Peribahasa alah bisa karena biasa, alias practice makes perfect, agaknya juga berlaku bagi anak orang utan. Hal ini khususnya tampak saat mereka berlatih membuat sarang di atas pohon.
Namun, sebelum berlatih, mereka rupanya belajar caranya dari melihat orang tua dan teman-teman di sekitar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sepenting Apa Sarang buat Orang Utan?
Bagi anak orang utan yang hidup di pepohonan atau arboreal, sarang yang kokoh sangatlah penting untuk bertahan hidup serta melindungi diri dari predator. Mmbangun sarang di tempat yang tinggi dapat membantu mereka memperoleh kehangatan, bahkan dapat terhindar dari gigitan nyamuk.
Orang utan Sumatra di alam membangun dua jenis sarang. Sarang siang hari cenderung berupa kerangka sederhana yang praktis. Sedangkan sarang malam hari berupa tempat tidur yang rumit di ketinggian 20 meter di tajuk pohon.
Gemasnya, mereka juga melengkapi sarang malam hari dengan elemen-elemen kenyamanan seperti bantal, selimut, kasur atau pelapis, dan atap untuk melindungi dari cuaca buruk.
Temuan ini didasarkan pada hasil pemantauan peneliti pada orang utan-orang utan Sumatra selama 17 tahun. Bagaimana bisa orang utan menguasai skill itu dengan melihat individu lain membuat sarang?
Kemampuan Observasi dan Dukungan Sekitar
Para ahli primata dari University of Warwick bersama Institut Max Planck mengemukakan, keahlian orang utan muda untuk membuat sarang benar-benar merupakan hasil dari kemampuan mengamati dengan baik orang utan lain dalam membangun sarang. Untuk itu, keberadaan individu lain juga berpengaruh dalam pengembangan skill ini.
Dr Ani Permana dari Departemen Psikologi, University of Warwick menjelaskan, orang utan kemungkinan punya dasar bawaan untuk membangun sarang. Namun. detail dan metodenya harus tetap dipelajari secara sosial sejak masih muda.
Ternyata, caranya yakni dengan mengamati, berlatih, dan belajar dari kesalahan seiring bertumbuh.
"Sebelumnya kami melaporkan bahwa orang utan muda membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk belajar membangun sarang, tetapi berdasarkan data observasi selama 17 tahun, makalah ini menunjukkan bahwa proses pembelajaran ini sangat bergantung pada pengamatan cermat hewan muda terhadap pembuatan sarang orang utan lain," kata Ani dalam keterangan resmi kampus, dikutip dari Science Daily, Senin (17/11/2025).
Saat belajar, orang utan muda sengaja mengamati induk mereka yang sedang membuat sarang. Mereka lalu cenderung menindaklanjuti dengan berlatih membangun sarang sendiri. Hal ini menurut peneliti kemungkinan adalah bentuk pembelajaran sosial observasional.
Sementara itu, saat tidak ingin belajar atau terdistraksi, ia bisa saja tetap di sekitar induknya. Namun, ia tidak lagi mengamati dan tidak menindaklanjuti kegiatan orang tuanya dengan berlatih membuat sarang sendiri.
Peneliti Dr Caroline Schuppli dari Max Planck Institute of Animal Behavior mengatakan, orang utan seiring bertambah usia juga akan belajar dari rekan-rekan, tidak hanya orang tua. Dengan begitu, mereka punya 'panutan baru'.
Belajar 'Bahan Bangunan' yang Cocok
Dari bertambahnya panutan untuk belajar, pengetahuan orang utan muda juga meningkat. Mereka belajar memilih pohon mana yang harus digunakan.
"Layaknya remaja manusia yang mencari jalannya sendiri, orang utan yang semakin dewasa semakin mengamati pembangunan sarang orang utan lain dan mulai bereksperimen dengan spesies pohon yang digunakan oleh orang utan tersebut," ucapnya.
"Selain belajar 'cara' membangun sarang, orang utan yang belum dewasa juga tampaknya belajar 'pengetahuan' tentang bahan apa yang harus digunakan. Pemilihan spesies pohon penting, dan anak orang utan-yang terutama mengamati induknya-lebih cenderung memilih spesies yang sama dengan yang digunakan induknya," sambungnya.
Uniknya, orang utan dewasa cenderung 'balik lagi' menggunakan bahan untuk membuat sarang yang sama seperti induknya. Seolah ada tradisi turun-temurun, pola ini jadi bukti adanya budaya dalam kehidupan orang utan liar. Namun manusia perlu hati-hati, sebab budaya unik ini bisa lenyap kalau spesies dan habitatnya tak dilindungi.
Hasil studi Andrea L Permana dan rekan-rekan ini telah dipublikasi di jurnal Communications Biology dengan judul Observational social learning of "know-how" and "know-what" in wild orangutans: evidence from nest-building skill acquisition, 7 Juni 2025.
(twu/twu)











































