Tengku Alia Sandra yang memiliki impian menjadi dokter harus menguburkan mimpinya rapat-rapat. Namun, gagal masuk kedokteran bukanlah akhir dari segalanya. Alia, begitu ia kerap disapa, menjadi saksi hidup dalam merasakan buah manis dari kegagalan.
Mulanya ia bercerita bahwa sejak kecil hingga SMA memang bercita-cita untuk menjadi dokter. Bahkan jurusan ilmu kedokteran menjadi incarannya saat mengikuti seleksi masuk kampus di sebuah PTN (Perguruan Tinggi Negeri).
"Namanya juga anak kecil ya, dahulu ingin banget jadi dokter. Sampai besar lulus SMA pun inginnya seperti itu, tetapi harus di PTN," kata Alia, dikutip dari HaiBunda, Rabu (6/10/2021).
Takdir berkata lain, wanita kelahiran 12 April 1983 ini harus merelakan mimpinya untuk menjadi dokter ketika tidak lulus seleksi masuk jurusan Ilmu Kedokteran.
"Namun kenyataannya saya tidak lulus ujian kedokteran di PTN," ungkap dia.
Kegagalan tersebut tidak semata-mata membuat seorang Alia menyerah. Ia kemudian mengambil pilihan untuk mendaftar di salah satu perguruan tinggi swasta. Namun, kali ini Alia benar-benar merelakan kedokteran sebagai mimpinya.
Pindah ke Australia dan Berkuliah S2
Wanita yang berusia 38 tahun tersebut mengaku bahwa ia memutuskan untuk mendaftar ke jurusan Sistem Informasi. Padahal, kata Alia, tidak pernah terbesit di pikirannya untuk terjun ke bidang sains, teknologi, teknik, dan matematika (STEM).
Alia pun berhasil lulus dan mulai menggeluti karier di sebuah perusahaan telekomunikasi. Bahkan, kata Alia, ia semakin mendalami bidang railway engineering dan mulai berangkat ke Australia.
"Tak disangka, saya jatuh cinta dengan bidang engineering. Kemudian memutuskan terbang ke Australia untuk melebarkan sayap sebagai insinyur," ungkap Alia.
Di Australia, Alia mendapat kesempatan untuk lebih mendalami ilmunya. Sebab, ia tengah membutuhkan sertifikasi untuk mengukuhkan status sebagai insinyur.
Suatu ketika, sang bos di tempat Alia bekerja menawarkannya untuk mengambil kuliah S2 di sana. Momen inilah yang menjadi momen buah manis dari kegagalan Alia beberapa tahun yang lalu.
"Kalau kerja kan biasanya ada evaluasi karyawan. Lalu bos saya tanya, 'Apakah kamu mau mendalami lebih lanjut sebagai seorang engineer di bidang railway?' Akhirnya saya kembali bersekolah," katanya
Alia bahkan berhasil lolos dalam seleksi beasiswa di Central Queensland University, Australia jurusan Railway Signalling and Telecommunication, Railroad and Railway Transportation. Kemudian, ia menyelesaikan studinya pada 2016 lalu.
Memimpin Departemen Railway Engineering MRT Jakarta
Selang beberapa lama, Alia memutuskan untuk kembali ke Indonesia. Sebelum itu, ia mempersiapkan diri dengan mencari pekerjaan di Indonesia terlebih dahulu. Hingga kabar baik kembali datang padanya.
Wanita kelahiran Jakarta itu langsung ditawari pekerjaan untuk ikut serta dalam proyek pembangunan MRT Tahap I. Padahal, ia masih berada di Australia.
Saat ini, Alia tengah menjabat sebagai Kepala Departemen Railway Engineering. Ia bertugas merancang kegiatan operasional kereta MRT, turut serta dalam pembuatan kerangka konstruksi, hingga membuat konsep akan seperti apa MRT Jakarta dijalankan.
Sebagai penutup, Alia berpesan agar jangan pernah takut untuk mencoba hal baru. Meskipun harus mengubur dalam-dalam mimpi yang pernah diidam-idamkan.
"Tapi intinya jangan pernah takut untuk mencoba. Dahulu saya tidak berkesempatan jadi dokter, tapi jadi engineer. Jadi hidup itu tentang bagaimana kita memanfaatkan kesempatan yang datang," demikian Alia.
Bagi detikers yang ingin membaca lebih lengkap tentang perjuangan Alia sebagai engineer di MRT Jakarta, bisa klik di sini ya.
Simak Video "Syarat Lengkap Beasiswa Chevening untuk Kuliah S2 di Inggris Raya"
[Gambas:Video 20detik]
(rah/lus)