Studi Soal Remaja di 43 Negara: Ada Relasi Antara Kemiskinan & Kecanduan Medsos

Studi Soal Remaja di 43 Negara: Ada Relasi Antara Kemiskinan & Kecanduan Medsos

Devita Savitri - detikEdu
Selasa, 27 Des 2022 18:00 WIB
Gunakan Medsos sejak Usia Dini, Anak Perempuan Cenderung Tidak Bahagia saat Remaja
Foto: DW (Soft News)
Jakarta -

Media sosial yang terdiri dari jejaring sosial seperti Instagram dan aplikasi pesan instan seperti Whatsapp memang telah menjadi kehidupan sehari-hari masyarakat modern termasuk para remaja dan mereka yang mulai memasuki usia dewasa.

Michelle Lenzi, dkk dalam jurnal Informasi, Komunikasi dan Masyarakat di laman Taylor & Francis Online, yang berjudul "Can an equal world reduce problematic social media use? Evidence from the Health Behavior in School-aged Children study in 43 countries" menyatakan sebuah survei terbaru.

Studi tersebut dilatarbelakangi beberapa gejala sosial hasil studi sebelumnya seperti dilansir dari laman Sci Tech Daily, antara lain:

  • Para remaja berusia 9-17 tahun di 19 negara Eropa yang mengungkapkan bahwa lebih dari 50% remaja menggunakan media sosial setidaknya setiap hari. Sekitar 16% di antaranya juga lebih memilih komunikasi secara online dibanding tatap muka.
  • Survei di AS menemukan bahwa hampir semua remaja berusia 13-17 tahun memiliki ponsel cerdas dan sering menggunakan lebih dari satu perangkat elektronik secara bersamaan.
  • Tampaknya penggunaan media sosial memiliki risiko dan manfaat bagi kesejahteraan remaja. Misalnya, media sosial dapat mendukung penyesuaian remaja melalui memfasilitasi hubungan sosial offline dengan teman dan menawarkan hiburan. Sebaliknya, penggunaan media sosial berkorelasi dengan penurunan kepuasan hidup dan gejala depresi dan kecemasan.

Berangkat dari hal tersebut penelitian dilanjutkan berkaitan dengan Problematic Social Media Use (PSMU) atau kecanduan media sosial di kalangan remaja yang ternyata berkaitan dengan ketimpangan ekonomi.

Kecanduan Media Sosial

Menggunakan metode sampel yang diikuti 179.049 remaja dengan usia 11-15 tahun dari 6.252 sekolah di 43 negara Eropa dan Kanada.

Laman Sci Tech Daily menambahkan remaja yang ikut serta dalam penelitian setidaknya pernah melalui enam atau lebih perilaku yang diidentifikasi sebagai kecanduan media sosial.

Perilaku tersebut seperti merasa tidak enak saat tidak menggunakan media sosial, mencoba menghabiskan waktu lebih sedikit dalam menggunakan media sosial namun gagal, dan mencoba menggunakan media sosial untuk melarikan diri dari perasaan negatif.

Hasil Penelitian

Penelitian ini pada dasarnya menilai berbagai aspek terkait kecanduan media sosial yang dinilai terhadap teman sekolah, ketimpangan ekonomi di tingkat sekolah hingga ketimpangan pendapatan di tingkat negara.

Hasilnya, ditemukan bila remaja yang memiliki ekonomi relatif lebih miskin dari teman sekolah mereka dan bersekolah di sekolah yang tingkat ekonominya tidak merata kemungkinan mengalami PSMU atau kecanduan media sosial.

Selain itu ditemukan tidak adanya hubungan antara ketimpangan pendapatan suatu negara dengan PSMU yang ditemukan pada remaja. Namun, kecanduan bisa terjadi bila mereka datang dari keluarga yang kurang harmonis dan kurang mendapat dukungan.

Sedangkan pengukuran yang berkaitan dengan teman sebaya mengungkapkan remaja yang memiliki teman suportif menawarkan beberapa perlindungan dari berbagai konsekuensi negatif. Untuk itu, remaja yang tak memiliki teman dan terisolasi secara sosial lebih rentan mengalami PSMU atau kecanduan media sosial.

Secara keseluruhan penelitian menunjukkan adanya potensi pengaruh ketidaksetaraan yang berbahaya pada PSMU atau kecanduan media sosial di tingkat individu, sekolah dan negara.

Kesimpulan Penelitian

Meski hasil telah disampaikan adanya ketimpangan, peneliti mengungkapkan ukuran tersebut baru efek kecil dari interaksi PSMU. Untuk itu perlu dilakukannya interpretasi dan konfirmasi lebih lanjut di penelitian selanjutnya.

Peneliti menyarankan para pembuat kebijakan harus mengembangkan tindakan untuk mengurangi pola maladaptif penggunaan media sosial oleh remaja di tingkat negara dan sekolah.

Karena, ketika kesenjangan digital terus terjadi, ketidaksetaraan ekonomi juga akan menjadi penentu sosial yang kuat dari kesehatan dan kesejahteraan para remaja. Para peneliti juga memberikan berbagai upaya pencegahan kecanduan media sosial yang bisa dilakukan di sekolah seperti:

1. Perbedaan kelas sosial yang objektif dapat memiliki efek positif yang luas pada kesejahteraan di luar penggunaan media sosial.

2. Meningkatkan hubungan antar teman sejawat di lingkungan siswa agar bisa timbul faktor protektif terhadap hal-hal negatif kecanduan media sosial.

3. Menggunakan kurikulum pembelajaran sosial dan emosional untuk membantu mengurangi kecanduan media sosial pada anak dan remaja.



Simak Video "Momen Brio Merah Dikejar Massa Karena Tak Bayar saat Isi BBM"
[Gambas:Video 20detik]
(nwk/nwk)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia