Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh telah menurunkan empat gajah Sumatra (Elephas maximus sumatranus) untuk membantu membersihkan puing-puisi pascabanjir. Keempat gajah bernama Abu, Midok, Azis, dan Nonik itu diketahui terlatih oleh Pusat Latihan Gajah (PLG) Saree, Aceh Besar.
Mereka membantu menyingkirkan tumpukan kayu dan material berat. Sebelum turun,BKSDA telah melakukan pengecekan pada gajah-gajah tersebut.
"Keempat gajah tersebut sebelumnya telah dilakukan cek medis oleh tim dokter hewan dengan hasil pemeriksaan, keempat gajah ini dinyatakan sehat, tidak ditemukan adanya luka, lecet, atau indikasi cedera pada telapak kaki gajah akibat terkena benda tajam ataupun gesekan selama aktivitas evakuasi," tulis BKSDA Aceh dalam Instagram @bksda_aceh dikutip Minggu (14/12/2025).
Kendati demikian, tindakan ini menuai kontroversi di masyarakat. Gajah dinilai sebagai hewan yang dilindungi, bukan pengganti alat berat.
Kritik Pakar
Melihat permasalahan ini, Guru Besar Fakultas Kedokteran Hewan UGM, Prof Dr drh Raden Wisnu Nurcahyo menyebut pengerahan empat gajah Sumatera berisiko terhadap kesehatan dan kesejahteraan satwa tersebut. Kondisi lapangan yang dipenuhi oleh puing-puing bangunan dan material tajam dapat membawa penyakit menular pada gajah.
"Jadi, sebetulnya gajah-gajah yang dikerahkan membersihkan puing pascabencana itu sebenarnya menyalahi hak kesejahteraan hewan. Karena apa? Di sini kan gajah seperti dipekerjakan," jelasnya dalam laman UGM, dikutip Minggu (14/12/2025).
Wisnu menilai, pengerahan gajah pada lokasi bencana juga melanggar lima prinsip kebebasan (Five Freedoms) dalam animal welfare yang seharusnya dipenuhi. Prinsip ini menegaskan, satwa harus bebas dari lapar dan haus; bebas dari ketidaknyamanan; bebas dari rasa sakit, cidera, dan penyakit; bebas mengekspresikan perilaku normal; dan bebas dari rasa takut dan tertekan.
Menurutnya, pengerahan gajah hanya dapat dibenarkan pada keadaan sangat darurat ketika alat berat tidak tersedia atau tidak dapat menjangkau lokasi.
Gajah Rentan Stres
Gajah yang dipaksa bekerja di lingkungan ekstrem juga rentan mengalami stres. Wisnu menuturkan, gajah yang lelah cenderung menolak perintah pawang dan dapat memberontak.
"Aktivitas mereka umumnya terbatas pada makan, istirahat, atau patroli sesekali. Karena itu, menempatkan mereka pada kondisi ekstrempascabencana berisiko tinggi, baik bagi kesehatan maupun keselamatan mereka," jelasnya.
Apabila tidak tertangani dengan baik, stres pada gajah dapat berkembang menjadi gangguan perilaku dan sifat agresif. Menurutnya, situasi ini menunjukkan adanya batasan jelas mengenai kemampuan dan keamanan gajah.
"Kalau terus dipaksa, gajah bisa stres, sakit, dan memunculkan sifat liarnya. Dia bisa melukai orang lain atau dirinya sendiri. Dalam kondisi ekstrem, stres berulang bahkan bisa berakibat kematian," ungkapnya.
Wisnu merekomendasikan agar instansi terkait dapat mendorong pemanfaatan gajah dalam peran yang lebih aman dan edukatif.
"Alam hutan itu bukan punya manusia, tapi milik sesama. Antara manusia, satwa liar, dan alam harus bisa berdampingan supaya gajahnya lestari, masyarakatnya sejahtera, dan habitatnya tetap baik," ujar Wisnu.
Protes dari DPR
DPR juga melontarkan kritik terhadap tindakan tersebut. Menurut anggota Komisi IV DPR RI Fraksi PKB, Daniel Johan, pelibatan gajah dalam evakuasi pascabencana bisa menimbulkan risiko keselamatan dan bertentangan dengan prinsip konservasi.
"Gajah adalah satwa lindung sehingga melibatkan mereka dalam pekerjaan berat pascabencana menimbulkan risiko terhadap keselamatan satwa, serta bertentangan dengan prinsip konservasi yang menempatkan kesejahteraan hewan sebagai prioritas," ujarnya, Kamis (11/12/2025), dikutip dari detiknews.
Ia menekankan, pelibatan gajah dalam konteks itu tidak bisa dibenarkan dalam alasan apapun.
"Memang kondisi yang menimpa warga dengan banyaknya puing-puing kayu menjadi sulit karena alasan alat berat yang sulit dijangkau. Namun tidak dibenarkan bahwa gajah menjadi alat untuk membereskan kayu-kayu yang memiliki beban yang sangat berat," kata Daniel.
Simak Video "Video: Warga Bangladesh Ceritakan Momen Diguncang Gempa M 5,7"
(nir/nir)