Jaza Nabila Taufik terpilih sebagai salah satu peserta International Student Mobility Awards (IISMA) ke Yale University. Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Airlangga (Unair) itu telah mencicipi belajar di kampus top dunia selama satu bulan.
Jasa mengakui, menjadi salah satu awardee IISMA merupakan kebanggaan baginya. Pasalnya, ia telah lama bermimpi untuk belajar di salah satu kampus Liga Ivy atau Ivy League, salah satunya adalah Yale University.
Kampus Ivy League merupakan jajaran kampus elite di Amerika Serikat yang telah lama berdiri dan memiliki reputasi akademik mentereng. Yale University sendiri termasuk dalam kampus top dunia dengan posisi 16 pada QS World University Rankings 2024.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dari dulu, salah satu impianku adalah belajar di salah satu kampus Ivy League, salah satunya adalah Yale University. Bisa dibilang IISMA memberi aku kesempatan untuk mencapai impianku. Jadi dengan semangat aku daftar untuk program tersebut," ujarnya dalam situs Unair dikutip Kamis (14/7/2023).
Budaya Belajar yang Berbeda
Jaza menuturkan, di Yale University ia menemui budaya belajar yang berbeda. Contohnya, sistem pembelajaran di Yale University berbeda dengan sistem yang biasa dialaminya di Indonesia.
Kelas yang diikuti Jaza hanya terdiri dari 15 mahasiswa. Adapun metode belajar yang diterapkan seperti seminar.
"Tidak ada lecture dari dosen. Mahasiswa dan dosen duduk melingkar dan saling memberikan pendapat, masukan, dan pengetahuan baru terhadap readings (bahan bacaan) hari itu," terangnya.
Jaza melanjutkan, sistem percakapan dalam dunia akademik Yale juga berbeda dengan Indonesia. Antara mahasiswa dengan dosen tidak ada panggilan "Pak", "Bu", "Prof". Namun langsung menyebutkan nama depan.
"Awalnya agak terkejut, sih, sama budaya bahasa mereka ini. Kalau ngomong sama orang yang lebih tua rasanya jadi kaya sebaya. Jadi, kita nggak perlu pakai "Pak","Bu", atau "Prof untuk memanggil para dosen, cukup menyebut nama depan saja," imbuhnya.
Kampus Dorong Mahasiswa Seimbangkan Akademik dan Sosial
Di Yale, Jaza mengaku diajak untuk menyeimbangkan akademik dan kegiatan sosial. Pasalnya, di sana terdapat beragam fasilitas dan program yang dapat membantu mahasiswa untuk menyeimbangkan antara kegiatan akademik dan sosial.
"Jadi, ada yang namanya Yale Summer Session. Panitia program ini akan merencanakan kegiatan-kegiatan bagi mahasiswa di setiap minggunya, misalnya olahraga bersama, lalu juga ada karaoke night, jalan-jalan ke kafe kucing, bahkan sampai jalan-jalan di luar kota," imbuhnya.
Jaza berharap melalui program IISMA, ia dapat memetik banyak pelajaran, pengetahuan, dan wawasan baru.
"Bakal rugi kalau balik ke Indonesia tapi diri sendiri nggak juga. Jadi, aku berharap agar bisa konsisten dengan kebiasaan-kebiasaan baik yang ada di sini, khususnya terkait pembelajaran sehingga nanti juga bisa diterapkan di Indonesia," pungkasnya.
(nir/pal)