Doktor termuda terus dihasilkan dunia pendidikan tinggi Indonesia dari berbagai bidang keahlian. Salah satunya Grandprix Thomryes Marth Kadja yang jadi doktor usia 24 tahun pada 2017.
![]() |
Grandprix kini aktif sebagai dosen di almamaternya Institut Teknologi Bandung (ITB). Dikutip dari laman ITB, Grandprix adalah dosen di sekolah/fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.
"Dr Grandprix Thomryes Marth Kadja, MSi, kelompok keahlian kimia anorganik dan fisik. Jabatan fungsional adalah asisten ahli," tulis ITB dilihat detikcom, Rabu (13/10/2021).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
ITB juga mencatat beberapa project yang sedang dan pernah dilakukan Grandprix. Beberapa di antaranya fokus pada bahan bakar nabati yang efektif, efisien, dan ramah lingkungan.
Gelar doktor diraih setelah melalui sidang tertutup pada 6 September 2017 di ITB. Grandprix resmi menjadi doktor pada sidang terbuka 22 September 2017. Prestasi Grandprix dicatat MURI sebagai doktor termuda Indonesia.
Dikutip dari Pangkalan Data Pendidikan Tinggi (PD Dikti) prestasi akademik Grandprix dapat dikatakan sempurna. Pemuda kelahiran 31 Maret 1993 asal Kupang, NTT, ini menyelesaikan S1 di Universitas Indonesia.
Riwayat pendidikan dosen ITB Grandprix
- S1, UI dengan gelar akademik SSi dan tanggal ijazah 2013
- S2, ITB dengan gelar akademik MSi dan tanggal ijazah 2015
- S3, ITB dengan gelar akademik Dr dan tanggal ijazah 2017.
Ketika wisuda gelar sarjana, Grandprix masih berusia 19 tahun. Saat menempuh gelar master, dia mendapatkan beasiswa Pendidikan Magister menuju Doktor untuk Sarjana Unggul (PMDSU) Kemenristekdikti.
Dalam arsip berita detikcom pada 2017, Rino Mukti yang merupakan dosen S2 & S3 Grandprix di ITB sempat berkomentar tentang prestasi anak didiknya. Menurut Rino, Grandprix punya rekam jejak yang luar biasa.
"Pas saya lihat daftarnya, Grandprix ini punya track record yang luar biasa. Cumlaude saat sarjana di UI dan pernah juara olimpiade sains nasional," ujar Rino, dikutip dari detiknews pada Rabu (12/10/2021).
Grandprix juga sosok yang mudah diajak berkomunikasi dan berkoordinasi. Sehingga, segala yang dia kerjakan di laboratorium dapat terorganisir dengan baik dan akurat. Selain itu, Grandprix rajin melahirkan jurnal ilmiah yang berkualitas.
(nah/row)