Tim mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) dan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) meraih juara di kompetisi desain mobil listrik 2022 Jakarta E-Prix Sustainable Electric Vehicle (EV) Design Competition kategori perguruan tinggi di ajang Grand Prix Formula E 2022.
Tim UGM meraih posisi juara dengan hadiah Rp 75 juta, disusul tim ITS sebagai Runner Up dan membawa pulang Rp 50 juta.
Desain Mobil Listrik Arjuna EV UGM
![]() |
Tim Arjuna EV UGM mengusung desain mobil listrik bertipe Sport Utility Vehicle (SUV) dengan fitur autonomous SAE level 3 Arjuna Smart Mobility (ASM). Fitur ini memungkinkan mobil dikendarakan otomatis oleh sistem. Mobil bernama Arcana ini didesain punya 71 safety systems dan tiga mode kemudi (driving mode), yaitu eco mode dengan kecepatan maksimal 76,6 km/jam, normal mode di kecepatan maksimal 97,4 km/jam, dan sport mode dengan kecepatan 154,5 km/jam.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Perbedaan dari ketiga mode tersebut terletak pada limitasi penarikan arus baterai ke motor. Penggunaan fitur tersebut disesuaikan dengan driving mode yang digunakan pengemudi," kata Leonard Fidelcristo Supit, mahasiswa Elektronika dan Instrumentasi UGM 2019 dari Tim Arjuna EV UGM, dikutip dari laman Subdirektorat Kreativitas Mahasiswa, Direktorat Kemahasiswaan UGM, Jumat (10/6/2022).
Mobil listrik Arcana EV didesain dengan baterai lithium ion dan kemampuan pengisian daya cepat dari 10 persen ke 80 persen dalam 43 menit. Dikutip dari keterangan tim Arjuna EV UGM, pengendara Arcana hanya perlu mengisi daya kendaraan 12 menit untuk menjangkau jarak 100 km.
"Karena kompetisi ini juga memiliki tujuan komersial, maka kami menciptakan mobil yang bernilai jual dengan menonjolkan unique selling point seperti body mobil yang sporty dan futuristik, serta yang paling penting, mobil ini dapat diterapkan di Indonesia," kata Leonard.
![]() |
Tim Arjuna EV UGM terdiri dari Ketua Tim Arjuna EV UGM Thoriq Faros Manumono (Teknik Mesin, 2019), Leonard Fidelcristo Supit (Elektronika dan Instrumentasi, 2019), Muhammad Raihan Hilmy (Teknik Mesin, 2019), dan Dasta Muhammad Ghaly (Teknik Mesin, 2019), lalu Rachmadi Norcahyo, S.T., M.T. sebagai dosen pembimbing. Sebelumnya pada 2021, Tim Arjuna EV UGM berhasil menyabet penghargaan Best Battery Design dan 3rd Place Team Management Report di ajang Pi-EV Formula Bharat, India 2021.
"Pada perlombaan ini (Formula E) kami melakukan desain mobil secara penuh beserta simulasi menggunakan software, kami juga melakukan berbagai perhitungan dalam mendesain mobil Arcana, tak lupa juga kami merencanakan business plan sehingga apabila nantinya mobil Arcana akan diproduksi massal, rencana secara bisnis sudah terkonsep," terang Thoriq.
Thoriq berharap, Tim Arjuna EV UGM dapat selalu berpartisipasi di perkembangan riset dan inovasi mobil listrik agar dapat memajukan industri mobil listrik Indonesia, terutama jika ada dukungan penuh pemerintah. Tim Arjuna EV UGM saat ini membuka peluang kerja sama sponsor untuk berlaga di kompetisi Formula SAE Australasia di Victoria, Australia pada Desember 2022 mendatang.
Faratz EV, Desain Mobil Listrik Mahasiswa ITS di Formula E
![]() |
Tim riset mobil listrik Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Anargya, mengusung inovasi kendaraan listrik Faratz EV. Mobil listrik ini didesain sebagai mobil urban tenaga listrik bertema futuristik, minimalis, dan sporty dengan kemampuan tempuh 300 km pada kecepatan maksimal 133,2 km per jam.
Setir mobil Faratz EV dirancang menggunakan power steering dan suspensi tipe anti roll bar sehingga mobil berjalan lebih stabil. Adapun baterai mobil berjenis lithium iron phosphate (LiFePO4) bertenaga 79 kWh yang dapat terisi penuh dalam waktu 1,7 jam dari keadaan kosong.
"Faratz EV didesain sebagai mobil sehari-hari untuk dikendarai dalam kota," kata Sultan Achmad Hidayatulloh, mahasiswa Departemen Teknik Mesin ITS dari Tim Anargya ITS, dikutip dari laman kampus.
"Perhitungan (baterai) kami lakukan secara manual berdasarkan studi literatur dan hasil perhitungan disimulasikan dengan aplikasi Simulink," sambung mekanik Tim Anargya ITS ini.
Sultan menjelaskan, dalam keadaan tidak normal, mesin mobil bisa berhenti perlahan secara otomatis oleh sistem sehingga lebih user friendly. Di sisi lain, pengendara juga bisa mematikan sistem secara manual bila merasa ada kesalahan sistem.
"Sistem keamanan mobil secara manual ini dirancang lebih simpel sehingga dapat melakukan aksi lebih cepat bila terjadi kesalahan sistem," katanya.
Menyiasati baterai yang berat, sambungnya, desain bodi Faratz EV menggunakan bahan galvani steel yang berbobot 72 kg. Sementara itu, bobot chasis mobil seberat 234 kg.
Tim mobil listrik Anargya ITS yang beranggotakan Muhammad Nizaar Musyaffa, Hamzah Nur Azzam, dan Febrian Dwi Saputra, dengan pembimbing Alief Wikarta ST MSc Eng PhD meraih posisi Runner Up dalam kompetisi desain kendaraan listrik sustainable tersebut.
"Harapannya, inovasi ini dapat dikembangkan lebih lanjut menjadi versi prototipe untuk kemudian diproduksi massal di Indonesia," pungkas Sultan.
(twu/pal)