Umar berhasil mencapai IPK 3,83 pada program studi (prodi) Master of Digital Society. Sehingga, ia otomatis menjadi lulusan nomor satu jurusan tersebut, baik di antara mahasiswa India maupun internasional.
Atase Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (Atdikbud RI) di New Delhi Lestyani Yuniarsih turut memberikan selamat pada Umar. Seperti dikutip dari situs Kemdikbud, Sabtu (10/07/2021), Lestyani juga menyebutkan, "Wisuda secara virtual pada 21st Convocation of IIITB digelar Minggu, 4 Juli lalu, di mana Umar menjadi satu dari 300 lebih wisudawan. Nama Umar Abdul Aziz disebutkan langsung oleh Direktur IIITB, Prof. S. Sadagophan, dalam laporan tahunannya sebagai salah satu wisudawan penerima Institute Gold Medal 2021."
Ia menerangkan bahwa Umar merupakan salah satu dari 15 mahasiswa asal Indonesia yang menerima beasiswa Kemenkominfo RI pada program Master of Digital Society di IITB sejak 2018.
"Situasi pandemi tidak menyurutkan semangat mahasiswa Indonesia di India untuk belajar daring sejak Mei 2020 di mana mereka kembali ke Indonesia, karena pihak kampus di India merekomendasikan mahasiswa internasional untuk kembali ke negara asalnya hingga selesai masa kuliah di IIITB," tambahnya.
Sebagai wisudawan terbaik, Umar sendiri menyatakan bahwa sejak berkuliah di jenjang sarjana, ia sudah menekuni bidang digital dan kebijakan publik. "Minat ini membawa saya meneliti tentang pengembangan profesi guru di masa pandemi untuk tesis saya, dengan judul Comparison of Different Methods of Online Teacher Professional Development (TPD) During Pandemic," sebutnya.
Umar mengatakan bahwa tesisnya menjelaskan pula bagaimana pandemi COVID-19 membuat sekolah di segala penjuru dunia melakukan pembelajaran daring. "Namun demikian, masih banyak guru tidak mampu menggunakan platform digital untuk kegiatan belajar mengajar di sekolah. Maka, saya pandang perlu ada pelatihan guru dengan menggunakan berbagai metode yang tepat, supaya guru makin profesional dan mampu mengadopsi teknologi informatika di sekolah," kata dia.
Dalam tesisnya, Umar memaparkan tiga metode pengembangan profesional untuk guru, yang dapat diperbandingkan. "Di antaranya, melalui pelatihan tatap muka, webinar, dan video tutorial, dan saya menjadikan 179 guru di Indonesia sebagai responden. Untuk mengetahui perbedaan dari 3 metode TPD tersebut, saya melakukan survei sebelum dan sesudah diberikan kuis tentang persiapan guru dalam mengadopsi TIK selama mereka mengajar," jelasnya.
Dari hasil surveinya, Umar menemukan bahwa tiap metode tersebut punya kelebihan dan kekurangan masing-masing dalam meningkatkan kesiapan guru.
Ia juga menegaskan adanya faktor berpengaruh, yakni kecepatan internet, biaya TPD, usia guru, dan pengetahuan sebelumnya terhadap aplikasi yang diperoleh. "Maka, pihak terkait perlu mengevaluasi sebelum menentukan metode TPD yang tepat untuk melatih guru," imbuhnya.
Tesis Umar ini telah diterbitkan oleh Kemendikbudristek dengan judul 'Perbandingan Metode Pengembangan Profesional Guru di Indonesia'.
Umar berharap sebentar lagi buku ini akan muncul dalam bentuk digital yang nanti bisa diakses melalui Perpustakaan Digital Kemendikbudristek. "Semoga buku ini nantinya bisa diakses oleh banyak guru di Indonesia dan juga yang memerlukannya sebagai referensi untuk studi/kajian lebih lanjut," kata dia.
Rupanya, ini bukan kali pertama Umar meraih prestasi tersebut. Ketika lulus program sarjana di tahun 2016, dirinya juga menjadi wisudawan terbaik program S1 Politik Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Gadjah Mada (UGM).
(erd/erd)