Puasa Ramadan 2022 menjadi tahun keenam Annisa Rahma Putriana berada di Jerman. Nisa tinggal di kota Esslingen am Neckar, yang merupakan negara bagian dari Baden WΓΌrttemberg .
Nisa merupakan alumni dari Esslingen University of Applied Science. Dia mengambil pendidikan S1 jurusan teknik kimia. Nisa berencana menunggu wisuda setelah tesisnya selesai.
"Aku ambil jurusan chemical engineering colour and coating. Bulan September skripsiku selesai namun wisudanya baru bulan Februari," ujar Nisa kepada detikEdu, Minggu (3/4/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Nisa bercerita, durasi puasa Ramadan di Jerman bergantung pada musim yang sedang terjadi. Ramadan jatuh pada sistem penanggalan Masehi yang terasa lebih cepat tiap tahun.
"Kalau pas summer puasa bisa 19 jam, magribnya jadi jam 9 hingga setengah 10 malam. Saking lamanya aku sampe sakit maag dan ke dokter. Aku emang punya masalah lambung. Akhirnya orang tua bilang aku jangan dipaksa kalau gak kuat," cerita Nisa.
Pada tahun 2021 kemarin, puasa Ramadan tidak terlalu panjang yaitu berkisar 15-16 jam. Ia juga bercerita suasana Ramadan di Jerman berbeda di Indonesia karena tidak ada libur nasional.
"Di jurusanku gak ada orang Indonesia. Adanya orang Turki. Kadang temanku puasa kadang tidak, pokoknya menyesuaikan. Biar kuat puasa aku adaptasinya dengan pulang cepat dari kampus, jadi gak terlalu capek," papar Nisa.
Menjalankan puasa Ramadan di negeri orang tentu memberi banyak pengalaman. Bagi Nisa, salah satunya adalah buka puasa dengan nasi kotak. Dia mengatakan sempat beberapa kali buka puasa dengan nasi kotak yang dibagikan ibu-ibu pengajian dari masjid.
![]() |
"Kebetulan di Esslingen itu kota besar terdekatnya Stuttgart dan di Stuttgart sendiri ada kumpulan warga Indonesia. Jadi ada masjid (sebenarnya lebih berbentuk rumah) biasa digunakan untuk berkumpul bersama," kata Nisa.
Di perkumpulan tersebut terdapat komunitas pengajian yang memberikan takjil gratis seperti nasi kotak. Sayangnya, Nisa tak bisa selalu buka puasa di tempat itu karena jaraknya yang cukup jauh dari rumah.
"Di sini orangnya sangat baik. Aku gak setiap hari ke situ, karena rumahnya jauh. Tapi ada beberapa pelajar di Indonesia yang suka buka puasa Ramadan di situ," kata Nisa.
Sedangkan saat hari Raya Idul Fitri usai puasa Ramadan, ia mengunjungi Stuttgart dan bertemu dengan beberapa orang Perkumpulan Pelajar Indonesia (PPI) Stuttgart. Di wilayah tersebut banyak pelajarnya meski tidak sebanyak di Berlin, Hamburg, Aachen.
"Lebaran di sini bukan libur nasional. Jadi aku harus nyocokin jadwal kadang aku bolos kelas tapi tergantung urgensi kelasnya juga. Kalau kelasnya gak terlalu penting aku bisa bolos," kata Nisa.
"Pas Idul Fitri aku bolos seharian usai salat aku bisa makan-makan dulu bersama orang Indonesia. Tapi kalau siangnya ada praktik di lab ya aku setelah selesai salat balik lagi ke kampus," lanjut Nisa.
(atj/row)