×
Ad

Tampak Sepele Tapi Penting! Pilihan Kata Ortu Pengaruhi Kemampuan Akademik Anak

Siti Nur Salsabilah Silambona - detikEdu
Jumat, 21 Nov 2025 08:30 WIB
Ilustrasi pendidikan anak Foto: iStock
Jakarta -

Kata-kata ternyata memiliki pengaruh besar. Dalam proses belajar matematika, dampaknya bahkan lebih besar dari yang kita bayangkan. Inilah temuan Asisten Profesor Yemimah King dalam penelitiannya yang menelaah hubungan antara pilihan kata orang tua dengan kemampuan akademik awal anak.

Penelitian tersebut telah dipublikasikan dengan judul The Factor Structure of Parents' Math‐Related Talk and Its Relation to Children's Early Academic Skills di jurnal Child Development.

Ketertarikan King terhadap topik ini bermula ketika ia mempelajari bagaimana penguasaan kosakata matematika pada anak usia prasekolah berkontribusi pada perkembangan kemampuan berhitung mereka. Ketertarikan itu semakin kuat saat ia ikut mengembangkan buku cerita sarat kosakata matematika selama program doktoralnya di Purdue University.

"Saya menikmati proses mencari berbagai cara untuk memperkenalkan kosakata matematika dalam seri buku Little Elephants' Big Adventures yang dikembangkan Purdue Early Achievement Research Labs. Dari situ saya mulai penasaran bagaimana orang tua memperkenalkan kosakata tersebut melalui percakapan sehari-hari," ujar King dikutip dari Phys.

King secara khusus menyoroti kata-kata yang digunakan orang tua untuk menggambarkan dan membandingkan jumlah. Misalnya paling banyak, banyak, sama, dan sebagainya di luar penggunaan kata bilangan seperti satu, dua, tiga. Ia juga ingin memahami bagaimana penggunaan kata-kata tersebut berkaitan dengan kemampuan akademik awal anak prasekolah.

Untuk menjawab pertanyaan ini, King dan rekan-rekannya melakukan studi yang dipublikasikan di jurnal Child Development. Mereka mengamati sesi bermain antara orang tua dan anak untuk mengidentifikasi jenis kata yang digunakan orang tua.

Fokus peneliti adalah memetakan struktur bahasa yang muncul saat orang tua berbicara dalam kegiatan bernuansa numerasi, untuk melihat apakah percakapan umum, percakapan terkait angka, dan kosakata matematika merupakan faktor berbeda yang masing-masing memiliki kaitan dengan kemampuan akademik tertentu. Kegiatan yang diamati meliputi membaca buku cerita tanpa teks bertema membuat kue, bermain gim berbagi, dan menyelesaikan puzzle pencocokan angka.

Salah satu temuan penting adalah orang tua menggunakan berbagai istilah kuantitatif di luar kata bilangan saat membicarakan jumlah. Istilah ini berbeda dari kata angka karena dipakai untuk menggambarkan jumlah secara tidak presisi (misalnya beberapa), membandingkan jumlah (misalnya paling banyak), atau meminta anak mendeskripsikan jumlah (misalnya berapa banyak). Sebaliknya, kata angka dipakai untuk menghitung atau memberi label jumlah secara presisi.

Temuan lain menunjukkan bahwa dalam aktivitas bermain yang berhubungan dengan matematika, orang tua dari anak dengan kemampuan numerasi lebih tinggi seperti menghitung, mengenal angka, hingga penjumlahan sederhana cenderung menggunakan kosakata umum yang lebih beragam. Sedangkan orang tua dari anak dengan kemampuan numerasi lebih rendah lebih sering memakai istilah kuantitatif.

"Ini menunjukkan bahwa secara spontan orang tua menyesuaikan pilihan kata untuk mendukung kebutuhan anak. Anak dengan kemampuan numerasi lebih rendah mungkin mendapatkan lebih banyak paparan istilah kuantitatif untuk membantu mereka menyelesaikan tugas matematika," jelas King.

Menurut King, temuan ini memperlihatkan bahwa istilah kuantitatif memiliki peran khusus sekaligus melengkapi penggunaan kata angka. "Para orang tua dalam studi ini menggunakan 38 istilah kuantitatif berbeda, yang membuka banyak kesempatan bagi anak prasekolah untuk mengenal bahasa yang kaya dalam membahas konsep matematika," paparnya.

Ia menambahkan bahwa temuan ini dapat membantu guru PAUD mengidentifikasi kosakata matematika yang sudah anak dapatkan di rumah sehingga bisa dikembangkan lebih jauh di kelas.

Studi ini juga membuka agenda penelitian berikutnya. "Riset selanjutnya perlu menelusuri hubungan antara paparan awal terhadap istilah kuantitatif dan perkembangan matematika anak di kemudian hari. Studi kami belum bisa menjawabnya karena tidak mengikuti perkembangan keluarga secara longitudinal," pungkas King.



Simak Video "Video Wamendikdasmen: Belum Ditemukan Kecurangan pada Ujian TKA"

(pal/pal)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork