Satu sekolah di Lembang, SMP Prawira sempat mengalami penurunan jumlah murid dari tahun ke tahun. Salah satu penyebabnya adalah rendahnya kesadaran orang tua siswa akan pentingnya pendidikan.
Sekolah ini perlahan bangkit setelah organisasi Kampus Pemimpin Merdeka (KPM) mendampingi mereka sejak 2021 lalu.
Dikatakan melalui situs resminya, KPM adalah lembaga pendidikan yang mendampingi jajaran pimpinan sekolah untuk menjadi penggerak dan pemimpin perubahan demi pendidikan yang #MerdekaBelajar dan berpihak kepada anak.
Merasa Tak Butuh Sekolah sampai Nikah Muda
Ketua KPM, Rizqy Rahmat Hani menyebut, permasalahan di SMP Prawira sifatnya kompleks. Pasalnya, baik orang tua maupun anak-anak merasa sekolah tidak dibutuhkan.
Pendaftar di sekolah itu pun menjadi sedikit. Sementara peserta didik juga banyak yang membolos. Pada perjalanannya, banyak siswa mundur dan orang tua meminta mereka menikah muda.
Kondisi tersebut diperparah perjalanan dari rumah ke sekolah yang cukup menantang. "Tidak ada angkutan umum, anak-anak harus jalan kaki di jalanan menanjak, melewati hutan bambu. Perjalanan hampir satu jam," jelas Rizqy, melalui rilis yang diterima detikEdu, Senin (16/1/2023).
Dia juga mengatakan banyak guru SMP Prawira yang mengambil sampingan mengajar di tempat lain lantaran statusnya bukan full-time. Maka dari itu, pembelajaran kerap hanya dilakukan dengan memberi tugas. Belum lagi, tingkat turnover pun sangat tinggi.
Jumlah Pendaftar Meningkat
Melalui pendampingan lebih dari setahun, sekolah di bawah payung Yayasan Pendidikan Achmad Prawiradikusumah itu membaik. Pada tahun ajaran 2022/2023, pendaftar meningkat 1,5%.
Kini, permasalahan internal seperti kepegawaian menjadi lebih efektif dan efisien. Guru memperoleh status full time sehingga bisa fokus mengajar di sana. Komunikasi antara sekolah dan yayasan juga mulai dibangun dengan baik.
Pihak sekolah yang didampingi oleh yayasan dan KPM turut mengadakan sesi-sesi parenting. Sesi semacam ini mendorong kesadaran orang tua siswa tentang pentingnya belajar dan sekolah.
"Pembelajaran juga berubah. Banyak mentoring dari KPM yang diterima guru-guru SMP Prawira. Guru saat ini tidak lagi fokus ke pembelajaran yang mengejar ketuntasan materi tapi peningkatan kompetensi," ujar Ade Fajar, salah satu guru di sana.
Pasca memperoleh pendampingan, para guru mulai mengembangkan ide-ide mereka dalam pembelajaran, contohnya berkebun. Ide berkebun muncul karena ada banyak orang tua siswa yang berprofesi sebagai petani perkebunan dan sekolah memiliki lahan luas untuk dimanfaatkan.
Tak cuma berkebun, setiap guru SMP Prawira juga melakukan inovasi pembelajaran yang disesuaikan dengan karakteristik murid.
"Sekolah yang bagus tidak hanya dilihat dari bagus tidaknya gedung atau banyaknya fasilitas, tapi bagaimana sekolah bisa memfasilitasi pengembangan potensi murid menjadi kompetensi," imbuh Ade.
Simak Video "Siswa SMP di Lampung Dikeroyok Kakak Kelas, Mata Kanan Harus di Operasi"
[Gambas:Video 20detik]
(nah/faz)