Kisah Guru Asal Mataram Hadirkan Sejumlah Inovasi Pembelajaran

ADVERTISEMENT

Kisah Guru Asal Mataram Hadirkan Sejumlah Inovasi Pembelajaran

Dea Duta Aulia - detikEdu
Kamis, 24 Nov 2022 12:23 WIB
Sumiati, Suru SMAN 11 Mataram
Sumiati, Suru SMAN 11 Mataram/Foto: Dok. Kemendikbudristek
Jakarta -

Guru sebagai motor perubahan harus memiliki pola pikir kritis dan berinovasi dalam proses pembelajaran. Sehingga mampu mempersiapkan kompetensi peserta didik yang baik serta mampu menjawab tantangan zaman.

Hal itulah yang dilakukan oleh guru asal Mataram NTB Sumiati dan Sunarti. Kedua guru tersebut memiliki semangat tinggi untuk mendorong kompetensi peserta didik agar mampu menjawab tantangan zaman.

Sumiati mengatakan guru harus mampu beradaptasi dengan teknologi. Sehingga mampu memberikan ilmu kepada peserta didik dengan baik.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Sebab, kompetensi tersebut sangat dibutuhkan agar guru bisa mengelola pembelajaran sesuai dengan kondisi yang ada khususnya di abad ke-21 ini," kata Sumati dalam keterangan tertulis, Kamis (24/11/2022).

Wanita yang mengajar di SMAN 11 Mataram ini mengatakan sejak pandemi COVID-19, guru harus melek teknologi agar bisa menunjang pembelajaran. Mengingat pada momen tersebut, internet begitu dimanfaatkan untuk menunjang proses pembelajaran daring. Google Classroom menjadi salah satu media digital yang digunakan guru untuk membuat soal secara daring.

ADVERTISEMENT

Meski adaptasi terhadap teknologi bagi beberapa guru senior membutuhkan proses yang lebih lama, Sumiati mengungkapkan mereka tetap menunjukkan ketertarikannya untuk belajar. Terkait dengan peningkatan kompetensi digital dan teknologi informasi (TI), Sumiati menekankan bahwa hal tersebut sebenarnya bisa dilakukan kapan saja dan di mana saja.

"Pengembangan diri bisa dilakukan dengan mandiri tanpa harus menunggu dipanggil pelatihan oleh pemda apalagi pada zaman sekarang ini banyak sekali pelatihan-pelatihan online yang tidak berbayar yang bisa diikuti oleh guru-guru," tuturnya.

Ia menuturkan hal tersebut juga perlu dilengkapi dengan kolaborasi dengan teman sejawat. Sehingga setiap guru bisa berbagi ilmu dan pengalaman dengan para pengajar lainnya.

"Jika mereka memiliki kemampuan lebih maka saya akan mengajak dia untuk berbagi dan berkolaborasi sehingga mampu meningkatkan kapasitas satu sama lain," ujarnya.

Tak hanya itu, Sumiati mengatakan seorang guru juga harus mau terus belajar. Dengan mempelajari berbagai hal baru dan mengikuti pelatihan maka mampu meningkatkan kualitas diri.

"Biasanya setelah mengikuti pelatihan saya merasa keterampilan dan kemampuan semakin bertambah dan saya selalu tidak sabar untuk berbagi dan mengimbaskannya baik kepada teman guru yang lain maupun kepada siswa," jelasnya.

Adapun pelatihan yang pernah diikuti yakni Pembuatan Naskah dan Video Pembelajaran, Orientasi Pembelajaran Kurikulum Merdeka (online Mandiri), dan Pelatihan Penggerak Merdeka Belajar. Pelatihan lainnya yang pernah diikuti yakni Pelatihan Pembuatan Modul Ajar Kurikulum Merdeka secara offline dan Pelatihan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila secara offline.

Ia menyebutkan berbagai pelatihan tersebut memberikan dampak positif terhadap pola pembelajaran di kelas. Sehingga mampu menerapkan pembelajaran berdiferensiasi, merancang pembelajaran bermakna, membimbing setiap siswa untuk membuat, dan menggunakan blog sebagai media pembelajaran.

"Saya juga termotivasi untuk memvariasikan model pembelajaran di kelas seperti model pembelajaran PBL, PJBL, Discovery Learning dan lain-lain," jelasnya.

Sementara itu, seorang guru Bahasa Indonesia di SMAN 1 Mataram Sunarti mengatakan kolaborasi dan pelatihan penting dilakukan untuk meningkatkan capaian belajar siswa. Melalui kolaborasi dan pelatihan maka bisa meningkatkan kapasitas diri.

"Salah satu cara yang paling sederhana untuk meningkatkan kompetensi adalah dengan berbagi dan berkolaborasi. Seorang guru haruslah terus bergerak, terus bergerak, dan teruslah menggerakkan komunitas di sekitarnya," kata Sunarti.

Melalui kolaborasi dan pelatihan, Sunarti juga mampu menghadirkan sejumlah inovasi. Berikut adalah sejumlah inovasi yang dilakukan Sunarti. Pertama, 'AMP' yang memberdayakan alumni, media swadaya, dan penghargaan meningkatkan motivasi hasil belajar siswa.

Kedua, 'ES TEH' singkatan dari empati, simpati, tulus, energik, dan harmonisasi sebagai upaya untuk meningkatkan nilai karakter siswa. Ketiga, 'DIKSI SI DARLING' singkatan dari diskusi, kolaborasi, dan apresiasi daring luring atasi learning loss di Masa PTMT. Keempat, 'KIS' singkatan dari kolaborasi, inovasi, dan solusi dalam mewujudkan Merdeka Belajar dan Profil Pelajar Pancasila.

"Siswa lebih antusias dan lebih banyak ingin tahu tentang cara dan materi yang guru ajarkan. Pembelajaran menggunakan IT sangat menarik dan tidak membosankan kata siswa," tutupnya.

(akn/ega)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads