Alumni UGM Kuliah di Inggris, Awalnya Nggak Tahu IELTS

ADVERTISEMENT

Alumni UGM Kuliah di Inggris, Awalnya Nggak Tahu IELTS

Anatasia Anjani - detikEdu
Selasa, 08 Mar 2022 10:30 WIB
FILE - In this file photo dated Monday, Dec. 14, 2020, the Union Flag flies on the top of 10 Downing Street, the Prime Ministers official residence in London. The British government said Wednesday March 24, 2021, the national flag should be flown every day on all public buildings, the latest move in an increasing embrace of the Union flag. (AP Photo/Alberto Pezzali, FILE)
Ilustrasi bendera Inggris. Foto: AP Photo/Alberto Pezzali, FILE
Jakarta -

Alumni UGM Alfian Nur Wicaksono berhasil melanjutkan kuliahnya di Inggris. Layaknya kisah mahasiswa Indonesia yang berhasil menyelesaikan pendidikan di luar negeri, Alfian punya cerita unik selama proses meraih beasiswa.

"Saya awalnya gak tau IELTS itu apa, setelah saya beli buku IELTS ternyata susah sekali. Jadi saya mau nangis udah bayar mahal dan ternyata susah banget. Pengumpulannya juga penuh tantangan. Jadi saya latihan selama 3 minggu speaking, reading, listening, dan writing," kata Alfian.

Mahasiswa University of Warwick ini juga sempat memiliki nilai TOEFL yang rendah. Dengan fakta ini, Alfian menyatakan tantangan terbesar kuliah di luar negeri adalah belajar bahasa Inggris. Dia juga harus mencari supervisor untuk kuliahnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Saya ingat TEOFL saya sangat rendah sedangkan untuk daftar di Inggris, TOEFLnya harus tinggi. Terus teman saya menawari latihan bareng dan belajar bareng," ujar Alfian yang dikutip dari acara Menggapai Beasiswa di Inggris Raya, Bagaimana Caranya? Di You Tube Kagama UK, Minggu (6/3/2022).

Kisah yang cukup menyentuh hati diceritakan Gilang Parahita. Gilang adalah dosen di Fakultas Sosial dan Politik Universitas Gadjah Mada (UGM). Gilang yang kuliah di King College London mengaku sempat berhenti selama lima tahun dari S2 untuk lanjut S3.

ADVERTISEMENT

"Saya sempat terlena dengan pekerjaan. Tantangan saya adalah harus membuat komitmen terhadap diri sendiri. Yang saya harus lakukan adalah berani menolak pekerjaan. Saya akan fokus mencari jalan untuk beasiswa dan jalan itu benaran terbuka karena saya dosen," ujar Gilang.

Alasan Gilang memilih Inggris adalah karena dekat dengan bidang kajiannya selain itu di Inggris banyak bidang kajian yang humanis. Ia juga ingin membangun koneksi yang lebih kuat di Inggris.

"Faktor Bahasa juga jadi saya memilih Inggris karena saya gak sanggup belajar bahasa baru lagi.Di Inggris juga prosesnya sangat cepat. Proses LoAnya juga tidak terlalu lama. Lalu untuk daycarenya juga terjangkau dan sekolah anak juga terbilang aman," kata Gilang.

Tips bisa kuliah di Inggris

Alfian dan Gilang kemudian menjelaskan tips kuliah di Inggris. Menurut Alfian tips agar dapat kuliah di Inggris adalah belajar Bahasa Inggris bersama. Dia bergabung dengan teman-teman yang ingin memperoleh beasiswa untuk melanjutkan pendidikan.

"Saya bikin komunitas kecil untuk belajar Bahasa Inggris. Mereka juga sedang mengejar beasiswa juga. Saya juga mengontak orang-orang yang ingin mendapatkan beasiswa Bahasa Inggris. Jadi kami mencocokkan jadwal juga," papar Alfian.

Sementara Gilang memberikan tips cara menolak pekerjaan. Dia mengisahkan cerita temannya yang awalnya kerja di bank ingin beralih karir di LSM. Fokus sangat diperlukan untuk meraih beasiswa dan memenuhi semua persyaratan yang diperlukan.

Menurut Gilang, temannya itu fokus mencari beasiswa dan konsisten meningkatkan kemampuannya selama satu tahun. Fokus memungkinkan pelamar beasiswa mengidentifikasi setiap usaha dan cara yang diperlukan demi meraih impian.




(atj/row)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads