Cerita Dosen Polsri, Ubah Kulit Bawang Merah & Telur Jadi Pupuk Cair Organik

ADVERTISEMENT

Cerita Dosen Polsri, Ubah Kulit Bawang Merah & Telur Jadi Pupuk Cair Organik

Fahri Zulfikar - detikEdu
Senin, 14 Agu 2023 10:00 WIB
Dosen Teknik Kimia Politeknik Negeri Sriwijaya (Polsri), Martha Aznury, ciptakan inovasi pupuk organik cair untuk petani
Foto: Doc. Vokasi Kemdikbud
Jakarta -

Dosen Teknik Kimia Politeknik Negeri Sriwijaya (Polsri), Martha Aznury, terus melakukan inovasi, tak hanya dalam pendidikan tetapi terjun langsung membuat solusi untuk masyarakat. Salah satu yang ia lakukan adalah di bidang pertanian.

Sebagai dosen perguruan tinggi vokasi, Martha terus melakukan inovasi untuk menyelesaikan berbagai tantangan dan persoalan, termasuk di dunia usaha dan dunia industri. Terbaru, ia membuat inovasi pupuk organik cair yang jauh lebih ramah lingkungan dan juga sangat ekonomis.

Pupuk cair organik inovasinya diberi nama Polsri G. 044. Menariknya, pupuk ini dibuat dengan memanfaatkan sampah-sampah organik yang selama ini kurang dimanfaatkan oleh masyarakat.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Gunakan Sampah Kulit Bawang hingga Kulit Telur

Martha memanfaatkan sisa-sisa bahan organik yang tak terpakai dan sangat mudah ditemukan di dapur-dapur keluarga Indonesia, seperti kulit bawang merah, kulit telur, dan air kelapa.

"Komposisi pupuk ini adalah 0,5 kilogram kulit telur dan kulit bawang, air kelapa satu liter, serta air biasa 10 liter. Air yang digunakan sebaiknya air sumur atau air tanah bukan air PDAM agar hasilnya maksimal," ucapnya dikutip dari laman resmi Vokasi Kemdikbud RI.

ADVERTISEMENT

Selain bahan-bahan organik tersebut, Martha juga menambahkan sedikit molase yakni sekitar 200 mililiter saja. Molase atau biasa disebut tetes tebu merupakan hasil samping dari proses pembuatan gula tebu (refined sugar).

"Kalau tidak ada molase, bisa pakai gula merah. Kalau tidak ada juga bisa volume air kelapanya saja ditambah menjadi dua kali lipat, jadi dua liter," imbuh Martha.

Proses Pembuatan Pupuk Cair Organik

Untuk membuat pupuk cair organik, Martha menjelaskan semua bahan-bahan yang diperlukan harus ditempatkan dalam satu wadah atau tong tertutup, kemudian disimpan untuk proses fermentasi.

Dalam hal ini, penggunaan air kelapa dan molase nantinya akan berperan membantu proses fermentasi bahan-bahan lainnya. Untuk lama waktu fermentasi sekitar empat bulan.

Menurut Martha, semakin lama proses fermentasi dilakukan maka kualitas pupuk organik cair yang dihasilkan akan jauh lebih bagus.

"Untuk pengaplikasiannya, pupuk cari ini harus dicarikan dengan air biasa sebelum digunakan. Perbandingannya 1:100, jadi benar-benar sangat bagus dan ekonomis sekali," terangnya.

Cara Menggunakannya ke Tanaman

Setelah selesai dibuat, cairan pupuk cair organik bisa digunakan dengan cara disemprotkan langsung pada tanaman. Sejauh ini penggunaan pupuk cair organik tersebut baru digunakan untuk jenis tanaman seperti sayuran.

"Kalau tanaman keras belum karena mereka perlu komposisi nutrisi yang lebih banyak," papar Martha.

Pupuk cair organik memiliki manfaat yang baik untuk menyuburkan tanaman. Selain itu, penggunaan pupuk organik ini juga sangat ramah lingkungan karena tidak mengandung zat kimia berbahaya yang bisa merusakan lingkungan.

"Jadi, kelestarian lingkungan lebih terjaga. Petani juga bisa menghemat biaya produksi karena bisa menekan biaya untuk pupuk tanaman dan hasil panen juga lebih bagus," tutur Martha.

Sejauh ini, pupuk inovasi Martha memang belum diproduksi secara massal. Tetapi, pupuk Polsri G. 044 sudah dimanfaatkan oleh para petani sebagai bagian dari Program Pengabdian Masyarakat (PKM) Polsri.

Salah satunya adalah para petani di Desa Gelebak Dalam, Kecamatan Rambutan, Kabupaten Banyuasin, Sumatra Selatan.

"Kami sudah ada rencana dengan P3M untuk bisa dijual," pungkasnya.




(faz/nwk)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads