Kisah Mahasiswa RI Puasa di Turki: Masak Cilok Sambil Tunggu Buka 15 Jam

ADVERTISEMENT

Puasa di Negeri Rantau

Kisah Mahasiswa RI Puasa di Turki: Masak Cilok Sambil Tunggu Buka 15 Jam

Anatasia Anjani - detikEdu
Senin, 19 Apr 2021 14:31 WIB
Puasa di Negeri Rantau
Foto: Dok. Yogi/Kisah Mahasiswa RI Puasa di Turki: Masak Cilok Sambil Tunggu Buka 15 Jam
Jakarta -

Ramadhan 2021 merupakan tahun ketiga bagi Muhammad Yogi Nugraha atau yang akrab dipanggil Yogi melaksanakan ibadah puasa di Turki. Yogi adalah mahasiswa Indonesia yang merantau ke Turki untuk berkuliah S1.

"Saya berkuliah di Sakarya Universitesi dengan jurusan Bisnis," ujar Yogi kepada detikcom seperti ditulis Senin (19/4/2021).

Alasan Yogi berkuliah di Turki karena mayoritas penduduk di sana beragama Islam. Menurut Yogi selain mendapatkan pendidikan yang baik, hidup dengan masyarakat satu agama membuatnya dapat hidup lebih mudah.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Makanan dan tempat ibadah juga hal yang paling memudahkan di Turki," kata Yogi.

Yogi juga bercerita untuk Ramadhan 2021 ini dirinya lebih banyak di rumah, karena masih pandemi COVID-19.

ADVERTISEMENT

"Tetapi kemarin sebelum Ramadhan tiba, masjid kampus memberikan bahan makanan khas Turki. Jadi tetap bisa masak makan Turki saat di rumah," papar Yogi.

Makanan khas Turki yang diberikan oleh kampus biasanya adalah iskender, daging sapi ditambah nasi dicampur yoghurt. "Agak aneh sih (makanan iskender) untuk orang Indonesia, tetapi entah mengapa aku udah terbiasa dan malah suka," cerita Yogi.

Di Turki durasi berpuasa kurang lebih selama 15 jam. Agar berpuasa dengan durasi panjang tersebut tidak terasa lama, Yogi melakukan banyak aktivitas.

"Ya melakukan banyak aktivitas seperti kuliah online, mengikuti webinar, dan aktif berorganisasi. Karena aktif berkegiatan jadi puasa yang panjang itu kurang terasa," ujar Yogi.

Saat berpuasa dalam suasana pandemi seperti ini Yogi dan teman-temanya sering melakukan kegiatan bersama.

"Kebiasaan yang sering dilakukan sesama perantau membuat program bareng, saling membangunkan ketika sahur, buka puasa bareng di rumah, dan lain sebagainya," cerita Yogi.

Program yang mereka buat merupakan program keagamaan seperti tilawah Quran, belajar membaca tulis Quran, dan lain sebagainya.

Selain itu selama Ramadhan 2021, Yogi dan teman-temannya selalu memasak secara bergantian untuk berbuka dan sahur.

"Kalau sahur biasanya masak ayam panggang, spageti atau sekadar nasi goreng," kata Yogi.

Selama pandemi Yogi melakukan sholat tarawih di rumah. Sebab di Turki masjid tidak dibuka untuk sholat tarawih tetapi boleh melakukan sholat Jumat.

Selain masjid, restoran juga tutup. Namun restoran tutup pada malam hari. "Restoran ditutup serentak jam 18.00 dan dilakukan lockdown jam 19.00 - 05.00," ujar Yogi.

Yogi juga menuturkan bahwa support keluarga selama pandemi juga merupakan hal penting. "Untuk mengatasi homesick biasanya dengan melakukan video call bareng keluarga di waktu sahur. Selain itu keluarga juga sering menanyakan 'tadi sahur pakai apa?' Buka nanti udah siapin makanan apa?" cerita Yogi.

Klik pada halaman selanjutnya

Berpuasa Sebelum Pandemi

Yogi mengaku dirinya merindukan suasana berpuasa sebelum pandemi. "Dulu ketika sebelum covid 'menyerang', Ramadhan di Turki cukup ramai. Budaya bukber pun ada, biasanya di bulan Ramadhan kafe dan restoran penuh," ujar Yogi.

Yogi menambahkan harga menu buka puasa di restoran juga cenderung naik tetapi sangat seru menikmati berbuka puasa dengan orang-orang Turki.

"Pastinya menu buka puasa di Turki itu harus ada daging-dagingan, bisa daging ayam maupun kambing. Selain itu teh pasti ada di menu buka puasa," ujar mahasiswa yang tinggal di Kota Sakarya ini.

Yogi juga bercerita untuk makanan penutup baklava merupakan pilihan yang terbaik.

Selain itu di kota Sakarya juga terdapat restoran Indonesia yang membuka pesan antar 24 jam.

"Makanannya beragam, ada ayam geprek, ayam rica-rica, rendang, batagor, siomay, nasi uduk, dan sebagainya. Saya sering membeli ayam geprek," papar Yogi.

Untuk mengobati kerinduannya terhadap Tanah Air Yogi juga pernah memasak cilok dengan teman-teman di rumah. Mereka memasak sambil menunggu waktu berbuka.

"Sebelum covid ada, sering melakukan acara bukber bareng dengan dosen se-universitas dan teman-teman dari negara lain juga Turki. Di sana sering bercerita banyak perbedaan dari setiap negara dan yang paling penting makanannya gratis," cerita Yogi.

Menurut Yogi, penduduk Turki merupakan orang yang sangat terbuka dengan orang muslim dari belahan dunia manapun.

"Mereka sering menganggap kita sebagai saudara dan sering berbagi makanan juga," ujar Yogi.

Yogi juga bercerita bahwa masyarakat Turki cukup perhatian dengan sekitar dan gemar membagi rezeki. Walaupun Ramadhan 2021 masih dijalankan dalam situasi pandemi, kebaikan orang-orang Turki membuat Yogi seperti merasakan kehangatan keluarga.


Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads