Seorang perempuan muda di Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) mengisi waktu luangnya dengan menjadi guru les bagi anak-anak di daerah pelosok. Aksi ini dilakukan untuk membantu para siswa yang kesulitan mengikuti pembelajaran daring pada masa pandemi COVID-19.
Perempuan itu ialah Tiara Yogiarni (27) warga Pengasih, Kulon Progo. Di balik kesibukannya bekerja sebagai tenaga kontrak di Kantor Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Kulon Progo, lulusan Universitas PGRI Yogyakarta ini mengisi waktu senggang dengan memberikan les privat untuk anak-anak tingkat SD hingga SMA baik yang tinggal di sekitar rumahnya maupun tempat lain yang mudah dijangkau.
Aktivitas mengajar itu telah dilakoni cukup lama. Hingga pada akhirnya, pandemi COVID-19 melanda. Pagebluk yang berimbas pada kegiatan belajar mengajar (KBM) siswa di mana anak-anak terpaksa mengikuti pelajaran secara daring menjadi awal mula Tiara memutuskan terjun ke wilayah pelosok untuk mengajar anak-anak.
Salah satu daerah yang jadi lokasi mengajarnya yaitu di Dusun Bibis, Hargowilis, Kokap. Meski "hanya" berjarak kurang lebih 10 km dari kota, tak mudah untuk menuju ke lokasi ini. Pasalnya ada jalan yang tak bisa dilalui kendaraan bermotor.
Tiara harus menitipkan motornya di bawah lalu dilanjutkan dengan berjalan kaki. Di sini Tiara mengajar 4 orang anak dari tingkat SD-SMP. Selama 2 jam anak-anak itu diajari materi matematika. Adapun kegiatan ini tidak dipungut biaya alias gratis.
"Awal mulanya bisa les di sini yang cukup jauh dari kota, karena sekarang kan masa pandemi, kemudian anak-anak tidak bisa (belajar) tatap muka sehingga harus daring di rumah. Ini menjadi kesulitan untuk anak-anak memahami pembelajaran baik melalui handphone, zoom dan sebagainya," ucap Tiara saat ditemui di sela-sela kegiatan mengajar di Bibis, Kamis (30/9/2021).
"Nah kadang anak-anak itu belum bisa langsung nangkap pelajaran, guru-guru mereka juga belum bisa mendampingi langsung. Kemudian para orang tua menjadi ada tambahan tugas baru yakni mengawasi anak dan juga membimbing mereka mengerjakan tugas. Nah Biasanya anak-anak ini jauh-jauh turun ke Wates. Kemudian suatu ketika saya mengunjungi rumah di sini gitu. Lalu kepikiran kenapa tidak saya yang datang ke sini aja agar saya bisa lebih dekat dengan anak-anak ini. Sehingga terjadilah ini, ada les yang ada di alam terbuka," sambungnya.
Tiara mengatakan menjadi guru les di wilayah pelosok merupakan pengalaman baru baginya. Ia pun mengungkapkan ada suka duka selama jadi pengajar di tempat ini. Dukanya akses menuju lokasi masih jauh dari layak, karena jalan tidak rata dan masih berupa tanah dan batu. Selain itu lokasi ini juga jarang permukiman penduduk serta sulitnya sinyal sehingga terkesan sepi.
Meski begitu Tiara, tak terlalu mempersoalkan hal tersebut. Baginya duka yang dialami itu merupakan tantangan sekaligus tambahan semangat untuk mencerdaskan anak-anak pelosok. Terlebih ia dapat respon positif dari masyarakat setelah mengabarkan bakal mengadakan les di sini.
"Warga di sini ramah, dan juga antusias sekali. Ketika saya datang dan mengabari bahwa mau ngadain les di sini sambutan mereka welcome, dan saya juga bersyukur karena memang ini menjadi tambahan semangat sekaligus hal baru yang biasanya saya kerjakan di kota dengan segala kemudahan sekarang di lokasi seperti ini," ucapnya.
Selanjutnya >>>
(pal/pal)