDN 27 Bantan hadapi yakni mayoritas orang tua siswa tidak memiliki latar belakang pendidikan menengah dan tinggi.
"Pendidikan rata-rata mereka tamat SD. Bahkan ada yang tidak sekolah. Jadi kami edukasinya tidak semudah yang sudah berpendidikan," jelasnya.
Kendati demikian, Dessi dan para guru senantiasa menekankan pentingnya budaya literasi. Sekolah telah menyediakan pojok literasi untuk membiasakan budaya baca. Ia juga mendorong orang tua untuk menjaga kebiasaan membaca anak.
Berkat program tersebut, minat baca siswa meningkat. Bahkan, hal ini terlihat pada hasil Rapor Pendidikan.
"Di rapor pendidikan di bagian literasi alhamdulillah literasinya baik. Jadi 78, meningkat 24 persen dari tahun lalu," ujar Dessi bangga.
Dengan prestasi yang tumbuh dari keterbatasan, Dessi berharap fasilitas dan kualitas SDN 27 Bengkalis bisa setara dengan sekolah lain.
"Kami tidak menuntut banyak, yang penting bagaimana anak-anak di sekolah untuk belajar mereka terlayani dengan baik oleh guru-guru dan fasilitasnya," harap Dessi.
(nir/pal)