Nama Irawati Puteri juga dikenal dengan julukan mantan SPG nugget yang meraih beasiswa LPDP di Stanford University. Baru-baru ini, ia bercerita juga diterima di jurusan lain di Stanford, di samping 6 kampus terbaik luar negeri lainnya.
Ira menuturkan, untuk studi S2 hukum, dirinya diterima di Stanford Law School, Columbia Law School, New York University School of Law, Cornell Law School, University of Pennsylvania Carey Law School, University of Michigan Law School, dan UC Berkeley School of Law.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di Stanford, Ira sebelumnya diterima di Stanford Graduate School of Education (GSE) dalam program International Education Policy Analysis.
Saat ini, ia tengah mempertimbangkan untuk mendaftar ulang di salah satu prodi di Stanford sebelum 14 April 2023 ini.
"Keduanya yang terbaik di dunia untuk bidangnya, education policy dan law, science, and technology. Law school di Stanford ini unik karena multidisiplin dengan rumpun science. Di Indonesia biasanya dipisah ya," kata Ira pada detikEdu.
"Di Stanford Law School - Law, Science, and Technology, aku akan banyak belajar mengenai bioethics juga, dan tetap bisa cross register (ambil mata kuliah) di fakultas lain, termasuk di Graduate School of Education," imbuhnya.
Bagaimana kiat Ira agar diterima di kampus luar negeri terbaik? Simak kisahnya di bawah ini.
Persiapan S2
Ira bercerita, ini adalah kali pertama ia mendaftar S2 di Stanford Law School dan GSE. Baginya, menjaga keteguhan hati selama berproses menulis esai jadi tantangan.
"Akan ada saat-saat di mana kita merasa diri kita tidak mampu. Tapi aku harap teman-teman bisa berteguh dan bertekad menyelesaikan apa yang kalian mulai. Kita tidak akan pernah tahu kalau tidak pernah coba," kata Ira.
Untuk mendaftar S2, Ira menyiapkan personal statement, study case dan research samples, 4 surat rekomendasi termasuk dari dosen maupun professor, atasan di tempat kerja, serta tokoh masyarakat.
Lulusan S1 di Fakultas Hukum Universitas Indonesia (UI) ini sebelumnya membiayai sekolah dan kuliah dari hasil mengajar les hingga uang hadiah juara lomba.
Kebiasaan menabung untuk pendidikan ini diteruskannya setelah bekerja untuk menjemput pendidikan S2. Salah satunya untuk membayar biaya TOEFL yang sekitar Rp 3 juta per sekali tes. Ira sendiri ikut 5 kali tes TOEFL ETS.
Agar biaya persiapan S2-nya cukup, Ira juga mengambil tawaran mengajar les private di luar waktu berkantor. Untuk itu, perlu baginya menyiapkan S2 juga dari segi kesehatan mental.
"Aku mengerti ini sangat berat dan perlu menabung jauh-jauh hari untuk ini. Selain itu juga harus dipersiapkan jauh-jauh hari supaya tidak perlu mengulang test dan bayar lagi," tuturnya.
Kiat Memilih Kampus S2
Ira menuturkan, untuk memilih kampus tujuan S2, salah satu hal penting yang perlu diperhatikan yaitu kesesuaian prodi dan perguruan tinggi dengan rencana karier ke depan.
Ia juga mempertimbangkan kebutuhan keilmuan pribadinya. Dalam hal ini, Ira mempertanyakan kembali apa yang belum cukup dipelajari selama S1 dan merasa perlu didalami dalam pekerjaan.
Lebih lanjut, Ira juga mempertimbangkan kualitas kampus dan kualitas jurusan yang ditawarkan di sebuah perguruan tinggi. Ia menggarisbawahi, jangan sampai hanya mengejar nama besar kampus karena skor akreditas tiap jurusan berbeda-beda.
"Selain itu kelasnya (Stanford) sangat intimate, dengan hanya 18-21 orang per jurusan. Sehingga exposure-nya akan jauh lebih besar dan bisa menjalin kedekatan dengan faculty members, dosen dan profesor. Ini akan penting untuk menjalani S3 nanti. Aku punya rencana S3 juga," sambung Ira.
Melaksanakan Nazar S2
Melaksanakan nazarnya, Ira membuka beasiswa pendidikan bagi siswa, mahasiswa, siswa gap year, dan umum, termasuk ibu rumah tangga yang belum sempat melanjutkan studi.
"Aku mau membuka kesempatan untuk mereka yang punya keterbatasan, tidak hanya dari segi finansial, tapi mungkin juga untuk mereka yang merasa sedang demotivasi, agar semangat melanjutkan pendidikan," kata Ira.
Ira menjelaskan, Beasiswa Irawati Puteri, bekerja sama dengan platform SejutaCita, berbentuk tunjangan dana dan mentoring 1-on-1.
"Bukan beasiswa penuh, jadi bisa digabung dengan beasiswa lain selama ketentuan beasiswa lain tersebut mengizinkan. Harapanku supaya bisa jadi suntikan ekstra semangat untuk teman-teman. Serta membuat teman-teman berani bermimpi! Semua bisa coba daftar S2 di kampus terbaik di luar negeri!" kata Ira.
"Nominal uang tunainya masih akan bergerak karena aku menyalurkan seluruh kerja sama dengan brand maupun speaking engagement untuk ini. Doakan ya agar bisa semakin banyak membantu teman-teman!" sambungnya.
Mentoring bagi Penerima Beasiswa
Ia menjelaskan, para penerima beasiswanya bisa mentoring untuk lanjut studi di luar negeri, tidak hanya di Stanford.
Ira juga tidak menetapkan kuota baku penerima beasiswa. Namun diharapkan, para penerima beasiswa menjaga nilai rapor, IPK, atau prestasi akademik maupun nonakademik selama studi untuk kebaikan diri sendiri di masa mendatang.
"Aku akan menggaet senior lain yang juga berkuliah di kampus top luar negeri untuk bisa bantu aku memberikan mentoring ke awardee. Contohnya Andhika Putra Sudarman (Co-founder SejutaCita) yang lulus dari Harvard Law School di tahun 2020," kata Ira.
"Tidak ada kuota (awardee). Tetapi ada batasan pendaftar: 100 pendaftar per harinya karena harus mengantisipasi load di aplikasi SejutaCita yang baru selesai maintenance!" imbuh Ira.
Dalam pemberian beasiswa ini, Ira juga bekerja sama dengan SejutaCita yang mendirikan Dealls. Platform asisten pelamar lowongan.
Harapannya, para pendaftar, terutama bagi penerima beasiswanya yang nanti sudah lulus S1 dan S2, bisa terbantu mendaftar kerja dengan fitur analisis CV dan transparansi proses rekrutmen perusahaan yang dilamar.
Pendaftaran Beasiswa Irawati Puteri sedang dibuka melalui mobile app SejutaCita. Selengkapnya tentang beasiswa ini bisa dilihat di akun Instagram @irawatiputeri, @sejutacita.id, dan @dealls.jobs.
Bagaimana detikers, sudah siap-siap ikut beasiswa dan mentoring bersama Irawati Puteri?
(twu/faz)