Kecerdasan Otak Kanan dan Kiri Ternyata Mitos, Cek Faktanya!

ADVERTISEMENT

Kecerdasan Otak Kanan dan Kiri Ternyata Mitos, Cek Faktanya!

Nikita Rosa - detikEdu
Sabtu, 22 Nov 2025 10:00 WIB
Ilustrasi Otak Anak
Ilustrasi Otak Kanan dan Kiri. (Foto: Getty Images/iStockphoto)
Jakarta -

Bagian otak tertentu seringkali dikaitkan dengan kecerdasan pada bidang sains atau kesenian. Namun, sains mengatakan sebaliknya.

Seseorang yang logis dan teliti kerap dikaitkan dengan kecerdasan pada otak kiri. Sebaliknya, jika kamu berjiwa bebas dan artistik, orang-orang akan menganggap kamu memiliki kecerdasan otak kanan.

Gagasan mengenai kecerdasan pada belahan otak ini ramai dibahas selama bertahun-tahun. Belahan otak kanan dinilai sebagai belahan kreatif dan belahan kiri adalah belahan analitis.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bahkan, ada industri kecil yang didedikasikan untuk gagasan ini. Ada buku-buku, tes kepribadian, terapi, dan materi pendidikan yang mengklaim dapat membantu kamu mengoptimalkan fungsi belahan otak yang lebih kuat atau terhubung dengan belahan otak yang lebih lemah.

Namun, gagasan dalam psikologi populer ini ternyata hanyalah mitos.

ADVERTISEMENT

Kecerdasan Otak Kanan dan Kiri adalah Mitos

Dijelaskan melalui ensiklopedia Britannica, gagasan ada orang yang berotak kanan dan berotak kiri adalah mitos. Meskipun semua orang memiliki kepribadian dan bakat yang berbeda, perbedaan ini tidak dapat dijelaskan oleh dominasi satu sisi otak atas sisi lainnya.

Penelitian terbaru menggunakan teknologi pencitraan otak belum menemukan bukti dominasi kanan atau kiri. Salah satu kelemahan mitos ini adalah ia bergantung pada konsepsi yang samar. Matematika, misalnya, membutuhkan pemikiran logis dan secara umum dikatakan berada di otak kiri, jauh dari kemampuan otak kanan yang artistik.

Namun, matematika adalah suatu upaya yang sangat kreatif. Jadi, apakah seorang matematikawan berbakat akan menjadi orang yang berotak kanan atau orang yang berotak kiri?

Hal ini juga ditemukan pada kreativitas artistik yang bukan sekadar emosi. Banyak karya seni terhebat merupakan produk dari pemikiran yang ketat dan presisi.

Mengacu pada Ilmu Nyata

Seperti banyak mitos modern, mitos tentang orang yang berotak kanan dan berotak kiri berakar pada sedikit ilmu pengetahuan nyata. Belahan otak kanan dan kiri sebenarnya berspesialisasi dalam berbagai jenis tugas, meskipun pembagian kerja yang sesungguhnya jauh lebih kompleks.

Sebagian besar pengetahuan kita di bidang ini berasal dari studi tentang apa yang disebut pasien dengan otak terbelah. Pada tahun 1940-an, dokter menemukan, dengan memutus korpus kalosum, berkas serabut saraf yang menghubungkan kedua belahan otak, melalui pembedahan, kejang dapat dikurangi pada pasien dengan epilepsi yang sebelumnya tidak dapat ditangani.

Prosedur ini jarang dilakukan saat ini karena obat dan perawatan baru telah dikembangkan. Setelah operasi, pasien memiliki fungsi intelektual dan emosional yang normal dan tampaknya hanya mengalami gangguan ringan.

Namun, pemeriksaan yang lebih menyeluruh mengungkapkan gangguan spesifik dalam persepsi dan kognisi. Secara umum, belahan otak kanan ditemukan lebih mahir dalam tugas-tugas spasial, sementara belahan otak kiri ditemukan sebagai pusat bahasa dan pemecahan masalah.

Mengapa Banyak Orang Percaya pada Kecerdasan Otak Kanan dan Kiri?

Jika tidak ada bukti untuk mitos dominan otak kanan dan berotak kiri, mengapa begitu banyak orang mempercayainya? Hal ini berkaitan dengan alasan mengapa orang-orang percaya dengan semacam horoskop atau tes kepribadian Myers-Briggs.

Banyak orang percaya pada dominasi otak kanan-kiri dan horoskop karena efek Barnum. Efek ini terjadi saat seseorang ditawari pernyataan deskriptif generik yang disajikan sebagai deskripsi individual tentang kepribadian mereka sendiri. Mereka cenderung menerimanya sebagai sesuatu yang bermakna dan benar, terutama jika pernyataan tersebut positif.

Mitos otak kanan-kiri bekerja dengan cara yang serupa. "Wawasan" yang dihasilkannya bersifat generik sekaligus menyanjung. Mitos ini populer karena memberi kita cara "ilmiah" untuk membicarakan subjek favorit, yakni diri kita sendiri.




(nir/nah)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads