Kisah Mahasiswa RI Lulusan Pesantren Dapat Beasiswa ke Tiongkok sampai S3

ADVERTISEMENT

Kisah Mahasiswa RI Lulusan Pesantren Dapat Beasiswa ke Tiongkok sampai S3

Kristina - detikEdu
Minggu, 23 Mei 2021 17:15 WIB
Youtube Dis way
Foto: Novi Basuki
Jakarta -

Novi Basuki, mahasiswa RI asal Situbondo mendapatkan beasiswa pendidikan S1-S3 di Tiongkok. Sebelumnya, ia merupakan lulusan pondok pesantren di Probolinggo, Jawa Timur.

Novi lahir di sebuah desa yang terletak tepat di lereng Gunung Argopuro, Situbondo. Ia merupakan anak tunggal. Setelah lulus SMP ia melanjutkan pendidikannya di Pondok Pesantren Nurul Jadid, Probolinggo.

"Waktu itu saya mau masuk pondok pesantren itu sejak lulus SD. Tapi, ibu saya bilang kamu masih terlalu kecil apalagi kamu anak tunggal. Terus lulus SMP akhirnya masuk di pesantren Nurul Jadid," kata Novi dalam Channel YouTube Dahlan Iskan seperti dilihat Minggu, (23/5/2021).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mahasiswa Doktoral di Sun Yat-sen University ini menceritakan bahwa dirinya merupakan generasi pertama lulusan Nurul Jadid yang dikirim ke Tiongkok untuk menempuh pendidikan tinggi.

Saat di pondok, Novi masuk dalam kelas bahasa unggulan. Ia belajar bahasa Mandarin dengan guru yang didatangkan langsung dari Tiongkok. Dalam kesehariannya ia diwajibkan untuk menggunakan bahasa Mandarin atau bahasa Inggris dalam percakapannya.

SMA di Pondok Pesantren Nurul Jadid jurusan Bahasa Mandarin mengajarkan praktik bahasa termasuk tulis menulis. Tapi kemampuan utamanya adalah berbicara.

ADVERTISEMENT


Hingga ia lulus pada tahun 2010. Saat itu juga, dia menjadi satu-satunya siswa yang mendapatkan beasiswa kuliah ke negeri tirai bambu. Dia lalu dikirim ke Tiongkok dan tiba di Xiamen, kota terbesar di provinsi Fujian yang juga disebut dengan kota Amoy. Novi menghabiskan waktu 6 tahun di Xiamen saat menempuh pendidikan S1 dan S2.

Pria asal Situbondo ini menamatkan S1 jurusan Pendidikan Bahasa dan Budaya Tiongkok selama 3 tahun. Kemudian melanjutkan S2 mengambil jurusan Hubungan Internasional (HI) spesifiknya pada hubungan Tiongkok dengan Asia Tenggara.

Lalu, saat S3 ia pindah dari Xiamen menuju Guangzhou untuk mengambil jurusan Politik Internasional di Sun Yat-sen University. Setidaknya Novi sudah menghabiskan waktu di Tiongkok selama 10 tahun terakhir. Bahkan, ia merasa Tiongkok sudah menjadi kampung asalnya.

"Saya kalau mendarat di Tiongkok itu seperti pulang kampung rasanya. Bayangkan saya di pondok itu cuma 3 tahun, sementara saya di Tiongkok itu 10 tahun," katanya.

Pria yang juga penulis buku 'Ada Apa dengan China' dan 'Islam di China Dulu dan Kini' ini pernah mendapatkan kesempatan mengajar di Tiongkok selama 1 tahun. Ia menggunakan bahasa Mandarin sebagai bahasa pengantarnya. Awalnya dia menjadi Visiting Scholar di sana, kemudian berkesempatan mengajar selama satu tahun.

Novi Basuki memiliki nama Mandarin Wang Xiaoming. Ia memperoleh nama Xiaoming dari guru bantu pertamanya saat di pondok. Lalu guru keduanya datang memberi marga wang.




(lus/lus)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads