Merasa salah jurusan kerap kali menghampiri para mahasiswa baru, seperti yang dialami Nugroho Hasan, mahasiswa Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta saat pertama kali masuk dunia perkuliahan. Ia dulu merasa salah jurusan, tapi kini menjadi mahasiswa berprestasi.
Hasan, begitu sapaan akrabnya, adalah mahasiswa Program Studi (Prodi) Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian (PKP) Fakultas Pertanian (FP) UNS. Mahasiswa angkatan 2018 ini menjadi sosok yang gemar menorehkan prestasi, baik di ajang nasional maupun internasional.
Hasan pernah menorehkan prestasi pada lomba esai nasional dan internasional sebanyak tiga kali, menjuarai lomba poster tingkat nasional satu kali, dan lomba projek nasional sebanyak dua kali.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain itu, Hasan juga aktif di berbagai organisasi. Dia bahkan beberapa kali mendapat kesempatan untuk menjabat sebagai ketua. Di antaranya ketua Himpunan Mahasiswa Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian (HM Pelita) FP UNS dan ketua di Rumah Kepemimpinan (RK) Surakarta. Tak heran prestasi dan keaktifannya itu mengantarkannya sebagai mahasiswa berprestasi FP UNS.
Tapi siapa sangka, di balik pencapaiannya ternyata pria berusia 21 tahun ini pernah merasa salah jurusan. Awalnya, Hasan ingin masuk bidang teknik. Namun, karena belum menjadi rezeki, atas arahan orang tua, ia mengambil jurusan PKP.
"Dulu, pinginnya masuk teknik tapi dari SBMPTN dan jalur mandiri nggak keterima di teknik. Kemudian, disarankan orang tua untuk masuk ke pertanian. Nah, di jalur Mandiri UNS, aku search pertanian adanya Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian," ujar Hasan, dikutip dari laman UNS, Senin (13/9/2021).
Hasan mengaku masuk PKP dengan berat hati. Namun, lambat laun ia jatuh hati pada jurusan yang direkomendasikan orang tuanya tersebut.
"Aku nggak tahu kalau di FP ada Jurusan Agroteknologi, Agribisnis, Ilmu Tanah, ITP, dan Peternakan. Ya sudah, akhirnya keterima di PKP dengan terpaksa. Tapi, ternyata ketika dijalanin kok sesuai dengan passionku ya untuk sering ke lapangan dan bersama masyarakat. Dari situlah muncul rasa keinginan lebih untuk belajar di PKP," tambahnya.
Selama kuliah, Hasan mengikuti berbagai kompetisi dan organisasi. Ia bahkan, gemar bergerak di bidang pemberdayaan masyarakat dan komunikasi pembangunan. Ia merasa hal tersebut adalah passionnya.
Tak hanya sampai di situ, Hasan juga memanfaatkan situasi pandemi untuk mengambil program Permata Merdeka. Program tersebut memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk mengambil beberapa kuliah di berbagai universitas.
Pada semester enam lalu, Hasan mengambil sejumlah 34 Satuan Kredit Semester (SKS). Bukan tanpa sebab, ia mengambil SKS sebanyak itu karena ingin menambah teman dan keterampilan yang dimiliki.
"Awal mulanya itu ada program MBKM namanya Permata Merdeka. Nah, kan ini masa pandemi juga kan, tentunya kuliahnya pasti juga online. Makanya, coba deh ikut buat nambah temen dan skill dari universitas lain, barangkali berbeda," ujarnya.
Ia mengambil beberapa mata kuliah di beberapa universitas. Di antaranya E-Marketing di Universitas Airlangga, Family Business di Universitas Brawijaya, Pertanian Perkotaan di UPN Veteran Jawa Timur, Manajemen Pemerintahan dan Pembangunan Desa di Universitas Jenderal Soedirman. Ia tidak merekognisi mata kuliah tersebut, namun untuk menambah pengalaman dan Surat Keterangan Pendamping Ijazah (SKPI).
Berbagai kegiatan baik akademik maupun non akademik yang dijalaninya menjadikan Hasan tak lagi merasa salah jurusan. Hasan yang dulu aktif di Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) UNS ini memberikan beberapa tips untuk mengatasi salah jurusan. Terdapat empat tips yang ia bagikan.
"Jalani saja dulu kuliahnya, jangan bolos. Intinya masuk. Terus, cari aktivitas di kampus bisa organisasi, lomba, dan lainnya. Cari mentor di kampus supaya dapat arahan ke depan, dan ingat kalau kuliah itu dibayarin orang tua yang pastinya nggak murah," saran Hasan.
Nah, detikers tetap semangat mengukir prestasi di mana pun ya!
(kri/pay)