Riset di Bandung Ini Selesaikan 'Perang' Ilmiah 2 Peraih Nobel dari AS

Pasti Liberti Mappapa - detikEdu
Selasa, 21 Feb 2023 18:30 WIB
Prof Jacob Clay (kelima dari kiri) bersama para guru besar di Technische Hoogeschool te Bandoeng (THB) sekitar tahun 1925. Foto: dok. KITLV
Jakarta -

Lebih dari seabad lalu tepatnya 3 Juli 1920 berdiri Technische Hoogeschool te Bandoeng (THB) atau Sekolah Tinggi Teknik di Bandung di atas lahan seluas 30 hektare. Kampus ini cikal bakal Institut Teknologi Bandung (ITB) yang diresmikan Presiden Sukarno pada 1959.

THB merupakan perguruan tinggi teknik pertama yang didirikan Belanda di daerah jajahan. Selain itu, THB menyandang status sebagai kampus teknik kedua yang didirikan Kerajaan Belanda setelah Technische Hoogeschool te Delft.

Kampus THB pernah dipimpin oleh seorang ilmuwan dari Belanda bernama Jacob Clay (Claij). Ia adalah pakar fisika lulusan Rijksuniversiteit te Leiden (Leiden University), Belanda.

Di Leiden, Clay menjadi murid sekaligus asisten fisikawan masyhur Heike Kamerlingh Onnes. Onnes merupakan guru besar fisika eksperimen dari Belanda sekaligus peraih Nobel pada 1913. Clay meraih gelar doktor bidang fisika dari kampus Leiden pada 1908.

Setelah mengajar di almamaternya dan Technische Hoogeschool te Delft (kini Delft University of Technology), Clay pindah ke Bandung bersama istrinya Tettje Clasina Jolles. Ia ditunjuk menjadi guru besar di THB.

Dikutip dari Empire of Reason: Exact Sciences in Indonesia, 1840-1940, sebelum berangkat ke Bandung, Clay sempat "nyantri" di laboratorium Ernest Rutherford di Cambridge University. Ia belajar soal radioaktivitas dan berat atom.

Sama seperti Onnes di Leiden, Rutherford adalah ilmuwan ternama di Eropa yang mempopulerkan istilah sinar alfa, beta, gamma, proton, dan neutron. Atas jasanya itu Rutherford diganjar Nobel bidang kimia pada 1908.

Riset Clay di Bandung

Tiba di Bandung Clay langsung tancap gas. Ilmuwan yang lahir 18 Januari 1882 di Berkhout sangat gigih mengupayakan berdirinya laboratorium fisika di Bandung yang kemudian didanai oleh Karel Bosscha.

Dibantu oleh istrinya yang juga ahli fisika dari Leiden, pada 1921 Clay menerbangkan balon udara yang dilengkapi peralatan tertentu dalam upaya untuk mempelajari fenomena yang terjadi di atmosfer bumi.

Fokus penelitiannya pada fenomena "sinar kosmik" atau cosmic ray yang dipopulerkan fisikawan dari Austria Viktor Hess pada 1912.

Selanjutnya>>> Publikasi Riset Jacob Clay




(pal/twu)

Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork