Dosen IPB Sebut Pandemi Dorong Kekerasan Ortu pada Anak, Ini Penjelasannya

ADVERTISEMENT

Dosen IPB Sebut Pandemi Dorong Kekerasan Ortu pada Anak, Ini Penjelasannya

Nikita Rosa - detikEdu
Sabtu, 26 Mar 2022 14:10 WIB
Corona Viruses against Dark Background
Foto: Getty Images/loops7
Jakarta -

Kasus kekerasan pada anak yang dilakukan orang tua kandung korban marak terjadi selama pandemi, seperti kasus MT (30), seorang ibu yang tega menganiaya dan menghabisi ketiga orang anak kandungnya di Nias maupun kasus Kanti Utami (35), seorang ibu yang menganiaya tiga orang anaknya di Brebes.

Dr Yulina Eva Riany, dosen Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, Fakultas Ekologi Manusia, IPB University menyebutkan bahwa setidaknya terdapat beberapa faktor internal dan eksternal dari seorang individu melakukan tindakan tersebut, salah satunya adalah pandemi.

Kesepian karena pandemi nyata terjadi. Interaksi antar individu dibatasi untuk mencegah penyebaran virus. Namun hal ini bisa berdampak buruk pada kondisi seseorang, terlebih orang tua.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Penyebab pertama adalah adanya tekanan jiwa dan rasa kesepian luar biasa atau loneliness, karena kurangnya interaksi. Pelaku seringkali menganggap dirinya hidup sendiri dan tidak ada orang yang peduli terhadap dirinya dan kesulitan yang dihadapinya," ujar Dr Yulina dalam keterangan tertulis IPB, Kamis (24/3/2022).

Kebuntuan akibat terbatasnya orang yang bisa dijadikan tempat berbagi permasalahan hidup membuat mengakhiri hidup termasuk anak-anaknya merupakan jawaban.

ADVERTISEMENT

Kasus Kanti Utami (35), merupakan bukti ketidakmampuan dalam mengendalikan rasa ingin diperhatikan dan diapresiasi oleh sang suami yang dianggapnya sudah tidak peduli terhadapnya.

Lanjut Ketua Divisi Penelitian Pusat Pengembangan Sumber Daya manusia (P2SDM), Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) IPB itu, kondisi sosial-ekonomi keluarga juga menjadi faktor.

Penelitian menunjukkan bahwa mayoritas tindak kekerasan terhadap anak terjadi pada keluarga dengan kondisi sosial-ekonomi yang rendah.

Hal ini terjadi karena tekanan sosial-ekonomi, seperti utang dan rendahnya kemampuan ekonomi, menjadi penyebab tingginya tingkat stres pada orang tua yang memicu amarah.

Situasi pandemi juga memperparah kondisi dengan banyaknya orang yang kehilangan pekerjaannya akibat Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) masal.

"Penelitian juga menunjukkan adanya keterkaitan yang signifikan antara tekanan ekonomi dengan tingkat depresi orang tua selama pandemi COVID-19. Tekanan ekonomi, dalam banyak kasus, menyebabkan risiko stres, kecemasan, insomnia dan konflik antara anggota keluarga. Hal ini meningkatkan angka kekerasan dalam keluarga, bunuh diri, penganiayaan bahkan pembunuhan anak," jelas pakar Ilmu Keluarga dan Konsumen IPB University ini.




(nwy/nwy)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads