Kisah Faqih, Raih Beasiswa Unggulan hingga Jadi Lulusan Terbaik S2 IPB

ADVERTISEMENT

Kisah Faqih, Raih Beasiswa Unggulan hingga Jadi Lulusan Terbaik S2 IPB

Fahri Zulfikar - detikEdu
Rabu, 19 Okt 2022 11:00 WIB
Faqih Baihaqi berhasil raih Beasiswa Unggulan S2 dan lulus dengan IPK 3,96 dengan meneliti ikan amfidromus
Foto: Doc. Puslapdik Kemdikbud/Lulusan S2 IPB University Terbaik 2021
Jakarta -

Beasiswa Unggulan (BU) dari Kemendikbudristek adalah beasiswa yang diberikan pada mahasiswa yang memiliki prestasi. Salah satu penerima yang berprestasi itu adalah Faqih Baihaqi.

Faqih berhasil memperoleh Beasiswa Unggulan jenjang S2 pada Program Studi Manajemen Sumber Daya Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB University di awal tahun 2020.

Ia pun lulus di bulan Juli 2021 dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) sangat mengesankan, 3.96. Cum laude.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Prestasi Faqih tersebut merupakan peningkatan dari kelulusannya saat Sarjana pada 2019. Di jenjang S1 tersebut , ia meraih IPK 3.85 dan mendapatkan predikat lulusan terbaik tingkat program studi.

"Kecintaan saya pada ikan dan laut membuat saya semangat dan tekun kuliah, mungkin itu kunci keberhasilan saya dalam studi," ucap Faqih dikutip dari laman resmi Puslapdik Kemendikbudristek, Rabu (19/10/2022).

ADVERTISEMENT

Aktif Berkegiatan saat S1

Kepada Tim Puslapdik, Faqih bercerita bahwa semasa kuliah S1, ia tak mau jadi mahasiswa "kupu-kupu" alias kuliah pulang-kuliah pulang.

Oleh karena itu, lelaki asal Depok, Jawa Barat ini aktif di Himpunan Mahasiswa hingga beberapa kegiatan. Salah satunya yakni terlibat dalam penanaman 1000 mangrove di Kepulauan Seribu.

Saat itu, atas rekomendasi dosen pembimbingnya, Charles P.H. Simanjuntak, S.Pi., M.Si., Ph.D, Faqih melakukan riset untuk skripsi mengenai plankton di Kepulauan Seribu.

Hasil riset yang menjadi tema skripsinya kemudian dipresentasikan pada simposium internasional Coastal ecosystem and biodiversity of Asia-Pacific: Achieving SDG 14 pada 2019. Penelitiannya juga dituliskan dalam jurnal internasional terindeks Scopus, IOP Conference Series: Earth and Environmental Science, Volume 420.

Di jurnal tersebut, karya tulis Faqih bersama dosennya, Charles dan Dr. Majariana Krisanti, S.Pi., M.Si tercatat berjudul Comparison of Zooplankton Community Structure in Seagrass Ecosystems of Panggang and Semak Daun Islands, Kepulauan Seribu, Indonesia.

"Meraih predikat lulusan terbaik dan berhasil menulis di jurnal internasional, itu mungkin yang jadi faktor saya bisa memperoleh BU," kata Faqih.

Memutuskan Jadi Dosen dan Peneliti

Dengan prestasi yang sudah diraihnya, Faqih memantapkan diri untuk menekuni bidang perikanan dan kelautan. Ia pun memutuskan untuk berkarier sebagai dosen dan sekaligus peneliti.

Hal itulah yang membuat anak kelahiran 1997 ini mendaftarkan diri di jenjang pascasarjana. Namun sebelumnya, Faqih sempat menjajal potensi diri di bidang properti sebelum akhirnya daftar S2 dan memperoleh Beasiswa Unggulan.

"Kerja di properti itu hanya untuk mengumpulkan modal awal kuliah S2 sebab kan waktu itu belum daftar BU," terangnya.

Pada tahun 2020, saat kuliah jenjang S2, Faqih kembali terlibat dalam seminar internasional bertajuk International Seminar on Fish and Fisheries Sciences (ISFFS).

Hasil seminar berupa karya tulis ilmiah sebanyak 85 paper lantas dipublikasikan tahun 2021 dalam prosiding internasional terindeks Scopus Q3.

Kemudian tahun 2022 ini, Faqih kembali diajak mentornya, Charles, untuk terlibat dalam sebuah seminar internasional yang diselenggarakan Embrio atau Enhancing Marine Biodiversity Research in Indonesia IPB, di mana Charles jadi direkturnya.

"Target seminar yang dilaksanakan para dosen dan mahasiswa IPB ini adalah memproduksi lebih dari 100 paper ilmiah dalam upaya meningkatkan produksi ilmiah IPB," ujarnya.

Meneliti Impun atau Ikan Amfidromus

Adapun saat menyusun tesis, Faqih memilih topik mengenai ikan sejenis impun yang masuk kelompok ikan amfidromus.

Ikan yang mirip ikan teri ini adalah ikan air tawar yang biasa hidup di muara-muara sungai atau estuari. Telur impun ini menempel di batu-batu sungai. Setelah menetas, larvanya terbawa arus ke laut.

Faqih mengungkapkan bahwa ikan ini memiliki hal unik di mana setiap tanggal 25 bulan Hijriah, impun-impun ini secara berkelompok kembali ke habitat awalnya di estuari.

Saat kembali ke estuari itulah masyarakat yang berada di pesisir pantai dekat estuari menangkapnya secara massal.

"Di Teluk Sukabumi, tempat saya melakukan riset, ada lima estuari. Setiap tanggal 25 bulan Hijriah, puluhan masyarakat terjun melakukan penangkapan ikan impun ini. Dulu, sekali musim penangkapan, setiap orang mampu menangkap sebanyak satu karung impun, yang bisa dikonsumsi sendiri atau dijual," paparnya.

Melihat masyarakat yang belum tahu dan cenderung mengabaikan keberadaan dan keberlangsungan ikan impun, Faqih tergerak untuk melakukan riset.

Menurutnya, riset ini penting agar bisa diketahui diversitas dan kelimpahan ikan impun ini sehingga populasi ikan diharapkan terjamin.

"Selain bisa berdampak pada ekonomi rakyat, juga menjaga keberlangsungan ekosistem kelautan. Ini baru riset awal, sebelum nantinya riset lanjutan terkait pakan, pemijahan yang akhirnya pengelolaan ikan impun ini," ungkap Faqih.

Ingin Lanjut S3 di Jepang

Penelitian Faqih berujung pada 22 Juni 2022 lalu. Hasil risetnya yang bertajuk "Diversitas dan kelimpahan anak ikan sebagai dasar pengelolaan perikanan amfidromus di lima estuari Sukabumi" itu dipresentasikan di sidang tesis yang mengantarkan Faqih meraih gelar S2.

Adapun terkait rencana ke depan, Faqih berniat melanjutkan studi jenjang doktoral di Jepang. Selain karena rekomendasi dosen pembimbingnya, ia memilih Jepang karena menjadi negara termaju dalam teknologi kelautan.

"Insya Allah bulan April tahun 2023 mendatang ada pembukaan program studi di Jepang, Pak Charles akan merekomendasikannya, dan saat ini saya sedang mempersiapkan sertifikat ELS," tutur lulusan S2 Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB tersebut.




(faz/twu)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads