Pakar Pendidikan UMM Sebut Sistem Zonasi di PPDB Bisa Tingkatkan Kualitas Guru

ADVERTISEMENT

Pakar Pendidikan UMM Sebut Sistem Zonasi di PPDB Bisa Tingkatkan Kualitas Guru

Cicin Yulianti - detikEdu
Jumat, 21 Jul 2023 16:30 WIB
Tiga murid mengikuti kegiatan belajar di SDN 23 Lolong Padang, Sumatera Barat, Kamis (13/7/2023). Awal tahun ajaran baru, murid kelas 1 di sekolah tersebut hanya berjumlah tiga orang, meliputi dua murid baru dan satu murid tinggal kelas, akibat adanya kebijakan sistem zonasi pada Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) karena di sana terdapat SDN lain yang berdekatan dan lokasi sekolah yang dekat dengan pantai.  ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra/hp.
Foto: ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra
Jakarta -

Sistem zonasi merupakan salah satu jalur yang ada pada Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) 2023 di sekolah negeri saat ini. Apa sebenarnya tujuan dari sistem zonasi yang diterapkan dalam PPDB ini?

Kebijakan sistem zonasi dalam PPDB di sekolah negeri mulai ada sejak tahun 2017. Jalur zonasi ini memberi kesempatan bagi calon peserta didik baru untuk bisa melanjutkan pendidikan di sekolah yang memiliki jarak paling dekat dengan rumahnya.

Melansir laman Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), Prof Akhsanul In'am berpendapat bahwa sistem zonasi mempunyai tujuan yang baik. Sistem ini menurutnya bisa membuat seleksi calon peserta didik lebih adil.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dengan sistem zonasi, sekolah tidak akan melakukan pilah-pilah berdasarkan kepintaran calon peserta didik. Sehingga dampaknya akan membuat pemerataan kualitas guru, tidak lagi melihat popularitas sekolah.

Peningkatan Kualitas Guru

Sistem zonasi membuat siswa pintar hanya berkumpul di satu sekolah dan membuat kualitas pengajar begitu-begitu saja. Menurut In'am, variasi potensi siswa di sebuah sekolah akan membuat guru harus meningkatkan kualitas pengajaran.

ADVERTISEMENT

Selain itu, dengan input siswa yang bervariatif, maka akan menciptakan pengalaman pendidik yang tidak jauh berbeda. Sehingga, akan ada peningkatan kualitas pada beberapa pengajar yang masih kurang.

"Mereka harus mengajar dan mendidik siswa yang berbeda beda tingkat kecerdasannya. Para pengajar juga harus mampu memaksimalkan potensi siswa dan mendorong mereka di level terbaik.," tuturnya dilansir dari laman UMM, Jumat (21/7/2023).

Kekurangan Sistem Zonasi

Meski menekankan pada pemerataan kualitas pengajaran, sistem zonasi memiliki tantangan tersendiri. Dosen FKIP UMM tersebut menuturkan adanya keterbatasan siswa dalam meraih impiannya bisa belajar di sekolah impiannya yang berada di luar zonasi tempat tinggalnya.

"Hal yang perlu kita pahami adalah, sistem zonasi memiliki dampak positif dan negatif. Maka perlu adanya pengembangan dan perbaikan. Saya rasa, pada dasarnya setiap sekolah memiliki tingkat kualitas pendidikan tak jauh berbeda. Tergantung dari kualitas pengajaran dan pendidikan yang diberikan oleh guru di setiap sekolah terkait," tambahnya.

Namun, masalah tersebut menurutnya saat ini sudah bisa sedikit teratasi dengan adanya pengurangan persentase penerimaan pada jalur zonasi. Pada jenjang SD, jalur ini memiliki kuota paling sedikit 70 persen sedangkan pada SMP dan SMA paling sedikit 50 persen.

Hal lain yang In'am garis bawahi dalam sistem ini adalah kecurangan oleh beberapa oknum. Menurutnya, penitipan calon peserta didik baru ke petinggi di sekolah menjadikan persaingan tidak sehat. Oleh karena itu, hal tersebut harus segera ditiadakan.

"Semua sistem yang sudah dibangun ini akan sia-sia jika di dalamnya masih terdapat kecurangan-kecurangan yang merugikan sebelah pihak. Mari ajarkan nilai moral yang sesungguhnya kepada para penerus bangsa," tegasnya.




(faz/faz)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads