Laporan LPEM FEB UI: 45.000 Lulusan S1 Putus Asa Cari Kerja

ADVERTISEMENT

Laporan LPEM FEB UI: 45.000 Lulusan S1 Putus Asa Cari Kerja

Novia Aisyah - detikEdu
Selasa, 02 Des 2025 08:00 WIB
Ilustrasi wisuda
Ilustrasi sarjana. Foto: Elly from Pixabay
Jakarta -

Susahnya memperoleh pekerjaan yang dirasakan banyak orang, masih menjadi salah satu isu serius yang belum terurai di Indonesia. Namun, ada permasalahan lain yang tidak kalah penting, yakni fenomena penduduk yang tidak bekerja dan tidak mencari pekerjaan karena putus asa.

Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LPEM FEB UI) menyorot hal ini. Jika dilihat dari proporsi total angkatan kerja, kelompok ini memang kuantitasnya kecil. Meski begitu, keberadaan mereka menunjukkan adanya hambatan struktural yang tidak tertangkap indikator konvensional seperti tingkat pengangguran terbuka (TPT) atau tingkat partisipasi angkatan kerja.

Alasan di balik keputusasaan tersebut juga beragam. Ada sebagian yang yakin peluang kerja memang tidak tersedia, pengalaman kerja dianggap tidak memadai, keterampilan yang tidak sesuai kebutuhan pasar, hingga persepsi mengenai usia yang dianggap tidak menguntungkan oleh pemberi kerja.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bagaimana Risikonya Jika Dibiarkan?

Jumlah penduduk yang tidak bekerja dan tidak mencari kerja karena putus asa meningkat pada 2025. Per Februari lalu, jumlahnya menjadi 1,87 juta orang dari yang semula 1,68 juta pada Februari 2024.

ADVERTISEMENT

Berdasarkan laporan LPEM FEB UI yang ditulis oleh Muhammad Hanri, PhD dan Nia Kurnia Sholihah, ME dengan tajuk "Membaca Sinyal Putus Asa di Pasar Kerja Indonesia" ini, kenaikan jumlah masyarakat putus asa ini dapat ditafsirkan sebagai gejala tekanan struktural di pasar kerja, bukan sekadar fluktuasi statistik.

Fenomena ini mengindikasikan titik-titik di mana sistem pendidikan, pelatihan, dan layanan ketenagakerjaan gagal memberikan jalur masuk yang kredibel ke pasar kerja.

Bagaimana jika dibiarkan? Keputusasaan masyarakat ini bila dibiarkan begitu saja ini berisiko memperlebar kesenjangan antara mereka yang mampu memanfaatkan peluang ekonomi baru dan mereka yang merasa pasar kerja bukan lagi ruang yang layak dicoba.

45 Ribu Lulusan S1 dan Lebih 6 Ribu Lulusan Pascasarjana Putus Asa

Berdasarkan data LPEM FEB UI per Februari 2025, lebih dari separuh kelompok putus asa berasal dari penduduk dengan pendidikan SD atau tidak tamat SD. Angka tersebut menunjukkan hambatan struktural yang dialami kelompok dengan pendidikan rendah, jauh lebih dalam dari semata kurangnya lowongan.

Kelompok putus asa yang memiliki pendidikan rendah menghadapi kombinasi keterbatasan kemampuan dasar, akses lebih kecil terhadap informasi pasar kerja, dan peluang mobilitas naik yang amat terbatas.

Namun, tantangan keterampilan juga menimpa lulusan SMP dan SMA. Ada banyak pekerjaan formal dengan tuntutan kompetensi yang keterampilannya tidak didapat di sekolah menengah. Sehingga, mereka berisiko tidak kompetitif saat menghadapi proses rekrutmen yang semakin ketat.

Bahkan, komposisi lulusan SMK yang putus asa juga mengisyaratkan kesenjangan antara kurikulum vokasional dan kebutuhan nyata tempat kerja.

Terakhir, lulusan pendidikan tinggi memang hanya menyumbang kuantitas kecil dibandingkan jenjang lainnya. Meski begitu, sekitar 45 ribu lulusan S1 dan lebih dari 6 ribu lulusan pascasarjana dilaporkan putus asa dalam mencari pekerjaan.

Namun, kelompok pendidikan tinggi tersebut biasanya menghadapi hambatan berbeda. Beberapa hambatan tersebut seperti harapan upah yang tidak terpenuhi, ketidaksesuaian antara bidang studi dan peluang kerja, dan persepsi diskriminasi usia untuk lulusan baru yang masuk dunia kerja pada usia lebih matang.

Hal ini menunjukkan keputusasaan mencari kerja bukan didominasi kelompok pendidikan rendah, tetapi bisa timbul saat janji mobilitas naik dari pendidikan tinggi tidak terwujud.

Berdasarkan Survei Angkatan Kerja Nasional 2025 oleh BPS dengan olahan LPEM FEB UI, persentase penduduk putus asa cari kerja berdasarkan jenjang lulusan adalah:

  • SD atau tidak tamat SD: 50,07%
  • SMP: 20,21%
  • SMA: 17,29%
  • SMK: 8,09%
  • Diploma: 1,57%
  • S1: 2,42%
  • S2 dan S3: 0,35%

Dalam kajian internasional, lembga seperti International Labour Organization (ILO) dan Bank Dunia memandang discouraged workers atau angkatan kerja yang putus asa ini sebagai indikator dini rapuhnya dinamika permintaan dan penawasan tenaga kerja.




(nah/faz)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads