Mudik adalah tradisi yang dilakukan banyak orang khususnya umat muslim setiap menjelang Idulfitri. Tradisi ini biasanya dilakukan oleh para pendatang yang tinggal di kota-kota besar untuk pulang ke kampung halaman mereka dan merayakan hari raya bersama keluarga.
Melansir situs UI, mudik juga terjadi di beberapa negara seperti Korea Selatan pada saat perayaan Chuseok atau festival musim panas Hangawi di tengah musim gugur. Di Amerika Serikat juga, mudik dilakukan masyarakat pada saat perayaan thanksgiving pada hari Kamis, minggu keempat bulan November.
Jika ditinjau dari sisi sejarah, tradisi mudik ini sudah ada sejak zaman Kerajaan Majapahit. Tradisi ini pun terus berlanjut dari nenek moyang zaman tersebut ke generasi zaman sekarang. Meskipun pada saat ini sudah ada teknologi komunikasi, namun mudik masih menjadi cara terbaik untuk meredakan rasa rindu terhadap keluarga.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Cara Healing Kaum Perantau
Tradisi mudik ini tidak hanya sebagai budaya turun temurun yang ada di Indonesia. Menurut Kepala Makara Art Center UI, Ngatawi Al Zastrouw, momen mudik juga merupakan aktivitas dalam memenuhi kebutuhan spiritual dan emosional (psikologi).
Menurutnya, meskipun teknologi komunikasi saat ini sudah menunjang kebutuhan tersebut, namun esensi bertemu langsung dengan keluarga tetap memiliki afeksi yang sangat kuat. Bagi mereka yang sudah menyimpan rindu bisa bertemu langsung keluarga, mudik menjadi momentum tepat untuk melakukan healing.
"Dengan kata lain, tradisi mudik menjadi momentum healing masyarakat modern. Inilah yang membuat tradisi ini tidak luntur digerus arus modernisasi, karena dapat menjadi kanalisasi atas residu budaya modernisasi," ujar Zastrow.
Ia mengatakan bahwa orang-orang masih membutuhkan momentum untuk kanalisasi emosi juga katarsis untuk mengatasi kejenuhan yang dirasakan di tempat perantauannya. Terlebih, bagi mereka yang merasakan kerasnya hidup di kota-kota besar sehingga mudik menjadi cara terapi psikologis.
"Teknologi hanya memenuhi aspek kognitif, tetapi tidak dapat memenuhi aspek afektif. Hal inilah yang menyebabkan tradisi mudik terus bertahan meski sudah ada teknologi komunikasi yang canggih sekalipun," kata Zastrouw.
Momen Travelling Massal
Menurut Zastrouw, meskipun nilai yang sangat melekat dengan mudik adalah budaya dan agama, di samping itu mudik merupakan ajang traveling massal. Dikatakan demikian, karena masyarakat pada periode yang sama yakni menjelang lebaran melakukan perjalanan jauh menuju kampung halamannya.
Untuk menempuh perjalanan mudik, masyarakat di Indonesia rata-rata menggunakan transportasi darat (bus,travel,kereta api, kendaraan pribadi), transportasi laut (kapal), hingga transportasi udara (pesawat terbang).
(faz/faz)