Kisah Guru Dian, Rangkul Anak dengan Keistimewaan Khusus lewat Budaya Inklusi

ADVERTISEMENT

Kisah Guru Dian, Rangkul Anak dengan Keistimewaan Khusus lewat Budaya Inklusi

Trisna Wulandari - detikEdu
Kamis, 16 Mar 2023 18:30 WIB
Guru inklusif Firdiani Yuliana
Guru Dian mendidik siswa kelas 2 SDN Junrejo 01 Kota Batu dengan budaya inklusi. Foto: dok. Firdiani Yuliana
Jakarta -

Bagi Firdiani Yuliana, siswa-siswa SD yang menyambutnya saat tiba di sekolah ketika ia bahkan belum turun dari sepeda adalah perasaan yang tidak tergantikan.

Dian, begitu ia disapa, semula bukanlah lulusan S1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD). Lulusan S1 Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang ini kelak menemukan jalannya menjadi guru ketika mengenal tentang sekolah inklusi dari temannya.

Rampung menjalani penyesuaian ke PGSD untuk mengajar, Dian pun menjadi guru pembimbing bagi anak berkebutuhan khusus selama 7 tahun, kemudian menjadi guru kelas selama 8 tahun hingga kini.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mendidik di sekolah inklusi seperti SD Junrejo 01 Kota Batu, Jawa Timur artinya ada siswa memiliki keistimewaan khusus di kelasnya. Kendati tidak berlatar pendidikan pendidikan luar biasa, Dian ingin bisa merangkul anak berkebutuhan khusus (ABK) di kelasnya.

Inklusi di Kelas 2 SD

Guru inklusif Firdiani YulianaGuru Firdiani Yuliana mengajarkan budaya inklusi pada murid-murid kelas 2 SD di sekolahnya dengan pembelajaran berdiferensiasi. Foto: dok. Firdiani Yuliana

Dian menuturkan, saat ini di kelasnya ada dua anak kelas 2 SD yang memiliki keistimewaan khusus. Satu anak dengan spektrum autisme, satu anak dengan down syndrome.

ADVERTISEMENT

Bagi Dian, hal pertama yang perlu ditumbuhkan di tengah kelas adalah budaya inklusi. Tidak hanya menumbuhkan empati, tetapi juga rasa sayang dengan sesama siswa.

Alhasil, siswa-siswa kelas 2 SD di kelasnya senang bermain, ngobrol, dan bersekolah bersama, tidak membeda-bedakan teman.

"Saya tunjukkan bahwa saya sayang dengan anak-anak itu, sehingga teman-temannya juga sayang dengan mereka. Tidak di-bully," tutur peraih short course pendidikan inklusif Queensland University of Technology dan Pemprov Jawa Timur ini pada detikEdu di Jakarta, Kamis (16/3/2023).

Di awal menjalani sekolah, tuturnya, terkadang siswa ABK autisme tidak berminat merampungkan pelajaran hingga jam pelajaran usai karena keburu tidak mood. Untuk itu, ia harus putar otak agar siswanya tertarik belajar lebih lama.

Dian pun menciptakan berbagai permainan yang menarik perhatian anak-anak kelas 2 SD, termasuk ketika ujian.

"Misalnya mengenal transportasi, ditunjukkan yang ada di sekitar bersama teman-temannya. Saya senang mengajak anak keluar kelas. Untuk ujian, bisa main lari dulu, ceritanya rebutan mengambil pertanyaan. Dari situ baru dimulai ujiannya," tuturnya.

"Untuk siswa lainnya, soal bisa pilihan ganda. Untuk siswa ABK, bisa titik-titik. ABK dan siswa lainnya bisa berkejaran, bermain bersama-sama, lalu nanti evaluasinya dibedakan," imbuh Dian yang baru-baru ini diterima sebagai guru PPPK.

Media Kartu Gambar

Guru inklusif Firdiani YulianaGuru inklusif Firdiani Yuliana mengajar dengan pembelajaran berdiferensiasi. Foto: dok. Firdiani Yuliana

Dian juga membuat kartu bergambar sebagai media belajar siswa-siswanya agar tidak merasa terbebani saat membuka buku tema pembelajaran sehari-hari.

Kartu "Card Gambar Tema" atau Cargamte buatan Dian berisi gambar dan cerita sederhana yang sudah disesuaikan dengan tema pembelajaran.

Dari kartu itu, siswa jadi lebih mau mengetahui isinya karena tampak lebih menarik dan tidak semenakutkan buku pelajarannya. Di samping itu, cerita sederhana di balik gambar kartu jadi lebih bisa dinikmati ABK.

Dengan gambar bermain ayunan dan makan bersama keluarga dan cerita pendek di baliknya, siswa-siswa diajaknya bertukar pendapat tentang apa yang mereka simpulkan dari gambar dan cerita tersebut.

Dian juga jadi bisa mengajarkan contoh konsep kalimat ajakan bermain atau makan pada siswa-siswanya.

"Setelah saya belajar lebih jauh, saya tahu bahwa ternyata yang saya praktikkan selama ini adalah pembelajaran berdiferensiasi (yang mengakomodasi kebutuhan belajar murid)," tuturnya tersenyum.




(twu/faz)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads