Jaringan Besar Kota Kuno yang Hilang Ditemukan di Amazon, Usianya 2.500 Tahun!

ADVERTISEMENT

Jaringan Besar Kota Kuno yang Hilang Ditemukan di Amazon, Usianya 2.500 Tahun!

Nograhany Widhi Koesmawardhani - detikEdu
Selasa, 16 Jan 2024 20:00 WIB
Jaringan besar kota kuno yang hilang ditemukan di hutan hujan Amazon Ekuador
Foto: (Stephen Rostain via tangkapan layar AP, Guardian, BBC dan CNN)
Jakarta -

Jaringan besar kota kuno yang hilang ditemukan di hutan hujan Amazon Ekuador. Berusia sekitar 2.500 tahun!

Para ilmuwan menemukan jaringan kota kuno ini memakai teknologi radar yang disebut Light Detection and Ranging (LiDAR) alias analisis deteksi dan jangkauan cahaya, demikian dilansir dari CNN dan BBC, ditulis Selasa (16/1/2024).

Temuan ini baru dikonfirmasi pada Januari 2024, setelah melalui proses penelitian selama 25 tahun.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ditemukan Jaringan Kota yang Rumit

Jaringan besar kota kuno yang hilang ditemukan di hutan hujan Amazon EkuadorJaringan besar kota kuno yang hilang ditemukan di hutan hujan Amazon Ekuador Foto: (Stephen Rostain via tangkapan layar AP, Guardian, BBC dan CNN)

Jaringan kota yang rumit di hutan hujan Amazon itu diduga berupa rumah-rumah dan alun-alun di daerah Upano di Ekuador timur dihubungkan oleh jaringan jalan dan kanal yang menakjubkan. Daerah tersebut terletak di bawah bayang-bayang gunung berapi yang menciptakan tanah lokal yang subur namun juga mungkin menyebabkan kehancuran masyarakat.

Para arkeolog menggabungkan penggalian tanah dengan survei area seluas 300 km persegi (116 mil persegi) menggunakan sensor laser yang diterbangkan dengan pesawat yang dapat mengidentifikasi sisa-sisa kota di bawah tumbuhan dan pepohonan yang lebat. Teknologi LiDAR ini menemukan 6.000 platform persegi panjang berukuran sekitar 20 meter (66 kaki) kali 10 meter (33 kaki) dan tinggi 2-3 meter. Mereka disusun dalam kelompok yang terdiri dari tiga hingga enam unit di sekitar alun-alun dengan platform terpusat.

ADVERTISEMENT

Para ilmuwan yakin banyak di antaranya merupakan rumah. Setidaknya ditemukan 15 klaster kompleks yang diidentifikasi sebagai pemukiman.

Satu kompleks, di Kilamope, memiliki platform berukuran 140 meter (459 kaki) kali 40 meter (131 kaki), diyakini berfungsi sebagai bangunan seremonial. Mereka dibangun dengan memotong bukit dan membuat platform tanah di atasnya. Jaringan jalan lurus dan jalur menghubungkan banyak platform, termasuk platform yang panjangnya 25 km (16 mil).

Penulis utama studi Stephen Rostain, seorang arkeolog dan direktur Penelitian di Pusat Penelitian Ilmiah Nasional (CNRS) Perancis, menggambarkan hal ini sebagai penemuan luar biasa.

"LiDAR memberi kami gambaran umum mengenai wilayah tersebut dan kami sangat menghargai ukuran situs tersebut," katanya seraya menambahkan bahwa LiDAR menunjukkan kepada mereka 'jaringan lengkap' jalan galian.

"LiDAR adalah bagian terbaik dari kuenya," imbuh Rostain.

Beberapa permukiman dilindungi oleh parit, sementara ada penghalang jalan di dekat beberapa kompleks besar. Hal ini menunjukkan bahwa permukiman tersebut terkena ancaman, baik dari luar atau akibat ketegangan antar kelompok. Bahkan kompleks-kompleks yang paling terpencil pun dihubungkan oleh jalan setapak dan jaringan jalan lurus yang lebih besar dan dilengkapi dengan pembatas jalan.

Di zona penyangga kosong antar kompleks, tim menemukan ciri-ciri pengolahan lahan, seperti drainase sawah dan terasering. Ini terkait dengan jaringan jalan setapak, menurut penelitian.

Para peneliti pertama kali menemukan bukti adanya sebuah kota pada tahun 1970-an, namun ini adalah pertama kalinya survei komprehensif diselesaikan, setelah penelitian selama 25 tahun.

Penghuni Kota Kuno Berperadaban Tinggi

Jaringan besar kota kuno yang hilang ditemukan di hutan hujan Amazon EkuadorJaringan besar kota kuno yang hilang ditemukan di hutan hujan Amazon Ekuador Foto: (Stephen Rostain via tangkapan layar AP, Guardian, BBC dan CNN)

Penemuan ini mengungkapkan masyarakat yang besar dan kompleks, yang menggunakan teknologi dan berperadaban tinggi. Pengorganisasian kota secara keseluruhan menunjukkan "keberadaan teknik canggih" pada saat itu, demikian tulis para peneliti. Para peneliti menyimpulkan bahwa urbanisme taman di Lembah Upano "memberikan bukti lebih lanjut bahwa Amazon bukanlah hutan asli yang pernah digambarkan". Rostain mengatakan kita harus membayangkan Amazon pra-Columbus "seperti sarang semut," dengan semua orang sibuk dengan aktivitas.

"Ini adalah revolusi menyeluruh dalam paradigma kita mengenai Amazon," kata Rostain mengenai temuan jaringan rumit itu.

"Kita harus berpikir bahwa semua (masyarakat) pribumi di hutan hujan bukanlah suku semi-nomaden yang tersesat di hutan untuk mencari makanan. Variasinya sangat besar, kasusnya beragam dan ada juga yang memiliki sistem urbanistik, dengan masyarakat yang berlapis-lapis," lanjut Rostain.

Rostain mengatakan, orang pertama yang tinggal di sana, 3.000 tahun lalu, memiliki rumah kecil yang tersebar. Namun, antara sekitar 500 SM dan 300 hingga 600 M, budaya Kilamope dan kemudian Upano mulai membangun gundukan dan menempatkan rumah mereka di atas platform tanah, demikian menurut penulis penelitian ini. Platform ini akan diatur di sekitar alun-alun yang rendah dan berbentuk persegi.

Menurut para arkeolog yang terlibat penelitian ini, kota kuno ini dibangun sekitar 2.500 tahun yang lalu, dan orang-orang tinggal di sana hingga 1.000 tahun. Sulit untuk memperkirakan secara akurat berapa banyak orang yang tinggal di sana pada suatu waktu, namun para ilmuwan mengatakan jumlahnya pasti mencapai 10.000 atau 100.000.

Masyarakat Kilamope dan Upano yang tinggal di sana mungkin sebagian besar fokus pada pertanian. Orang-orang makan jagung dan ubi jalar, dan mungkin minum "chicha", sejenis bir manis.

Rostain mengatakan, awalnya dia diperingatkan untuk tidak melakukan penelitian ini pada awal kariernya karena para ilmuwan yakin tidak ada kelompok purba yang pernah hidup di Amazon.

"Tetapi saya sangat keras kepala, jadi saya tetap melakukannya. Sekarang harus saya akui bahwa saya cukup senang telah membuat penemuan sebesar ini," katanya.

Langkah selanjutnya bagi para peneliti adalah memahami apa yang ada di area seluas 300 km persegi (116 mil persegi) yang belum disurvei.

Hasil riset para ilmuwan selama 25 tahun ini sudah dimuat di jurnal ilmiah Science, Volume 383 Nomor 6.679 pada 11 Januari 2024 dengan judul "Two thousand years of garden urbanism in the Upper Amazon".




(nwk/nwy)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads