×
Ad

Studi Temukan Garis Keturunan Kuno Baru di Amerika Selatan, Siapa Mereka?

Devita Savitri - detikEdu
Senin, 24 Nov 2025 10:00 WIB
Foto: Benua Amerika Selatan. (Wikipedia)
Jakarta -

Amerika Selatan disebut menjadi salah satu wilayah terakhir di dunia yang dihuni oleh manusia modern. Tetapi, sejarah awal mengapa manusia bisa bermukim di wilayah tersebut ternyata masih belum jelas.

Hal ini coba dipecahkan oleh para peneliti dari Harvard University. Melalui sebuah studi terbaru yang diterbitkan pada jurnal Nature, mereka mengungkap misteri penduduk Amerika Selatan.

Studi tersebut menyatakan ada garis keturunan kuno yang sebelumnya tidak diketahui. Garis keturunan ini telah bertahan selama lebih dari 8 ribu tahun dan memunculkan campuran budaya yang sangat beragam.

"Kami menemukan garis keturunan baru ini, sekelompok orang baru yang sebelumnya tidak kami ketahui, yang telah bertahan sebagai komponen leluhur utama setidaknya selama 8 ribu tahun terakhir hingga saat ini," kata Javier Maravall Lopez yang merupakan penulis utama dalam studi ini dikutip dari The Harvard Gazette.

Penelitian DNA Purba di Amerika Tertinggal Dibanding Eropa-Asia

Untuk membongkar misteri yang ada, tim peneliti internasional menganalisis lebih dari 230 DNA manusia purba berusia 10 ribu tahun. Para manusia purba ini diketahui dahulu menetap di wilayah 'kerucut selatan', Amerika Selatan.

Kerucut selatan adalah wilayah paling selatan di Amerika Selatan yang meliputi Uruguay, Chili, dan Argentina. Kata kerucut digunakan karena berkaitan dengan keadaan fisik benua Amerika itu sendiri.

Lokasi tinggal para manusia purba yang DNA-nya digunakan ini tepatnya berada di 'kerucut selatan' bagian tengah. Wilayah ini dibatasi oleh Pegunungan Andes (melintasi 7 negara yakni Argentina, Bolivia, Chili, Kolombia, Ekuador, Peru, dan Venezuela), hutan hujan Amazon (Brasil), dan dataran berumput Pampas, Argentina. Sebagian besar sampel DNA yang digunakan kemudian dijelaskan Harvard merupakan warga Argentina modern.

Ujung selatan Benua Amerika merupakan salah satu sudut terakhir dunia yang dijangkau manusia modern. Bukti keberadaan manusia tertua telah teruji secara kuat di wilayah ini melalui situs arkeologi berusia sekitar 14 ribu tahun di Arroyo Seco, Pampas, Argentina.

Meskipun sudah ada bukti nyata, terkait kapan situs itu dihuni manusia masih menjadi topik perdebatan yang sengit. Beberapa ahli berpendapat bahwa wilayah ini telah dihuni ribuan tahun sebelumnya.

Berdasarkan studi genetik sebelumnya, disebutkan bila pada 9 ribu tahun lalu, penduduk asli Amerika terbagi menjadi tiga kelompok yang telah diidentifikasi. Kelompok pertama ada di Andes tengah, sedangkan kelompok kedua tinggal di dataran rendah Amazonia.

Adapun kelompok terakhir diketahui menetap di selatan, tepatnya wilayah Pampas, Chili dan Patagonia. Sampai studi tersebut dirilis, baru tiga penduduk asli Amerika yang diidentifikasi dan sebagian besar sejarah populasi Amerika lainnya belum diketahui.

Keadaan ini membuat studi yang dilakukan Lopez menilai bila penelitian DNA purba Amerika masih tertinggal dibandingkan upaya yang dilakukan di Eropa dan Asia. Hal serupa juga disampaikan profesor genetika Harvard Medical School yang juga penulis senior di studi tersebut, David Reich.

"Bagian dunia ini hampir seperti titik kosong di peta. Seperti sebagian besar Amerika Selatan, datanya sangat sedikit," ucap Reich.

Nenek Moyang Argentina Bagian Tengah

Studi yang dilakukan Lopez dan Reich ini besar, dengan kolaborasi 68 penulis di seluruh dunia. Oleh karenanya, para peneliti memperoleh sampel baru DNA purba dari tulang dan gigi 238 individu pribumi yang berusia hingga 10 ribu tahun lainnya.

Data baru ini digabungkan dengan DNA purba yang sudah ada dari 588 penduduk asli lain di seluruh Amerika yang hidup sejak 12 ribu tahun lalu hingga bangsa Eropa datang. Peneliti kemudian mengurutkan data DNA purba yang ada.

Fokus mereka adalah satu set genom yang dikenal sebagai polimorfisme nukleotida tunggal/single-nucleotide polymorphisms (SNPs). Genom ini bisa bervariasi antar satu manusia dan manusia lainnya.

Dengan analisis statistik, para peneliti dapat membuat kesimpulan tentang hubungan genetik antarindividu. Mereka juga bisa mengidentifikasi individu mana yang memiliki nenek moyang sama dan mana yang memiliki hubungan kekerabatan lebih jauh.

Usai menganalisis data, ditemukan garis keturunan yang muncul 8.500 tahun lalu memiliki komponen inti nenek moyang Argentina bagian tengah. Namun, garis keturunan ini juga berbaur dengan populasi lain di sekitarnya.

Temuan ini menarik karena masyarakat di wilayah tersebut mengembangkan beragam bahasa dan budaya. Rupanya, keragaman tersebut tumbuh di antara populasi yang sebagian besar homogen atau bukan dari migrasi bangsa lain.

"Orang-orang dengan nenek moyang yang sama, dengan cara yang mirip di negara kepulauan, mengembangkan budaya dan bahasa khas meskipun terisolasi secara biologis," jelas Lopez.

Secara keseluruhan, peneliti menemukan bahwa wilayah 'kerucut selatan' bagian tengah merupakan rumah bagi setidaknya tiga garis keturunan dalam. Garis keturunan pertama adalah yang baru ditemukan pada Argentina bagian tengah, kedua ada di Andes sekitar 9 ribu tahun lalu, dan terakhir tinggal di Pampas sekitar 7.700 tahun lalu.

Garis keturunan Argentina tengah yang baru diidentifikasi ini meluas ke selatan dan bercampur dengan populasi Pampas pada 3.300 tahun lalu. Percampuran ini menjadikan keturunan nenek moyang yang dominan.

Tidak hanya ke selatan, warga Argentina tengah juga meluas ke wilayah barat laut hingga terjadi kawin silang dengan populasi kuno lain dari wilayah Andes. Hal ini mungkin terjadi sekitar 4.600 tahun yang lalu.

Menariknya, para peneliti juga menemukan petunjuk tentang sosok nenek moyang yang sama dari semua populasi ini. Ia diketahui tinggal di Pampas sekitar 10 ribu tahun yang lalu.

Ia adalah sosok yang berbeda dari populasi lain di wilayah Andes dan Amazonia. Setelah diteliti, ternyata ia memiliki kesamaan genetik dengan semua masyarakat yang tinggal di wilayah 'kerucut selatan'.

Di studi mendatang, para peneliti berharap dapat melengkapi kepingan puzzle yang tersisa pada linimasa dan geografi orang-orang Amerika Kuno. Mengingat studi terkait hal ini tertinggal dengan wilayah Eropa, Asia Tengah, dan China yang kini tengah membangun basis data besar dengan sampel yang beragam.

Reich berharap basis data serupa juga dimiliki Amerika Selatan. Dengan data sampel DNA purba yang besar, para ilmuwan bisa menjawab berbagai pertanyaan dan akan berguna bagi banyak arkeolog.

"Pertanyaan tentang bagaimana manusia saling berhubungan dalam skala yang sangat kecil di dalam situs arkeologi maupun secara regional," urai Reich.

Dengan memanfaatkan teknologi, data DNA purba bisa dibuat menjadi sebuah peta akurat yang memuat informasi tentang perubahan ukuran populasi maupun proses migrasi mereka. Peta seperti ini akan menjadi sumber pengetahuan yang tak ternilai.

"Peta-peta semacam itu transformatif bagi pemahaman kita tentang bagaimana manusia hidup di masa lampau, mengungkap informasi demografis tentang masa lalu yang sebelumnya tidak dapat diakses," tandasnya.

Studi ini telah terbit di jurnal Nature dengan judul "Eight millennia of continuity of a previously unknown lineage in Argentina" pada 5 November 2025.



Simak Video "Video Ada Temuan Baru di Sulawesi soal Migrasi Manusia Purba"

(det/nwk)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork