Bermula dari Afrika, Bagaimana Nenek Moyang Kita Jelajahi Dunia?

ADVERTISEMENT

Bermula dari Afrika, Bagaimana Nenek Moyang Kita Jelajahi Dunia?

Siti Nur Salsabilah Silambona - detikEdu
Selasa, 09 Des 2025 10:30 WIB
Bermula dari Afrika, Bagaimana Nenek Moyang Kita Jelajahi Dunia?
Foto:Tel Aviv University/Ilustrasi hasil AI campuran Neanderthal-Homo Sapiens dari fosil tertua di dunia, yang dibuat citranya pada Agustus 2025.
Jakarta -

Perjalanan Homo sapiens ke berbagai benua di dunia menyimpan banyak cerita menakjubkan. 300.000 tahun lalu, untuk pertama kalinya nenek moyang kita berevolusi di Afrika.

Selama ratusan ribu tahun, Homo sapiens telah berhasil menyebar ke Arab, Asia, dan akhirnya ke seluruh dunia. Penyebab penyebaran sampai saat ini belum diketahui secara pasti.

Namun, menurut pakar evolusi manusia dari Natural History Museum (NHM), Profesor Chris Stringer, faktor perubahan iklim yang mendorong manusia purba melakukan migrasi. Terutama, faktor lingkungan yang menjadi kering di Afrika.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Secara umum diasumsikan bahwa Homo sapiens yang muncul dari Afrika beradaptasi dengan suhu hangat tetapi tidak betah di lingkungan yang sangat kering, sehingga mungkin iklim di Asia Barat untuk sementara menjadi sedikit lebih hangat dan basah," kata Chris, dikutip dari nhm.ac.uk.

Ia menggarisbawahi bahwa Homo sapiens bermigrasi bukan untuk menjelajahi wilayah baru, melainkan karena mengikuti makanan untuk kebutuhan mereka.

ADVERTISEMENT

"Penting untuk diingat bahwa mereka tidak sedang menjelajahi negeri baru pada tahap ini, tetapi hanya mengikuti makanan mereka," imbuh Chris.

Perjalanan Homo sapiens: Migrasi-Punah

Analisis DNA sisa-sisa fosil manusia purba modern menunjukkan bahwa telah terjadi banyak migrasi keluar dari Afrika selama ratusan ribu tahun. Namun sayangnya, Homo sapiens mengalami kepunahan sebelum mewariskan gen mereka.

Mereka hanya meninggalkan fosil dan sisa-sisa arkeologi yang menunjukkan bahwa mereka menempuh jarak yang sangat jauh dan bertahan hidup selama puluhan ribu tahun sebelum menghilang.

Lewat berbagai analisis fosil-fosil tersebut juga, ilmuwan kemudian bisa memprediksi jalur migrasi Homo sapiens setelah keluar dari Afrika. Salah satunya teori dengan mengambil jalur darat melalui Semenanjung Sinai dan Arab.

Pada masa lampau, kondisi Timur Tengah tidak segersang sekarang, bahkan termasuk wilayah subur. Ini terbukti dari sisa danau purba telah ditemukan, termasuk situs yang sangat menarik yang dikenal sebagai Khall Amayshan 4 (KAM-4) di Gurun Nefud.

"Migrasi-migrasi ini mungkin tidak terjadi sekaligus. Kelompok-kelompok ini bisa saja berpindah secara bertahap, tinggal di satu tempat cukup lama sehingga perubahan iklim memungkinkan mereka pindah lebih jauh lagi dari Afrika," papar Chris.

Bertemu dengan Spesies Lain: Neanderthal

Analisis ilmuwan telah menunjukkan bahwa Homo sapiens melakukan perkawinan dengan spesies manusia purba lain yakni Neanderthal. Homo neanderthalensis atau Neanderthal merupakan spesies manusia purba yang telah punah dan hidup di Eropa-Asia antara sekitar 400.000 dan 40.000 tahun yang lalu.

Analisis tulang kaki Neanderthal yang ditemukan di Jerman menunjukkan adanya perkawinan antara Homo sapiens awal dan Neanderthal sekitar 270.000 tahun yang lalu. Meski begitu, belum bisa dipastikan kapan interaksi Homo sapiens dan Neanderthal pertama terjadi.

Namun, Eropa Selatan menjadi kemungkinan yang kuat. Gua Apidima di Yunani, misalnya, berisi bagian belakang tengkorak yang berusia lebih dari 200.000 tahun, dan saat ini merupakan fosil Homo sapiens paling awal yang ditemukan di luar Afrika.

Perkawinan silang antara populasi ini dan kelompok Neanderthal sekitar 45.000 hingga 50.000 tahun yang lalu menunjukkan bahwa sekitar 2% DNA manusia yang hidup di luar Afrika berasal dari Neanderthal, tergantung pada leluhur mereka.

Menurut peneliti, periode perkawinan silang ini mentransfer gen-gen yang mengendalikan warna kulit, kekebalan, dan fungsi tubuh lainnya yang akan membantu Homo sapiens beradaptasi dengan kehidupan di luar Afrika.

Penyebaran Homo sapiens yang Lebih Jauh

Bukti Homo sapiens semakin menyebar jauh terdapat pada fosil gigi yang ditemukan di Grotte Mandrin, Prancis selatan. Fosil tersebut menunjukkan Homo sapiens telah tiba di Eropa barat sekitar 54.000 tahun yang lalu.

Pada saat yang sama fosil dari Ranis, Jerman, juga menunjukkan bahwa mereka telah berada di Eropa utara. Sementara di Inggris, fosil nenek moyang manusia modern yang pertama berasal dari 40.000 tahun yang lalu dan didasarkan pada fragmen rahang atas yang ditemukan di Gua Kent di Devon.

Pada akhir masa itu, diperkirakan populasi Homo sapiens di Eropa mulai bertemu lagi dengan kelompok Homo sapiens yang lama terisolasi yang dikenal sebagai Eurasia basal. Diyakini bahwa kelompok ini terisolasi dari spesies lainnya tak lama setelah bermigrasi keluar dari Afrika.

Pertemuan dengan Spesies Manusia Purba di Asia

Wilayah Asia dikenal dihuni oleh berbagai spesies manusia purba selama dua juta tahun. Salah satunya Homo erectus, yang diperkirakan bermigrasi dari Afrika ke Asia Tenggara sekitar 1,8 juta tahun yang lalu dan hidup di sana selama lebih dari 1,5 juta tahun.

Spesies lainnya ada Denisovan, yang ditemukan di Siberia dan Tiongkok. Diperkirakan, Homo sapiens baru tiba di Asia Timur sekitar 120.000-80.000 tahun yang lalu.

Bukti lain muncul dari situs-situs seperti Lida Ajer di Indonesia menunjukkan bahwa Homo sapiens telah hadir di Asia Tenggara setidaknya 63.000 tahun yang lalu.

"Saat itu, permukaan laut lebih rendah daripada sekarang. Homo sapiens pasti mampu berjalan dari daratan hingga ke Jawa di wilayah yang sekarang dikenal sebagai Indonesia," jelas Chris.

Pada beberapa titik sepanjang perjalanan itu, Homo sapiens kawin silang dengan Denisova. Termasuk, peristiwa yang tampaknya terjadi di wilayah yang kini menjadi kepulauan Asia Tenggara, dengan kelompok misterius yang hanya teridentifikasi sebagai Denisova selatan.

"Belum ada sisa fosil hominin ini yang teridentifikasi, tetapi sebanyak 5% DNA penduduk asli Australia, Nugini, dan Filipina berasal dari mereka," lanjut Chris.

"Kedatangan spesies kita di Jawa juga menandai ujung timur dunia yang dikenal spesies kita. Hingga saat ini, migrasi Homo sapiens ke seluruh dunia mungkin hanya terjadi dengan berjalan kaki, baik melintasi benua yang kita kenal sekarang maupun melalui jembatan darat yang kini telah hilang," imbuhnya.

Meski telah jauh bermigrasi, para ilmuwan masih menyimpan tanda tanya, terutama tentang bagaimana Homo sapiens mencapai Nugini, Australia, dan seterusnya, yang perlu menempuh jalur laut, mungkin untuk pertama kalinya.

Selain itu, untuk sampai ke Australia dan Amerika utara, kedatangan Homo sapiens di Amerika jauh lebih lambat daripada kedatangan mereka di berbagai belahan dunia lainnya. Diperkirakan, Homo sapiens menyebar melalui Amerika Utara ke Amerika Tengah dan Selatan, terjadi dalam 15.000 tahun terakhir.

Sampai saat ini, para ilmuwan masih terus menyelidiki evolusi manusia dengan mempelajari situs-situs arkeologi baru dan yang telah diketahui, serta sampel DNA untuk mendapatkan wawasan tentang asal-usul nenek moyang manusia modern.

Penulis adalah peserta magang Hub Kemnaker di detikcom.




(faz/faz)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads