Pakar Unpad: Tradisi Mudik Merupakan 'Madness of Multiverse'

ADVERTISEMENT

Pakar Unpad: Tradisi Mudik Merupakan 'Madness of Multiverse'

Cicin Yulianti - detikEdu
Kamis, 27 Apr 2023 12:30 WIB
Sejumlah penumpang kereta api berjalan setibanya di Stasiun Pasar Senen, Jakarta, Rabu (26/4/2023). PT KAI mencatat penumpang kereta api yang tiba di Jakarta melalui Stasiun Pasar Senen pada hari pertama usai libur cuti Lebaran 2023 mencapai 16.400 orang. ANTARA FOTO/Fauzan/foc.
Foto: ANTARA FOTO/FAUZAN
Jakarta -

Mudik adalah kegiatan pulang ke kampung halaman dan merupakan tradisi masyarakat Indonesia setiap menjelang Hari Raya Idulfitri. Tradisi mudik ini bertujuan untuk menjalin tali silaturahmi juga bertemu kembali keluarga setelah lama merantau di luar kota

Menurut Sosiolog, Heri Wibowo yang juga merupakan dosen Prodi Sosiologi Universitas Padjadjaran (Unpad), mudik dipicu oleh proses migrasi penduduk dari desa ke kota untuk mendapatkan harapan hidup yang lebih layak.

"Mudik dilakukan oleh mereka yang saat ini berpisah rumah/lokasi dengan orang tua ataupun tanah kelahirannya. Aktivitas ini membuktikan bahwa seseorang/penduduk perlu melakukan migrasi guna memenuhi kebutuhan atau hajat hidupnya," kata Heri dalam laman Unpad, dikutip pada Kamis (27/4/2023).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Momentum Bertemunya Hati dan Perasaan

Menurut Heri, esensi dari mudik bukan hanya kembali ke kampung untuk bertemu keluarga dan kerabat. Jika dicermati lebih dalam, mudik tidak hanya soal maaf memaafkan, melainkan merupakan kehadiran fisik yang dapat menyatukan hati dan perasaan.

Kehadiran seseorang secara fisik menurut Heri mampu menguraikan egoisme, menghimpun perasaan yang tak terucap, dan mencairkan hati yang beku. Ekspresi-ekspresi yang hanya bisa dilihat dan dirasakan tersebut tidak bisa digantikan oleh teknologi.

ADVERTISEMENT

"Maka mudik menjadi sesuatu yang luar biasa, menjadi harga yang pantas untuk diperjuangkan secara luar biasa," kata Heri.

Fenomena Madness of Multiverse

Heri membeberkan bahwa tradisi mudik ini pun merupakan fakta sosial bahwa seseorang selalu punya keinginan untuk kembali ke tanah kelahirannya atau bisa disebut madness of multiverse. Mudik bisa menjadi cermin bahwa sesukses apapun seseorang, ia tidak boleh sampai melupakan keluarganya.

Oleh karena itu, mudik tidak bisa dilakukan lewat pertemuan virtual meski saat ini sudah banyak teknologi pendukung komunikasi yang memadai. Masyarakat rela melakukan apapun untuk memperjuangkan mudik ke kampung halamannya masing-masing.

"Ibu Pertiwi, memiliki tradisi unik yang telah mendarah daging, yaitu mudik atau pulang kampung. Tradisi ini seakan telah begitu melekat, sehingga 'apa pun' rela dilakukan," ujarnya.

Mengandung Nilai Dramatis

Heri menambahkan jika aktivitas mudik kerap menghasilkan nilai-nilai dramatis seperti harus berdesak-desakan di angkutan umum, bermacet-macetan, menyiapkan perbekalan, hingga banyak yang berkorban membeli tiket meski harganya lebih mahal dari biasanya.

Ia berharap pemerintah bisa tetap memastikan aktivitas mudik dan arus balik dapat difasilitasi dengan baik karena merupakan bagian penting dalam pembangunan.

"Ini kebhinekaan yang indah. Fakta sosial kohesivitas komunitas yang perlu dijaga. Keluarga Indonesia, sebagai unit terkecil dari kekuatan bangsa, tentu adalah komponen penting bagi pembangunan," pungkas Heri.




(nwk/nwk)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads