Deddy Mulyana namanya, Guru Besar Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran (Unpad) ini gemar menulis hingga menghasilkan 53 buku. Ia sendiri bahkan tidak menyangka sudah menghasilkan banyak karya sebanyak itu.
"Orang kadang-kadang heran, kenapa saya bisa menghasilkan 53 buku? Saya sendiri tidak percaya, tapi faktanya seperti itu," ujarnya dikutip dari situs resmi Unpad pada Selasa (8/11/2022).
Pria yang akrab disapa Prof Deddy itu telah menghasilkan 53 buku. Bahkan, empat buku di antaranya diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain itu, ia juga mempublikasikan lebih dari 50 artikel ilmiah di jurnal internasional dan nasional, lebih dari 40 book chapter, hingga ratusan artikel ilmiah populer maupun kolom atau opini di berbagai media massa.
Karya terbarunya yaitu Communication Technology and Society: Exploring the Multicultural and Digital World. Buku tersebut ia tulis bersama dosen Universitas Indonesia (UI), yaitu Dr Devi Rahmawati.
Isi dari buku tersebut adalah kumpulan artikel ilmiah Prof Deddy yang diterbitkan di jurnal terindeks Scopus dan jurnal Sinta-2 yang telah diubah ke dalam format buku. Diluncurkan pada Rabu lalu (2/11/2022), buku tersebut laris dan habis terjual.
Mulai Menulis Sejak di Bangku SMA
Kecintaannya dalam dunia tulisan bermula pada tahun 1970, saat Prof Deddy duduk di bangku SMA. Ia gemar menulis cerita pendek sampai menginjak jenjang kuliah.
Sebanyak 80 cerita pendek telah ia tulis dan diterbitkan menjadi beberapa buku kumpulan cerpen. Lulus dari Unpad, ia lantas menekuni karangan khas berupa feature perjalanan yang juga dibukukan.
"Baru beberapa bulan kemudian setelah saya lulus dari Fikom Unpad pada 1981, saya mulai menulis artikel ilmiah populer," jelas Prof Deddy.
"Kapan Kita Punya TV Sekolah?" menjadi artikel pertama yang dimuat di salah satu surat kabar, tepatnya pada 7 Desember tahun 1981. Adapun artikel terbarunya yakni bertajuk "Etnometodologi Kasus Sambo" di salah satu media massa pada awal November 2022.
Dituntut Menghasilkan Karya Ilmiah Semenjak Menjadi Dosen
Sebagai seorang dosen, tentu Prof Deddy dituntut untuk menghasilkan karya ilmiah. Ragam tulisan berbentuk buku dan artikel ia buat, bahkan karya-karya tersebut banyak dibaca oleh kalangan akademisi dan mahasiswa jurusan Ilmu Komunikasi.
Salah satu bukunya Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar yang diterbitkan pada tahun 2000 silam masuk dalam kategori terpopuler di kalangan mahasiswa. Buku ini menjadi pegangan wajib bagi mahasiswa Ilmu Komunikasi di Indonesia hingga dicetak ulang sebanyak 23 kali.
"Setelah artikel kita dimuat di media massa, atau buku tersebut dicetak dan dijual di toko buku, memang ada imbalan material, tetapi imbalan non material lebih tinggi. Ada sensasi yang saya rasakan ketika mendapatkan apresiasi dari orang bahwa buku atau artikel itu bagus. itu membuat kita senang. Apalagi ketika kita tahu buku itu diwajibkan di perguruan tinggi, itu membuat kita senang lagi," papar Prof Deddy.
Banyak Menulis Ragam Perspektif
Prof Deddy juga menulis ragam perspektif dari Ilmu Komunikasi. Menurutnya, kajian Ilmu Komunikasi tidak ada habisnya untuk terus dipelajari dan didalami.
"Keserbahadiran komunikasi di berbagai bidang ini menciptakan disiplin komunikasi yang lebih khusus, seperti Komunikasi Antarbudaya, Komunikasi bisnis, Komunikasi Politik dan Komunikasi Kesehatan," jelasnya.
Selain itu, jika ditinjau dari sudut pandangnya banyak yang bisa digali. Mulai dari perspektif objektif atau positivis, lalu interpretif atau konstruktivis, dan yang terakhir adalah kritis. Walau terbagi ke dalam beberapa varian, interpretif jadi yang paling ia senangi dan kuasai.
Oleh karenanya, Guru Besar Unpad itu memanfaatkan keragaman disiplin dan perspektif pada Ilmu Komunikasi. Ia hanya tinggal memilih bidang komunikasi mana yang ingin dibahas dan dari perspektif apa.
Prof Deddy juga mengatakan, dirinya tak jarang menulis hal-hal diluar bidang ahlinya, contohnya seperti di bidang Komunikasi Antar budaya, Komunikasi Kesehatan, dan Kajian Media dengan mengeksplorasi Komunikasi Hukum seperti artikel "Etnometodologi Kasus Sambo".
Saking produktifnya menulis, ia kerap disebut sebagai "Begawan Ilmu Komunikasi di Indonesia".
Gaya Menulis Prof Deddy
Ketika ingin menulis buku, Prof Deddy menentukan dahulu apakah buku tersebut akan menjadi pegangan mahasiswa atau bukan. Jika iya, maka ia menyesuaikan judulnya dengan nama mata kuliah, seperti Metodologi Penelitian Kualitatif (2002) dan Pengantar Ilmu Komunikasi Lintas Budaya (2019).
Gaya menulis bukunya juga cukup unik, sebab menggunakan gaya naratif. Menurutnya, hal ini didasarkan dari prinsip manusia sebagai Homo Narrans, makhluk yang suka bercerita dan menyukai cerita.
Sekompleks apapun pembahasannya, Prof Deddy dapat menulisnya dengan diksi yang mudah dimengerti. Bahkan, ia sering menyelipkan unsur humor dalam penjelasannya. Tentunya, hal ini jadi salah satu faktor bukunya laris di pasaran.
Tips Produktif Menulis dari Prof Deddy
Prof Deddy mengakui bahwa menulis jadi keterampilan dalam komunikasi yang sulit dikuasai. Sebab, keterampilan tersebut harus terus dilatih. Ia membagikan sejumlah tips yang didasarkan dari pengalamannya, yaitu:
1. Menyenangi aktivitas menulis. Caranya dengan mencoba hal-hal yang disenangi, selain sesuai dengan bidang keahlian.
2. Banyak membaca karya orang lain
3. Menguasai bahasa asing
4. Terus berlatih sepanjang waktu
5. Memiliki kecerdasan emosional
Prof Deddy mengatakan kecerdasan emosional dibutuhkan untuk membangun konsistensi menulis ketika tulisan mengalami penolakan.
"Artinya, jangan kesal, kecewa, apalagi putus asa ketika tulisan kita ditolak editor atau penerbit. Perbaiki lagi tulisan kita, sampai kita merasa tulisan itu optimal, atau buat lagi tulisan yang lain, hingga akhirnya tulisan kita diterbitkan," ujarnya.
(pal/pal)