Jakarta -
Sebuah pepatah yang berbunyi 'jangan menilai orang hanya dari luarnya saja' tampaknya perlu diterapkan untuk publik figur tanah air. Pasalnya, tak banyak yang tahu apa kiprah mereka di balik layar yang tak terlihat.
Seperti yang dilakukan penyanyi Yuni Shara misalnya. Pemilik nama asli Wahyu Setyaning Budi mungkin hanya dikenal sebagai pelantun lagu sejak medio 1990-an.
Namun, di umurnya yang menginjak 50 tahun, tak banyak yang tahu bahwa Yuni Shara bukan hanya menyuarakan lagu-lagu saja namun juga telah berbicara lebih jauh tentang peran perempuan. Bahkan ia juga berkiprah langsung di bidang pendidikan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Perempuan Adalah Manusia Super
Di mata perempuan kelahiran 3 Juni 1972 itu, perempuan adalah manusia super yang serba bisa secara teknis maupun mental tiada akhir, tanpa batas waktu.
Perempuan terlahir untuk multitasking, misalnya ibu-ibu itu bisa sambil menyusui sambil baca, sambil melakukan hal lain yang itu bisa dilakukan perempuan dalam waktu yang bersamaan.
"Dia punya manajemen waktu yang lebih baik daripada pria. Artinya pagi itu dari bangun tidur dia mau ngurusin anak dulu, atau dia mau beres-beres dirinya dulu, atau ngurusin suami, itu dia bisa melakukan Selain multitasking dia juga punya manajemen waktu yang baik untuk mengatur perusahaan-perusahaan yang namanya rumah tangga," ujar Yuni Shara dalam wawancara khusus dengan detikHot.
Dalam memandang generasi kekinian, Yuni Shara berpendapat bahwa perempuan menjadi sosok penting yang harus melanjutkan generasi berikutnya.
Oleh karena itu, perempuan juga harus kuat, karena akan ada banyak tuntutan yang ditanggung.
"Perempuan itu diwujudkan menjadi sosok yang serba menguasai banyak hal, tapi kalau dia nggak bisa satu hal aja, kekurangannya itu menjadi kesalahan dan menutup semua kebaikannya," kata kakak dari penyanyi Krisdayanti itu.
Apa yang dikatakan Yuni Shara bukan hal yang tak dia lakukan. Dia pun menjalani peran sebagai perempuan yang serba bisa, dimulai saat dirinya masih menjadi anak sampai kini seorang ibu.
"Sebagai anak waktu itu terlahir sudah membantu ibu setelah sekolah. Setelah periode itu, bekerja, setelahnya menikah. Setelah menikah punya anak, punya anak tetap harus bekerja juga, ngurusin suami juga, melanjutkan ini dan itu. Sampai seberapa kuat? Ya harus sekuat itu, air mata dan darah, tidak ada ujungnya," ungkapnya.
Pulang Kampung Mendirikan PAUD
Pulang Kampung Mendirikan PAUD
Bagai kacang yang tak lupa akan kulitnya, Yuni Shara tak berhenti bersuara soal peran besar perempuan dalam kehidupan.
Pelantun lagu '50 tahun lagu lagi' juga turut membangun kampung halamannya di bidang pendidikan.
Dia telah mendirikan institusi pendidikan anak usia dini (PAUD) bernama Permata Cahaya Abadi yang terletak di Batu, Malang, Jawa Timur.
Selama 11 tahun terakhir, dirinya ngemong anak-anak dalam format penitipan atau daycare, playgroup dan Taman Kanak-kanak.
"Kalau di Batu itu awalnya ada sekolah mau ambruk aku ambil, terus aku ngontrak rumah. Sekarang di tahun ke-11 baru punya gedung sendiri nih, Alhamdulillah. Sekarang sekolah ini sudah Akreditasi A, aku menerapkan belajar dan bermain," ucapnya saat bercerita.
Perjalanannya seakan menjadi bukti nyata bahwa perempuan itu kuat dan bisa berperan serba bisa.
Hal ini turut ditunjukkan Yuni ketika di tengah kesibukannya, ia masih mengunjungi anak muridnya setidaknya dua kali dalam setahun.
"Biasanya ke sana itu tiap Hari Kartini dan 17 Agustus," katanya.
Bagi Yuni, tidak ada banyak alasan mengapa dia memutuskan untuk memiliki sekolah. Dalam pikirannya, sudah sepantasnya, anak-anak dapat bersekolah apapun kondisi dan latar belakang anak tersebut.
Yuni ingin menjadi jawaban ketika ada anak-anak yang tidak bisa menjawab mereka sekolah di mana dan mengapa tidak bisa sekolah.
"Orang-orang sudah mulai sadar bahwa sebagai anak-anak adalah penerusnya, itu kenapa mereka harus bersekolah. Dan selalu, kalau lihat anak kecil yang ditanya dia sekolah kelas berapa, sekolahnya di mana, bagaimana. Aku mau setiap anak itu punya jawaban atas itu," tuturnya.
"Kamu bayangin kalau anak kecil ditanya, dia nggak punya jawaban itu apa rasanya? Kita nggak usah ngomongin sekolah yang lebih bagus atau tidak, itu belakangan. Sama-sama sekolah aja deh dulu," tambah Yuni.
Menyusuri Komunitas & Relawan hingga Mengajar
Jika banyak orang akan puas dengan peran besar yang sudah dimiliki. Namun tidak dengan Ibu dua anak satu ini.
Tidak tanggung-tanggung terjun di dunia pendidikan, Yuni juga aktif mendampingi anak-anak jalanan.
Dari mulai mendampingi seorang anak wisuda, sampai mengikutsertakan mereka dalam ajang Street Child World Cup, sebuah ajang pertandingan sepak bola empat tahunan, layaknya Piala Dunia, khusus bagi anak-anak jalanan.
"Anak jalanan itu awalnya tuh karena aku sering ikut ngurusin banjir sama komunitas dan relawan. Nah suatu saat diajak untuk terlibat lebih jauh, ternyata mereka itu juga mengajar untuk anak-anak di bawah kolong jembatan, panti asuhan," papar Ibu dari Cavin Obient Salomo Siahaan (20) dan Cello Obient Siahaan (18).
Tak hanya mengajar anak-anak, Yuni bahkan bikin pelatihan juga buat ibu-ibu dengan daur ulang sampah menjadi sesuatu untuk dijual.
"Aku bilang bahwa kalian harus kerja kalau mau punya, jangan karena musibah jadi hanya menunggu uluran tangan saja," tuturnya.
Dengan segala keterlibatannya di balik panggung megah dunia tarik suara ini, Yuni Shara tuntas menjadi segalanya dalam perwujudan perempuan.
Menjadi seorang ibu, berkarier, memiliki pikiran yang positif dan mandiri, serta menjadi ibu bagi anak-anak PAUD di kampung halamannya.