Ikut Youth Space Camp di AS, Siswa SMA Ini Simulasikan Peluncuran Roket NASA

Sebuah pengalaman berkesan dialami siswa SMAS Darul Hikam Internasional, Chaidar Nadif Prasetya. Bersama 26 pelajar dari berbagai benua, siswa kelas XII itu melakukan simulasi peluncuran roket NASA, Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat.

Kegiatan tersebut diikuti Chaidar dalam Youth Space Camp Exchange 2022 di Pusat Antariksa dan Roket, Huntsville, Alabama, Amerika Serikat. Simulasi tersebut dinamai Extended Duration Missions atau EDM.

Di samping Chaidar, ada juga siswa asal Kalimantan, Solo, Jakarta, dan Vietnam. Di sana, tuturnya, para siswa dapat merasakan suasana layaknya astronaut NASA sungguhan saat menerbangkan roket.

Chaidar, Siswa SMAS Darul Hikam Internasional Foto: Dok. Laman Disdik Jabar

Bahkan, menurutnya, simulasi peluncuran roket NASA terlihat sangat realistis.

Chaidar mengatakan, dirinya turut serta dalam mempersiapkan mesin roket hingga alih kendali.

"Dari situ bener-bener dites kemampuan komunikasi, problem solving. Itu paling susah dan paling berkesan. Bahkan, perasaan pas selesai misinya bener-bener melegakan," katanya dikutip dari laman resmi Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat pada Kamis (26/1/2023).

Berkesempatan Pelajari Dunia Teknik Antariksa

Tidak hanya meluncurkan roket, Chaidar juga mempelajari serba-serbi dunia teknik antariksa, mulai dari pengenalan teknik aerospace, studi, praktik berbasis STEM (Science, Technology, Engineering, & Mathematics), hingga membuat project berkelanjutan.

Siswa yang pernah menjabat sebagai ketua OSIS itu mengungkapkan kecintaannya terhadap ilmu antariksa. Menurut Chaidar, semua yang ia pelajari benar-benar di luar nalar hingga membuatnya takjub.

"Amazing, bisa dibilang kayak di luar nalar kalau kita (manusia) bisa membuat sesuatu yang bisa membuat kita keluar dari Bumi. Perspektif aku bener-bener lebih terbuka," ungkapnya.

Siswa kelahiran 2005 ini juga menggemari bidang teknik komputer. Chaidar bercerita, peluncuran roket pada tahun 1990-an dilakukan dengan teknologi komputer. Padahal, kecanggihannya kala itu hanya 1 berbanding 1.000, jika dibandingkan dengan ponsel pintar di era sekarang.

Dengan kecintaannya pada ilmu antariksa dan teknik komputer, Chaidar berencana melanjutkan pendidikan ke Universitas Kyoto dan memilih antara kedua jurusan.