Ribuan Peserta Generasi Gigih 2.0 Lulus Training, Langsung Kerja Bidang Teknologi

ADVERTISEMENT

Ribuan Peserta Generasi Gigih 2.0 Lulus Training, Langsung Kerja Bidang Teknologi

Fahri Zulfikar - detikEdu
Kamis, 25 Agu 2022 13:18 WIB
Ilustrasi teknologi kesehatan.
Foto: dok. Biznet/Ilustrasi Pelatihan Teknologi
Jakarta -

Generasi GIGIH 2.0 yang diinisiasi oleh Yayasan Anak Bangsa Bisa (YABB) dari GoTo Group, resmi meluluskan lebih dari 1.000 future-ready tech talent setelah enam bulan menjalani program dari 28 Februari -29 Juli 2022.

Generasi GIGIH ini dirancang untuk memenuhi kebutuhan akan talenta teknologi menuju Indonesia Emas 2045, serta untuk menciptakan generasi muda Indonesia yang siap menghadapi perkembangan teknologi di masa depan.

Program ini berisi pembelajaran paket lengkap mulai dari keterampilan teknis, keterampilan lunak hingga bahasa yang dibuat dengan cermat oleh para pakar industri.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Latar Belakang Program Generasi Gigih

Chairperson YABB, Monica Oudang menjelaskan bahwa program Generasi Gigih diawali dari meningkatnya kebutuhan SDM teknologi yang tak sebanding dengan talenta yang ada.

"Diawali oleh suatu tantangan yang dihadapi, bagaimana di tengah hypergrowth Gojek, talenta teknologi masih sangat terbatas. Kami banyak bertemu dan berbicara kepada perusahaan baik yang dibidang digital maupun yang lain, juga punya problem yang sama," ucapnya dalam acara Generasi GIGIH 2.0 Graduation Media Briefing Virtual via Zoom, Kamis (25/8/2022).

ADVERTISEMENT

Monica mengatakan saat ini jika melihat ukuran angkatan kerja, maka ada puluhan juta talenta yang berpotensi tapi masih ada keterbatasan akses.

Latar ini kemudian diselaraskan dengan aspirasi Indonesia Emas 2045. Terutama pilar pertama yakni pembangunan manusia dan penguasaan Iptek.

"Kami merasa bahwa harus menjembatani dan mendorong generasi muda untuk masuk ke dunia teknologi dengan lebih mudah. Jadi kami harus bergandeng tangan dengan pihak lain untuk mencapai impian ini," ungkapnya.

Terjun Langsung ke Industri Kerja

Adapun untuk mencapai hal itu, YABB dan para mitra merancang program yang bisa menciptakan talenta teknologi yakni pelatihan kompetensi komprehensif jalur back end, front end, dan data.

Dengan kecakapan itu, nantinya peserta akan ditempatkan di mitra YABB untuk mendapatkan pengalaman kerja sebagai software engineer dan magang analis data dan mendapatkan proyek batu penjuru sebagai tugas akhir untuk mengimplementasikan pengetahuan.

Hal ini juga dibuktikan dengan Generasi Gigih 1.0 yang bisa terjun ke industri setelah mengikuti program.

"78 % dari lulusan Generasi Gigih 1.0 mendapatkan pekerjaan setelah lulus magang. Dibandingkan sebelumnya, jumlah perempuan di Generasi Gigih 2.0 naik 38%, mematahkan stereotip tentang talenta di dunia teknologi yang kerap dilekatkan dengan laki-laki," jelas Monica.

Kurikulum dalam Generasi Gigih 2.0

Senada dengan Monica, Master Mentor Generasi Gigih 2.0 (Co Founder Program GG 2.0), Iqbal Farabi menyampaikan bahwa kurikulum yang ada di program Generasi Gigih memiliki tujuan untuk mengurangi gap antara pengetahuan di kuliah dan di industri.

"Apa yang diajarkan di perkuliahan perlu didampingi dari sudut pandang industri supaya tidak ada gap tentang perkembangan," terangnya.

"Salah satu yang saya rasakan pada saat lulus kuliah adalah industri teknologi perkembangannya sangat cepat. Misal saat kuliah dulu membuat program untuk desktop, pada akhir kuliah sudah melalui web, dan saat ini sudah memakai aplikasi di gadget," tambah lulusan Teknologi Informasi ITB itu.

Adapun 4 hal yang ada dalam program ini dalam rangka menjembatani gap tersebut antara lain:

1. Memastikan kurikulum relevan dengan industri

2. Memastikan fundamental knowledge

3. Memakai beberapa metode dengan kunci berpikir kritis dan mandiri

4. Memberi pengalaman real dengan mitra industri

Pengalaman Peserta Generasi Gigih 2.0

Sementara itu, salah satu peserta Mahasiswa Bisnis Internasional Unpad, Gendis, tutur menceritakan keikutsertaanya dalam program Generasi Gigih 2.0.

Ia mengatakan ketertarikannya terhadap program bermula dari rasa penasaran perihal pengetahuan yang ada di kuliah dan industri.

"Jujur awalnya cuma penasaran, karena di kuliah ada materi analisa. Nah itu dari kurikulum dari perkuliahan, aku penasaran apakah sama dengan kurikulum dengan ada yang di industri," katanya.


Di program tersebut, Gendis memfokuskan untuk jalur pembelajaran Data Analyst. Hal ini diakuinya cukup menantang karena ada beberapa hal yang belum ditemukan di bangku perkuliahan.

"Pas awal awal bingung karena harus coding karena di kuliah tidak ada coding. Tapi seneng banget ada temen temen dan mentor yang bisa bantu aku," ucapnya.


Gendis juga menjelaskan tahapan program mulai dari tahap pembelajaran hingga mengerjakan capstone project atau mendapatkan pengalaman magang yang dibayar selama 3 bulan di mitra industri.

"Kita itu onboarding, kemudian 2 minggu self learning dan cakap. Setelah itu belajar di kelas virtual dengan class instructor. Sebelum di kelas ada pra-reading. Pembelajarannya lecture gitu tapi di pertengahan ada diskusi tim yang sudah dibagi. Setelah itu dikasih PR, team work," paparnya.

Terakhir ketika ditanya apa saja yang didapatkan selama mengikuti program, Gendis mengaku sangat senang dan terbuka wawasannya.

"Di sana, belajar tentang growth mindset dan diajarkan membuat CV dan cara mempromosikan di LinkedIn hingga melatih critical thinking. Setiap hari modulnya berbeda-beda jadi seru," tutur mahasiswa Unpad itu.




(faz/nwy)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads