Ramadan adalah bulan suci yang identik dengan momen yang penuh kegiatan keagamaan. Di Indonesia, Ramadan ramai dengan suara azan menjelang salat, tadarus Al Quran, dan aktivitas religius yang lain.
Kondisi berbeda dialami warga Indonesia yang sedang berasa di luar negeri. Seperti diceritakan Nisrina Ikbar Wibisono, seorang mahasiswa Indonesia yang sedang belajar di Australia.
"Suasana Ramadan di Australia tidak berbeda dengan suasana hari-hari biasa di Australia. Semua berjalan seperti biasa. Tidak ada ornament-ornamen Ramadan di mall atau tempat umum lainnya seperti halnya di Indonesia," ujar Nisrina pada detikEdu.
Nisrina adalah mahasiswa yang berasal dari Malang, Jawa Timur. Dia memperoleh beasiswa LPDP untuk studi magister Teaching of English to Speakers of Other Language (TESOL) di Monash University, Melbourne.
Di kota Melbourne, Australia tempat Nisrina menuntut ilmu tidak ada azan. Dia harus rutin mengecek gawai untuk mengetahui jadwal imsak, sahur, dan buka puasa dengan tepat tanpa keraguan.
"Selain itu, karena di sini tidak ada azan berkumandang, saya selalu mengecek jadwal puasa di handphone untuk mengetahui waktu imsak dan berbuka, jadi terkadang lupa kalau sudah waktunya berbuka puasa," kata Nisrina.
Ramadan di Melbourne juga merupakan pengalaman pertama bagi Nisrina. Saat hari pertama puasa, waktu di Melbourne masih AEDT (Australian Eastern Daylight Time), sehingga waktu sahur sangat siang yaitu sampai imsak jam 6 pagi.
Saat ini, Melbourne sudah masuk AEST (Australian Eastern Standard time) sehingga waktu kembali mundur 1 jam. Akibatnya waktu sahur dan buka puasa juga mundur satu jam.
Nisrina menjelaskan jika waktu sahur pun menjadi lebih siang dan cepat daripada hari pertama puasa. Ia terbiasa sahur jam 4 pagi dan imsak jam 5 pagi sedangkan berbuka pukul 6 sore.
"Durasi puasa Ramadan 2022 di Australia jadi lebih cepat dari Indonesia, hanya 12 jam. Mengerjakan tugas, belajar bersama teman, dan ikut kegiatan kampus terkadang membuat puasa tidak begitu terasa," kata Nisrina.
Saat akhir pekan, Nisrina biasa berbuka dan salah tarawih bersama orang-orang Indonesia di Masjid Westall Melbourne. Nisrina juga ikut serta untuk meramaikan bulam puasa Ramadan.
Dengan kondisi yang kini dialami, Nisrina merasa puasa Ramadan di Melbourne, Australia, terasa menyenangkan. Puasa sambil kuliah membantu rasa lapar dan haus tidak terlalu dirasakan tubuh.
Simak Video "Video: Deputi Pendidikan Kemenko PMK Pastikan Beasiswa LPDP Tak Kena Efisiensi"
(atj/row)