Komunitas pemuda muslim Indonesian Youth Economic Forum (ISYEF) suskes meluncurkan kedai kopi atau coffee shop ISYEF Point yang disulap dari menara Masjid Raya Al-Isra, Tanjung Duren, Jakarta Barat, Jumat (18/2/2022). Upaya ini dilakukan ISYEF dalam rangka memberdayakan pemuda dan remaja masjid di sana dalam menyediakan wadah wirausaha agar mandiri secara finansial.
Ketua Umum ISYEF Atras Mafazi menyebut, kegiatan renovasi menara masjid menjadi sebuah peluang bisnis ini hanyalah salah satu cara yang ditempuh ISYEF sebagai gerakan pengembangan ekonomi masjid. Tiap masjid, kata Atras, tentunya memiliki potensi masing-masing yang dimilikinya.
"Di situlah ISYEF hadir untuk membantu pemuda-pemudi masjid menjadi semakin berdaya secara ekonomi dan pada akhirnya dapat menjadi pemimpin di dunia bisnis dan kewirausahaan syariah," tutur Atras melalui keterangan tertulis yang diterima detikEdu, Jumat (18/2/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Insya Allah kami terus berjuang untuk membuka ISYEF Tower atau Point lainnya, tidak hanya di Jakarta, namun juga di kota-kota lain di Indonesia," sambung dia.
Melalui kesempatan yang sama, Ketua Dewan Pembina ISYEF, M. Arief Rosyid Hasan mengatakan, kehadiran tower masjid yang dialihfungsingkan menjadi cafe Kopi Umat (Komat) ini dapat menjadi titik temu demi memajukan ekonomi masjid.
"Hadirnya Komat, kami harapkan menjadi titik bertemu, berkumpul, dan bertukar gagasan di antara anak muda untuk semakin memajukan ekonomi masjid," kata dia.
![]() |
Arief kemudian mengulas balik sejarah lahirnya budaya menyantap kopi di tengah-tengah pemuda ISYEF. Salah satunya, berasal dari tradisi setiap sepuluh malam terakhir pada bulan Ramadhan.
"Kalau kita melihat sejarah, sepuluh malam terakhir bulan Ramadan, ada satu tradisi yang lekat dalam ingatan adalah ada yang menyeduh kopi dalam teko berukuran besar," ceritanya.
"Kita harus berterima kasih kepada kelompok sufi Shadhiliyya dari Yaman yang dianggap berjasa mengenalkan budidaya kopi hingga hari ini coffee culture begitu kuat mengakar di tengah masyarakat kita," imbuhnya lagi.
Direktur Bisnis dan Kewirausahaan Syariah Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS) Putu Rahwidhiyasa yang turut hadir dalam peluncuran kedai kopi tersebut mengapresiasi kinerja ISYEF dalam pengembangan ekonomi masjid.
"Atas nama KNEKS, kami mengapresiasi komitmen ISYEF terhadap pengembangan ekonomi masjid. KNEKS akan selalu menjadi lembaga yang mendukung sepenuhnya bisnis dan kewirausahaan syariah di masjid demi menciptakan wirausaha-wirausaha muda yang lahir dari masjid," tutur Putu.
Untuk diketahui, sebelumnya gerakan pemuda ISYEF juga pernah melakukan hal serupa di Masjid Cut Meutia, Menteng, Jakarta Pusat pada 2018. Setelah adanya sarana untuk berwirausaha, RICMA, sebutan untuk Remaja Masjid Cut Meutia, bisa belajar menjadi wirausaha dan mengaplikasikan pengelolaan keuangan dalam mengembangkan ISYEF Point.
Di samping itu, RICMA juga berhasil mengalokasikan sebagian keuntungan untuk kegiatan dakwah dan menjadi kelompok yang mandiri finansial yang tidak sepenuhnya mengandalkan dana pihak masjid. Berkaca pada kesuksesan ini, ISYEF kembali melakukan hal yang sama pada Masjid Raya Al-Isra, Tanjung Duren, Jakarta Barat dan pemuda di sekitarnya.
ISYEF Point sendiri sebetulnya adalah pusat pemberdayaan masjid dan komunitas remaja masjid melalui unit usaha kedai kopi, makanan, dan minuman. Pendirian ini didasarkan atas konsep wirausaha untuk memakmurkan masjid.
Terinspirasi dari fungsi masjid pada zaman Rasulullah SAW, ISYEF Point pun mengusung tujuan yang sama. Tepatnya dalam menjadikan masjid sebagai pusat informasi, pertemuan, kegiatan sosial, dan ekonomi.
(rah/lus)