Soal Komet 3I/ATLAS yang Dikira Pesawat Alien, Dosen IPB Bilang Begini

ADVERTISEMENT

Soal Komet 3I/ATLAS yang Dikira Pesawat Alien, Dosen IPB Bilang Begini

Siti Nur Salsabilah Silambona - detikEdu
Rabu, 26 Nov 2025 20:30 WIB
3I/ATLAS
Foto: Live Science/3I/ATLAS yang ditemukan oleh teleskop survei Asteroid Terrestrial-impact Last Alert System (ATLAS) di Rio Hurtado, Chili, pada 1 Juli 2025 lalu
Jakarta -

Objek antarbintang sempat menjadi pembahasan usai komet 3I/ATLAS disorot karena dikira 'kendaraan' alien. 3I/ATLAS ditemukan oleh teleskop survei Asteroid Terrestrial-impact Last Alert System (ATLAS) di Rio Hurtado, Chili, pada 1 Juli 2025 lalu.

Melansir Sci.News, orbit komet 3I/ATLAS dinilai paling ekstrem dibandingkan objek apa pun yang tercatat di Tata Surya. Maka itu teori dan dugaan lain, kemudian bermunculan.

Dosen Departemen Geofisika dan Meteorologi IPB University, Izatul Hafizah, SSi, MSi mengatakan, 3I/ATLAS dikategorikan sebagai objek antarbintang karena memiliki lintasan yang hiperbolik.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ia menjelaskan bahwa objek antarbintang adalah benda langit berukuran kecil seperti komet atau asteroid (benda asing luar angkasa) yang tidak terbentuk di dalam tata surya.

"3I/ATLAS dikategorikan sebagai objek antarbintang karena lintasannya bersifat hiperbolik dan tidak mengorbit Matahari secara tetap, sehingga benda ini dikonfirmasi berasal dari luar Tata Surya," ujar Izatul, seperti dikutip dari laman resmi IPB, Rabu (26/11/2025).

ADVERTISEMENT

Menyita Perhatian Para Ilmuwan

Fenomena luar angkasa ini dianggap baru sehingga menyita perhatian dunia keilmuan. Pasalnya belum lama ini ditemukan kembali objek antarbintang yang melintasi Matahari, setelah terakhir terjadi pada tahun 2019 (2I/Borisov) dan 2017 (1I/Oumuamua).

Meski secara ilmiah penemuan objek antarbintang 3I/ATLAS tidak secara keseluruhan menjelaskan dinamika galaksi, tetapi dapat membuktikan bahwa pertukaran material antarsistem bintang juga terjadi pada Galaksi Bima Sakti.

"Temuan ini mengingatkan kita bahwa Tata Surya bukan sistem yang tertutup, melainkan bagian dari lingkungan galaksi yang dinamis," ujar Izatul tegas.

Menurutnya, objek antarbintang seperti 3I/ATLAS kemungkinan telah terbentuk pada masa awal pembentukan sistem bintang. Pada fase pembentukan bintang dan planet banyak bongkahan es dan batu yang terpental keluar dari sistem akibat interaksi gravitasi.

Kemudian, sisa-sisa pembentukan tersebut menyebar di ruang antarbintang dalam kurun waktu yang lama.

"Ketika akhirnya melintas dekat Matahari, seperti kasus 3I/ATLAS, kita berkesempatan mempelajari komposisi dan perilakunya," jelasnya.

Banyak Misteri di Balik 3I/ATLAS

Mengenai prediksi kemunculan objek antarbintang selanjutnya masih belum ada kepastian tentang waktu kedatangannya. Fenomena 3I/ATLAS merupakan bentuk contoh pengingat bahwa masih banyak misteri yang belum diketahui yang terjadi di ruang antarbintang.

"Objek seperti ini sangat redup dan baru dapat terdeteksi ketika cukup dekat dengan Bumi. Namun, perkembangan teleskop survei modern meningkatkan peluang kita untuk menemukannya lebih awal di masa depan," ungkap Izatul.

Sementara itu, spekulasi datang dari Avi Loeb, pakar yang tertarik dengan ekstraterestrial. Ia berpendapat, jika 3I/ATLAS bukan komet, maka itu bisa jadi merupakan objek yang direkayasa, seperti pesawat ruang angkasa alien yang tidak aktif atau penyelidikan.

Spekulasi Loeb bersama peneliti Adam Crowl dan Adam Hibberd, merujuk pada massa komet yang luar biasa dan kemiringan orbit yang tidak biasa.

"Jika peradaban cerdas ingin mengirim pesawat besar ke Tata Surya kita, jalur seperti 3I/ATLAS dapat menguntungkan," kata peneliti.

Tim Loeb berpendapat bahwa lintasan 3I/ATLAS yang membawanya relatif dekat dengan Venus, orbit Bumi, dan Mars selama tahun depan, bisa jadi disengaja jika itu adalah wahana yang dirancang untuk mempelajari planet di Tata Surya.

"Jalur dan kemiringannya dapat memungkinkan kehidupan cerdas di atas objek tersebut mengukur orbit dan massa planet," kata Loeb.

Meski begitu, Loeb dan tim menekankan bahwa ini spekulatif karena tidak ada bukti langsung dari teknologi atau sinyal apa pun dari 3I/ATLAS saat ini. Namun, katanya, sudut pandang ini layak untuk diteliti secara ilmiah.

Penulis adalah peserta program MagangHub Kemnaker di detikcom.




(faz/faz)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads