Makan siang sering kali menjadi faktor penting dalam penunjang aktivitas kerja. Namun, sebuah survei menemukan bahwa pekerja Generasi Z atau Gen Z enggan memanfaatkan waktu makan siang mereka. Kenapa?
Survei dilakukan oleh perusahaan ezCater dengan melibatkan 1.000 pekerja di Amerika Serikat dari berbagai industri. Survei tersebut menganalisis pola makan siang para pekerja saat ini.
Hasilnya, ditemukan bahwa 78 persen pekerja menganggap istirahat makan siang penting untuk meningkatkan produktivitas kerja. Kemudian, 1 dari 10 pekerja ditemukan tidak pernah mengambil istirahat makan siang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
β³[Istirahat makan siang] membantu menjernihkan pikiran," ujar peneliti ezCater, Diane Swint, dikutip dari CNBC.
Gen Z Ragu untuk Beristirahat Makan Siang
Survei lanjutan juga menemukan fakta lain bahwa koresponden pekerja dari kalangan Gen Z cenderung ragu untuk mengambil waktu untuk istirahat makan siang. Peneliti mencatat ada indikasi terlalu banyak kerja dan contoh buruk dari atas di perusahaan.
"47 persen Generasi Z melewatkan makan siang dua kali atau lebih per minggu," kata peneliti ezCater dalam surveinya, melansir New York Post.
Beberapa pekerja mengakui bahwa mereka khawatir jika membeli sesuatu untuk makan siang, akan membuat pekerjaan mereka tertunda. Di sisi lain, banyak pekerja mengatakan mereka terlalu banyak rapat sehingga tidak sempat istirahat makan siang.
Gen Z mengatakan, jika melewatkan makan siang, maka mereka bisa menyelesaikan pekerjaan secepat mungkin. Meski begitu, peneliti menilai anggapan ini keliru karena bekerja terus menerus bukan berarti lebih produktif.
"Istirahat makan siang sering kali dikorbankan karena jadwal yang padat, tetapi istirahat makan siang dapat memainkan peran penting dalam menyatukan orang-orang dan meningkatkan kesejahteraan karyawan," kata Kaushik Subramanian, Chief Revenue Officer ezCater.
"Organisasi dapat secara sengaja mendorong karyawan untuk beristirahat. Menyediakan makan siang adalah cara yang bagus untuk melakukannya," tambah Subramanian.
Atasan Memberi Contoh Buruk
Menurut peneliti, bos atau atasan diperkirakan memberikan contoh buruk dalam hal kebiasaan makan siang. Misalnya, lima puluh enam persen pekerja setingkat direktur dan 51 persen Vice President (dan di atasnya) bekerja di meja mereka sambil makan siang setidaknya 3 kali seminggu.
Kebiasaan itu membuat karyawan yang lebih muda pun merasakan tekanan untuk melakukan hal yang sama. Satu dari empat pekerja Gen Z khawatir atasan mereka tidak akan senang jika mereka makan siang.
"Para pemimpinlah yang harus memberikan contoh yang sehat kepada karyawan mereka dengan mendorong mereka untuk istirahat," kata Swint.
Ia menekankan bahwa untuk bisa menciptakan pekerjaan yang berkualitas, perlu karyawan yang sejahtera. Kesejahteraan itu bisa dimulai dari makan siang atau istirahat.
"Bagaimana Anda memikat hati dan pikiran tim Anda? Anda bisa mulai dengan makan siang," imbuh Swint.
Baca juga: Gen Z Disebut Generasi Strawberry, Kok Bisa? |
(faz/nwk)











































