Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) mengungkapkan angka partisipasi pemuda dalam pembangunan mengalami penurunan. Mengacu pada data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2021, penurunan terjadi pada tiga lingkup.
"Baik partisipasi dalam kegiatan sosial kemasyarakatan, aktif dalam organisasi maupun memberikan saran atau pendapat dalam satu pertemuan," ujar Mahendra Arfan Azhar selaku Koordinator KPAPO Bappenas saat sambutan di Gelar Wicara di Gedung Bentara Budaya, Jalan Palmerah Selatan Nomor 17, Jakarta Pusat Kamis (4/5/2023).
Tahun 2021 pun menjadi angka partisipasi terendah dibanding tahun lainnya. Pada partisipasi dalam kegiatan sosial kemasyarakatan tahun 2015 mencapai 81,97, tahun 2018 mencapai 81,36, dan tahun 2021 mencapai 70,49.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara untuk organisasi tahun 2015 mencapai 5,86, tahun 2018 mencapai 6,36, dan tahun 2021 mencapai 4,84. Terakhir, presentasi pemuda memberi saran dalam rapat tahun 2015 ialah 5,88, tahun 2018 mencapai 6,72, dan tahun 2021 mencapai 5,4.
Mewakili Direktur Keluarga, Perempuan, Anak, Pemuda, & Olahraga (KPAPO) Woro Srihastuti Sulistyaningrum, Mahendra mengaitkan pembangunan dengan konsep Ladder of Children's Participation oleh Roger Hart. Konsep dari akademisi di bidang anak itu menunjukkan bagaimana partisipasi ideal pemuda dalam 8 level.
Tingkatan paling tinggi menitikberatkan inisiator penggerak pada pemuda, kemudian keputusan ditentukan bersama dengan orang dewasa. Partisipasi ini dapat dimanfaatkan dan dipelajari oleh beragam kalangan demi pembangunan.
Namun, lanjut Mahendra, tingkat partisipasi pemuda Indonesia masih berada di tingkat 1 sampai 3.
"Keterlibatan pemuda masih [tingkat] decoration dan tokenism," ujarnya.
Decoration adalah di mana partisipasi pemuda masih sebagai dekorasi atau pajangan. Anak-anak dan remaja dipajang di depan umum selama acara namun belum memahami arti atau maksud dari keterlibatan mereka.
Kemudian partisipasi sebagai tokenisme terjadi saat pemuda tampaknya diberi suara, tetapi pada kenyataannya memiliki sedikit atau tidak ada pilihan tentang subjek dan sedikit atau tidak ada kesempatan untuk merumuskan pendapat mereka sendiri.
Alasan Angka Partisipasi Pemuda Indonesia Masih Rendah
Rendahnya partisipasi pemuda di Indonesia bukan tanpa alasan. Mahendra mengungkapkan ada setidaknya 4 penyebab, yaitu:
1. Pemuda belum dianggap sebagai Sumber Daya Manusia (SDM) yang potensial
2. Kondisi sosial ekonomi pemuda yang tidak mendukung
3. Makna partisipasi yang aman dan bermakna belum efektif
4. Akses dan mekanisme partisipasi yang masih belum memadai
Langkah Bappenas
Untuk mengatasi hal ini, Bappenas menyusun indeks pembangunan pemuda yang mencakup 15 indikator dalam 3 lapisan pembangunan, yaitu:
1. Lapisan Pengembangan Individu
Lapisan ini mencakup domain pendidikan, kesehatan, dan kesejahteraan. Pada lapisan ini, pembangunan pemuda dipastikan untuk memenuhi layanan dasar demi memaksimalkan produktivitas.
2. Lapisan Penghidupan dan Kesejahteraan
Setelah terpenuhi lapisan sebelumnya, pemuda diharapkan dapat mengakses pekerjaan yang lebih baik sehingga terpenuhi penghidupan yang sejahtera.
3. Lapisan Partisipasi dalam Berbagai Bidang Kehidupan
Terakhir, diharapkan pemuda dapat berpartisipasi dalam beragam bidang kehidupan. Adapun lapisan ini dipetakan dalam 2 domain, yakni domain partisipasi dan kepemimpinan serta domain gender dan diskriminasi.
Selain itu, Mahendra juga mengingatkan kemitraan dan kolaborasi dari seluruh pemangku kepentingan demi mendorong percepatan pembangunan pemuda dalam mencapai visi Indonesia emas 2045.
"Izinkan saya kembali menegaskan pentingnya keterlibatan semua pihak untuk berinvestasi pada generasi muda. Semoga melalui keterlibatan ini, kita dapat mendorong keterlibatan tersebut secara aktif sehingga para pemuda dengan segala potensialnya dapat berkembang secara optimal menuju Indonesia emas 2045," pungkasnya.
(nir/faz)