Insiden tewasnya siswa kelas IX SMP Katolik Angelus Custos Surabaya berinisial SSH (15) diduga tersengat listrik di rooftop SMA Katolik Frateran Surabaya disebut musibah. Pihak sekolah menyatakan itu setelah memaparkan kronologi dan bukti CCTV yang dimiliki.
Sekadar diketahui, baik SMP Katolik Angelus Custos Surabaya maupun SMA Katolik Frateran berada di bawah naungan satu yayasan yang sama.Yayasan yang menaungi kedua sekolah tersebut adalah Yayasan Mardiwiyata.
Ketua Dewan Pembina Ikatan Alumni (IKA) Frateran sekaligus ketua tim advokasi perkara tersebut, Tjandra Srijaja telah membeberkan kronologi versi sekolah tentang peristiwa yang terjadi saat korban 5 temannya latihan ujian praktik Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan (PJOK) pada Jumat (28/3).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tjandra menegaskan bahwa kejadian ini merupakan musibah. Pihaknya mengklaim tidak ada unsur pidana berdasarkan bukti-bukti yang telah dikumpulkan oleh sekolah.
"Dari CCTV yang kami lihat dan bukti yang ada, kami tidak melihat adanya unsur pidana. Ini semua betul-betul kecelakaan," katanya.
Sebelumnya dia menjelaskan sebenarnya pihak sekolah sudah menyiapkan tempat untuk latihan di laboratorium sekolah sejak 25 Maret. Tapi para siswa tidak memanfaatkannya. Baru pada 28 Maret 2025 bertepatan libur Nyepi, korban dan rekannya datang ke sekolah pada saat sekolah sedang tutup.
"Anak-anak itu inisiatifnya sendiri dan korban adalah ketua tim dari uprak ini. (Mereka) datang ke sekolah SMP, harusnya bisa latihan di halaman SMP," terang Tjandra.
Namun Tjandra mengatakan ada salah satu rekan korban yang mengajak naik ke rooftop lantai 4 SMA Katolik Frateran. Mereka masuk lewat pintu belakang sekolah, karena saat itu gerbang utama ditutup.
Seharusnya para siswa SMP tidak diperkenankan masuk kawasan SMA Katolik Frateran tanpa izin.
"Dari pintu asrama (belakang) naiklah ke rooftop lantai empat ini," katanya.
Saat itu ada satpam yang bertugas di kawasan SMA Katolik Frateran, namun satpam itu bertugas berkeliling area sekolah.
Tjandra melanjutkan, berdasarkan rekaman CCTV di rooftop, terlihat enam orang siswa SMP Katolik Angelus Custos Surabaya yang latihan ujian praktik di area gazebo. Korban tiba-tiba beranjak dari lokasi latihan dan hendak melewati pagar yang berada di dekat instalasi AC.
"Enggak tahu kenapa, korban mencoba melewati pagar ke tempat AC. Karena tidak bisa, akhirnya dia memilih lewat pagar samping. Di situ dia sudah terekam tidak menggunakan sepatu," beber Tjandra.
Mengenai insiden ini ayah korban, Tanu Hariadi mengungkapkan bahwa anaknya pergi ke sekolah untuk menyelesaikan tugas kelompok, namun karena lapangan dipakai siswa SMA dan kelas dalam keadaan terkunci, mereka memutuskan pindah ke rooftop lantai IV SMA Katolik Frateran.
Di lokasi itu, SSH diduga hendak meletakkan ponsel untuk merekam kegiatan tugas kelompoknya. Tanpa disadari, ia menginjak kabel AC yang terkelupas, hingga akhirnya tersengat listrik.
"Teman-temannya bersaksi putra saya sempat berteriak 'aku kesetrum' lalu mematung selama sekitar 40 detik sebelum akhirnya terjatuh dan kepalanya terbentur pagar," kata Tanu kepada wartawan, Kamis (8/5/2025).
Teman-temannya sempat melarikan SSH ke RS Adi Husada Undaan Wetan, namun nyawa pelajar itu tak tertolong.
"Saat memandikan jenazah, saya melihat luka di kakinya, bercak merah di punggung, dan bintik-bintik merah di lengannya. Diduga, urat syarafnya putus," ungkap Tanu.
Pihak keluarga pun mencoba mencari kejelasan ke sekolah, namun merasa tidak mendapat tanggapan memadai.
"Kalau memang ada empati datang ke rumah, jelaskan, maka kami sebagai orang tua akan jatuh hatinya," lanjutnya.
(dpe/hil)