Timnas Israel yang akan bertanding di Piala Dunia U-20 di Indonesia menuai polemik. Olahrawagan yang bertanding profesional sebaiknya jangan disangkutpautkan ke politik.
Pakar Hubungan Internasional (HI) Universitas Gadjah Mada (UGM), Muhammad Rum, SIP, IMAS, PhD menyampaikan, untuk menanggapi polemik penyelenggaraan Piala Dunia U-20 di Indonesia, dapat mempertimbangkan setidaknya tiga aspek yang diterapkan dalam pergaulan internasional.
Pertama, aspek compliance atau kepatuhan. Dalam pergaulan internasional, terdapat berbagai rezim atau tata kelola pada banyak bidang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Misalnya dalam bidang perdagangan, di mana Indonesia menjadi anggota dari organisasi perdagangan dunia WTO dan oleh karena itu terikat dengan peraturan-peraturannya.
"Begitu pula dengan olahraga sepakbola, PSSI adalah anggota FIFA. Sehingga, terikat dengan prinsip dan berbagai ketentuan yang telah disepakati. Dalam penyelenggaraan Piala Dunia U20, PSSI dan pemerintah telah berkomitmen menjadi tuan rumah. Maka, bertanggung jawab atas kelancaran pelaksanaan turnamen termasuk menjamin keamanan, pelayanan yang baik, dan memberikan perlakuan non-diskriminatif terhadap siapa pun yang datang bertanding. Semua partisipan telah lolos kualifikasi dan, dalam prinsip FIFA, tidak dapat diperlakukan secara diskriminatif," jelas Muhammad Rum kepada detikEdu, Rabu (29/3/2023).
Kedua, aspek manfaat yang perlu dipertimbangkan. Menurut lulusan Nagoya University Jepang ini, Piala Dunia U-20 tidak hanya dapat memicu gairah perkembangan sepakbola nasional, tapi juga bermanfaat dalam memfasilitasi people-to-people interaction yang positif agar saling memahami, menghargai, dan pada akhirnya membantu upaya bina damai melalui olahraga.
Ketiga, aspek proporsionalitas. Namun, Muhammad Rum juga menggarisbawahi bahwa gelaran sepak bola dunia ini harus diletakkan dalam konteks yang proporsional sebagai agenda olahraga.
"Para pemain yang datang adalah atlet yang selama ini telah berlatih dengan keras. Kapasitas profesional mereka sebagai olahragawan sebaiknya tidak disangkutpautkan dengan kebijakan-kebijakan politik yang dibuat oleh para politisi di negaranya," paparnya.
Jadi,pemerintah Indonesia perlu mempertimbangkan beberapa aspek yang telah menjadi norma bersama dalam pergaulan internasional.
Sehingga selama menjadi tuan rumah yang konsisten menerapkannya, kredibilitas di depan komunitas internasional tidak dipertanyakan.
"Hal tersebut juga tidak mengurangi komitmen bangsa Indonesia yang dalam politik luar negerinya telah teguh mendukung kemerdekaan Palestina," tutup Ketua Program S2 HI UGM tersebut.
Gelaran Piala Dunia U-20 yang akan berlangsung di Indonesia menuai polemik lantaran adanya penolakan tim nasional Israel U-20 dari berbagai pihak. Seperti politisi, organisasi masyarakat (ormas), hingga Majelis Ulama Indonesia (MUI).
Penolakan ini dilakukan karena beberapa alasan. Pertama soal tidak adanya hubungan diplomatik antara Israel dan Indonesia. Kedua soal adanya amanat konstitusi yang menolak negara penjajah. Dalam hal ini, berkaitan dengan konflik Israel-Palestina.
Kemudian alasan lain dikaitkan dengan solidaritas dengan Palestina dan catatan sejarah Presiden Soekarno di masa lalu yang juga menolak negara Israel di Indonesia.
Respons Presiden Jokowi
Menanggapi polemik ini, Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) dengan tegas mengatakan bahwa persoalan timnas Israel ke Indonesia tidak mengurangi dukungan ke Palestina.
Jokowi menjamin keikutsertaan Israel pada Piala Dunia U-20 tidak ada kaitanya dengan konsistensi posisi politik luar negeri Indonesia terhadap Palestina.
"Dukungan kita kepada Palestina selalu kokoh dan kuat," tegas Presiden dalam pernyataan persnya, Selasa (28/03) lalu, di Istana Merdeka, Jakarta.
Pernyataan Presiden Jokowi juga sependapat dengan Duta Besar (Dubes) Palestina untuk Indonesia, Zuhair Al-Shun terkait Piala Dunia U-20.
"Dalam urusan Piala Dunia U-20 ini, kita sependapat dengan Duta Besar Palestina untuk Indonesia bahwa FIFA memiliki aturan yang harus ditaati anggotanya. Jadi, jangan mencampuradukkan urusan olahraga dan urusan politik," ucapnya.
Dilansir CNN Indonesia pada Jumat 24 Maret 2023 lalu, Dubes Palestina untuk Indonesia Zuhair Al-Shun ke Istana Merdeka atas undangan Presiden Jokowi. Baik Jokowi dan Zuhair mengaku tidak membicarakan polemik Timnas Israel yang akan bertanding pada Piala Dunia U-20 di Indonesia pada 20 Mei 2023.
Namun ketika ditanyai pendapat tentang kedatangan timnas Israel, Dubes Palestina sebelumnya menyatakan bahwa FIFA punya aturan sendiri sehingga pihaknya tak punya kapasitas untuk ikut campur. Dia menggarisbawahi gelaran U-20 untuk tidak dikaitkan dengan konflik politik.
(faz/nwk)