Wakil Ketua BPIP Buka-bukaan Soal Dokumen Historis Kelahiran Hari Pancasila

ADVERTISEMENT

Wakil Ketua BPIP Buka-bukaan Soal Dokumen Historis Kelahiran Hari Pancasila

Anatasia Anjani - detikEdu
Senin, 31 Mei 2021 21:00 WIB
Plt Ketua Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Hariyono di Balai Senat UGM.
Foto: Pradito Rida Pertana/detikcom/Wakil Ketua BPIP Buka-bukaan Soal Dokumen Historis Kelahiran Hari Pancasila
Jakarta -

Presiden Joko Widodo pada tahun 2016 telah menetapkan 1 Juni sebagai Hari Pancasila. Namun, penetapan tanggal tersebut menuai perdebatan dan polemik hingga saat ini.

Wakil Ketua Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Hariyono pun buka-bukaan terkait kelahiran hari Pancasila. Menurutnya, polemik mulai muncul ketika buku 'Proses Perumusan Pancasila Dasar Negara' karya Prof Dr. Nugroho Notosusanto rilis pada tahun 1981.

Buku tersebut ditulis dengan referensi yang berasal dari buku karya Mohammad Yamin yang berjudul 'Naskah Persiapan Undang-Undang Dasar 1945'. Kemudian, buku yang ditulis Mohammad Yamin dijadikan dasar penyusunan buku 'Risalah Sidang BPUPKI dan PPKI' yang diterbitkan oleh Sekretariat Negara.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Untuk itu, sekali lagi, bangsa Indonesia perlu belajar dan dewasa dalam melihat sejarah bangsanya yaitu kembali pada dokumen sejarah yang benar-benar otentik (kini tersimpan di ANRI) dan percaya pada kesaksian atau testimoni pelaku dan saksi sejarah yang terlibat dalam sidang BPUPKI dan atau PPKI. Perdebatan yang sering mengemuka saat peringatan Hari Lahir Pancasila seyogyanya diakhiri," papar Hariyono dalam rilis yang diterima detikEdu, Senin (31/5/2021).

Menurut Hariyono, semua dokumen dan pelaku sejarah telah menjelaskan secara jelas bahwa 1 Juni adalah Hari Pancasila. Sehingga tidak ada yang perlu diragukan lagi.

ADVERTISEMENT

"Bahkan pada perayaan Hari Lahir Pancasila pada tahun 1958, M Yamin secara eksplisit dalam pidato tertulis yang berjudul dalam Sistem Filsafat Pancasila menyebut hari lahir Pancasila itu 1 Juni 1945," jelas Hariyono.

Selain itu, Hariyono menjelaskan bahwa Bung Hatta juga sering membicarakan mengenai Hari Pancasila. Hal tersebut disampaikan Bung Hatta dalam buku memoarnya dan saat menerima gelar DR honoris causa di bidang hukum dari Universitas Indonesia pada 30 Agustus 1975.

"Dalam pidatonya, Bung Hatta menceritakan secara kronologis bagaimana Pancasila lahir dan kemudian menjadi dasar negara. Selain itu juga disampaikan Bung Hatta saat memimpin Panitia Lima. Dokumen hasil Panitia Lima yang berjudul "Uraian Pancasila" ini bisa dicek di arsip nasional dan berbagai perpustakaan," jelas Guru Besar Sejarah Politik Universitas Negeri Malang tersebut.

Hariyono juga menambahkan, bahwa Bung Hatta dalam wasiatnya kepada Guntur Soekarnoputra secara tegas menyatakan, bahwa Bung Karno lah yang melahirkan Pancasila.

Lebih lanjut, Hariyono menerangkan polemik mengenai Hari Pancasila terjadi karena adanya kesalahan Nugroho Notosusanto yang tidak menggunakan sumber primer khususnya dokumen sidang BPUPKI. Sebab, dokumennya waktu itu masih tersimpan di negeri Belanda dan yang satu dinyatakan hilang.

"Hal itu terjadi karena Nugroho belum menemukan risalah atau notulensi sidang BPUPKI. Buku yang ditulis Nugroho termasuk saat menulis buku babon Sejarah Nasional Indonesia VI hanya berdasar sumber sekunder yaitu berdasarkan 3 buku yang ditulis M Yamin. Bukan dari notulensi sidang BPUPKI," jelas Hariyono.

Dokumen yang hilang. Klik selanjutnya>>>

Hariyono memaparkan dokumen yang hilang tersebut tersimpan di rumah Rahadian, putra Mohammad Yamin. Setelah Rahadian meninggal tahun 1979, dokumen tersebut kemudian dipindahkan oleh istrinya ke Arsip Nasional RI.

"Kami dari BPIP berharap ANRI dapat segera menerbitkan dokumen tersebut agar mudah diakses oleh publik sebagai bagian untuk meningkatkan literatur kebangsaan secara jujur dan terpercaya," ujar Hariyono.

Hariyono kembali menegaskan bahwa notulensi tersebut sangatlah penting. Dalam laporan tersebut dijelaskan secara detail mengenai perdebatan Hari Pancasila pada sidang BPUPKI dan PPKI. Selain itu, di notulensi BPUPKI/ PPKI tersebut juga dijelaskan bahwa Soekarno yang pertama kali menyebut kata Pancasila dan memiliki rumusan menyeluruh dasar negara.

Hariyono berharap agar pemahaman mengenai Pancasila dapat dilakukan secara masif dan sistematis. Ia meminta agar Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) menjadikan Pancasila sebagai mata pelajaran dan kuliah wajib,

"Berharap Kemendikbudristek mengajarkan Pancasila sebagai pelajaran di sekolah dan mata kuliah wajib di perguruan tinggi. Agar kognisi publik tidak kosong, sehingga bisa menyaring ideologi lain," terang Hariyono.

Terakhir, Hariyono juga berharap agar Hari Pancasila dapat dilihat sebagai nilai-nilai progresif yang dapat membawa bangsa menjadi maju, adil, dan makmur dengan mempelajari dan mengelola Iptek secara kreatif dan inovatif.


Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads