Peneliti dari University of Michigan menawarkan perspektif lain untuk penanggulangan kemiskinan. Biasanya, kebijakan semacam ini fokus pada pemenuhan kebutuhan materi dasar, misalnya pangan dan papan.
Para peneliti menilai kebijakan semacam itu mengabaikan faktor psikologis dan budaya yang membentuk cara orang bertindak dalam hidup mereka.
Pemberdayaan yang Selaras Budaya
Para peneliti menilai suatu program sosial yang mendorong pemberdayaan ekonomi akan efektif jika didasarkan pada nilai-nilai lokal seperti harmoni sosial, rasa hormat, dan kemajuan kolektif. Sementara, bisa jadi tidak efektif jika semata didasarkan pada metode bergaya Barat yang didasarkan pada ambisi individu.
Hal itu didapat dari penelitian mereka dalam program psikososial yang dirancang untuk mendukung perempuan di Niger, Afrika Barat. Studi ini menyorot bagaimana pendekatan pemberdayaan yang selaras dengan budaya dapat menawarkan jalur yang ampuh untuk mengurangi kemiskinan global.
Penelitian ini memperkenalkan pendekatan yang bijaksana secara budaya. Program psikososial yang dirancang, menghormati beragam pandangan di dunia dan nilai-nilai komunitas.
"Memerangi kemiskinan mungkin membutuhkan kearifan budaya, bukan hanya uang," kata penulis utama studi Catherine Thomas, asisten profesor psikologi dan studi organisasi di kampus ini, dikutip dari laman resmi kampus pada Sabtu (15/11/2025).
Kunci-kunci Penemuan
Penelitian ini menawarkan beberapa temuan-temuan kunci yaitu:
- Kemiskinan bersifat multidimensi dan khususnya dapat menguras sumber daya psikologis seseorang, termasuk rasa otonomi mereka. Penelitian ini menunjukkan memperhitungkan faktor multidimensi tersebut dapat meningkatkan upaya penanggulangan kemiskinan, terutama dengan menangani faktor-faktor sosial-psikologis di samping faktor-faktor ekonomi.
- Di antara perempuan berpenghasilan rendah di Niger, kemampuan mereka untuk bertindak dan membentuk kehidupan mereka sangat saling bergantung, dan berakar pada hubungan serta nilai-nilai komunitas. Hal ini ditunjukkan melalui pemeliharaan harmoni sosial, rasa hormat, dan dukungan terhadap kemajuan kolektif. Ini berbeda dengan budaya Barat, yang menekankan dorongan pribadi, inisiatif mandiri, dan tujuan berorientasi masa depan.
- Penelitian ini menunjukkan teori dan intervensi psikologis yang dikembangkan dalam konteks WEIRD (Western, Educated, Industrialized, Rich, and Democratic) mungkin tidak cukup untuk mengubah perilaku dan meningkatkan hasil hidup di tempat lain. Intervensi psikososial "bijaksana secara budaya" efektif dalam meningkatkan pemberdayaan ekonomi perempuan di Niger.
Penelitian ini diterbitkan dalam jurnal PNAS dengan tajuk "How culturally wise psychological interventions can help reduce poverty" dan diterbitkan 13 November 2025.
Simak Video "Video: Orang Miskin di Jatim Terbanyak, Tapi Pertumbuhan Ekonominya Naik"
(nah/pal)