Demi meraih cita-cita, mahasiswi bernama Lorichika Gustinda Larasati ini 'nekat' menjalani kuliah di Indonesia dan Taiwan. Ia mengikuti program fast track double degree untuk gelar masternya.
Perempuan yang akrab disapa Lori ini adalah lulusan S1 Akuakultur Fakultas Perikanan dan Kelautan (FPK) Universitas Airlangga (Unair). Saat ini ia sedang menjalani kuliah di dua negara yakni di Indonesia dan Taiwan.
Dikutip dari laman resmi Unair (6/10/2022), Lori menjelaskan menjelaskan program fast track itu percepatan S1 dan S2 yang dapat ditempuh selama 5 tahun. Lalu dilanjutkan dengan double degree saat S2.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Untuk mengikuti program ini, Lori menghabiskan masa kuliah tahun pertama di Indonesia dan tahun kedua di luar negeri.
Lori memilih melanjutkan S2 di jurusan Bioteknologi Perikanan dan Kelautan di Unair. Serta jurusan Biological Science and Technology di National Pingtung University of Science and Technology (NPUST) Taiwan.
Semangatnya mengikuti program double degree di dua negara ini tumbuh setelah ia kerap mengikuti kegiatan di luar negeri. Semasa kuliah S1, Lori pernah mengikuti magang di Kasetsart University Thailand.
Dalam kesempatan ini Lori melakukan mini research dan berhasil publikasi di Institute of Physics (IOP). Mulai dari kegiatan inilah ia terpacu untuk menuntut ilmu dan mencari pengalaman di luar negeri.
Punya strategi khusus
Sebelum berangkat ke Taiwan, Lori mengaku sudah mempersiapkan dengan matang seluruh prosesnya. Program double degree di luar negeri ini mengharuskan gadis asal Surabaya ini mengantongi berbagai dokumen penting sebagai syarat.
Untuk kualifikasi program double degree yang disediakan FPK Unair meliputi IPK S1, sertifikat kemampuan bahasa (IELTS/TOEFL/CEFR), research plan, CV, paspor, dan dokumen-dokumen pendukung lainnya. Tak hanya itu, setelah seluruh dokumen terpenuhi, Lori masih harus mengikuti sesi wawancara dengan kepala program studi S2 FPK Unair.
"Niatnya saya habisin semua mata kuliah (matkul) di Unair, biar waktu di Taiwan saya tinggal fokus research. Tapi di sini, saya harus ikut dua mata kuliah lagi, yaitu seminar dan advance molecular biology, sekaligus running tesis," ucapnya.
Lori tak mau menghabiskan banyak waktu yang terbuang sia-sia selama di negeri orang. Oleh karenanya ia memiliki strategi yang disusunnya sejak masih di Indonesia.
Lori sudah mencari dosen di Taiwan yang memiliki keahlian sesuai topik tesisnya di bidang Immunology udang vaname. Usaha ini sudah dilakukan sehingga ketika ia tiba di Taiwan bisa langsung mengerjakan tesisnya.
"Alhamdulillah keterima di lab Prof. Shao-Yang Hu dari Department of Biological Science and Technology dan co-prof saya, Prof. Liu dari Department of Aquaculture," ujar Lori.
Mantan asisten praktikum mikrobiologi FPK Unair ini mempertimbangkan matang-matang terkait rencana belajar yang ditempuh selama di Taiwan. Ia tidak mau program fast track ini justru terhambat karena hal sepele.
Pengalaman Kuliah di Taiwan
Selama menjalani kuliah di Taiwan, Lori mengaku merasakan banyak pengalaman baru. Di satu sisi, ia senang mendapat kesempatan sekolah di luar negeri. Namun di sisi lain, ia harus beradaptasi karena hidup jauh dari keluarga.
Proses adaptasi dengan budaya masyarakat Taiwan juga memberi pandangan baru bagi Lori. Salah satunya dengan tertib membuang sampah.
Pengalaman adaptasi inilah yang dianggap Lori sebagai nilai tambah. Menurutnya ilmu dari suatu bidang itu bisa dipelajari lewat jurnal atau buku. Akan tetapi pengalaman beradaptasi dan kolaborasi di luar negeri itu tidak dapat dibeli.
Lori menyampaikan pesan kepada mahasiswa lain yang juga ingin kuliah di luar negeri. Ia menyarankan untuk sering berburu beasiswa.
"Banyak banget beasiswa bertebaran, tapi yah jangan berpatok di beasiswa yang terkenal aja. Sebab saingannya pasti gede juga. Jadi perbanyak research beasiswa di negara/kampus tujuan. Alhamdulillah saya free uang kuliah, penelitian, bahkan stipend dari professor," pungkas Lori.
(dvs/nwy)