Program makan bergizi gratis tak hanya ada di Indonesia melainkan di negara-negara maju seperti Amerika Serikat, China, hingga Singapura. Dalam pelaksanaan program ini, peran ahli gizi memiliki peran sangat penting. Kenapa?
Menurut laporan World Food Programme (WFP), China sukses mengurangi kemiskinan dan kelaparan di negaranya. Salah satu yang dilakukan yaitu program makan bergizi terutama untuk daerah pedesaan atau wilayah dengan kemiskinan ekstrem.
Dalam pelaksanaannya, China memiliki 'pusat keunggulan' untuk memfasilitasi dan menekankan pentingnya dialog kebijakan, pelatihan teknis, penempatan ahli, penelitian kebijakan, penguatan kapasitas, hingga kemitraan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di Indonesia sendiri, Pakar Gizi dari Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FK-KMK) UGM, Dr Toto Sudargo, SKM, M Kes, mengatakan program Makan Bergizi Gratis (MBG) akan berjalan efektif ketika melibatkan ahli gizi dalam setiap lini perencanaan dan pelaksanaan.
"Jangan menggunakan orang yang bukan ahli gizi karena tidak tahu bagaimana menyusun menu dari bahan mentah sampai ke mulut konsumen," ungkapnya, dikutip dari laman resmi UGM.
Pentingnya Hasil Penelitian dan Data
Di Amerika Serikat, undang-undang untuk makan siang gratis menjadi pilar penting. Puluhan negara bagian di AS membentuk koalisi untuk mencapai tujuan meningkatkan jumlah anak yang bisa sarapan gratis.
"Sarapan gratis universal telah diterapkan sejak 2014. Program ini langsung berhasil, dan meningkatkan jumlah anak yang sarapan bersama kami," ujar ahli gizi terdaftar Casie Maggio, manajer program pendidikan dan pelatihan gizi di Broward County Public Schools, distrik terbesar keenam di Amerika Serikat, seperti dikutip dari University of Illinois Urbana-Champaign.
Karena beragamnya kondisi di setiap daerah, setiap distrik dan negara bagian di AS memiliki proses yang berbeda dalam implementasi program. Namun, secara umum memiliki kesamaan yakni kolaborasi, kegigihan serta banyaknya hasil penelitian dan data yang menjadi faktor terpenting.
Bahkan, untuk mengeluarkan undang-undang tentang makanan gratis di sekolah, sebagian wilayah membutuhkan waktu empat tahun. Pihak pemangku kebijakan dan yang berwenang, membutuhkan waktu untuk melakukan penelitian dan pengumpulan data.
Proses riset oleh ahli sebelum pengesahan undang-undang bertujuan untuk membuktikan bahwa program akan bisa mengurangi kelaparan anak sekaligus menghasilkan hasil yang lebih baik bagi siswa dan bahkan meningkatkan perekonomian pertanian lokal.
Dialog Nutrisi
Alih-alih langsung menerapkan program dan meloloskan undang-undang dengan cepat, UNESCO melaporkan bagaimana "dialog gizi" penting sebagai inisiasi yang diperlukan. Dialog ini bertujuan untuk mendengar dan memperkuat suara mereka yang paling berisiko mengalami malnutrisi, terutama anak-anak dan perempuan.
Salah satu temuan dialog, yakni isu kelaparan dan malnutrisi yang meluas di kalangan anak usia sekolah. Kekurangan gizi ini telah berdampak langsung pada kemampuan anak-anak untuk berkonsentrasi, belajar, dan berprestasi di sekolah.
Maka itu, UNESCO mencatat penting untuk adanya kolaborasi antara pemerintah, LSM, serta sektor swasta, terutama untuk meningkatkan program makanan sekolah yang berkualitas tinggi di pedesaan. Dalam hal ini, pihak sekolah harus memastikan makanan bergizi, beragam, dan teratur.
"Anak-anak disarankan untuk membatasi makanan olahan yang tidak sehat di lingkungan sekolah," catat UNESCO.
Selain itu, sangat penting untuk meningkatkan pengetahuan gizi masyarakat. Dalam hal ini peran ahli gizi menjadi krusial dalam sebuah program makan bergizi gratis.
Sosialisasi harus terus membahas keyakinan budaya dan kesadaran gizi. Menurut UNESCO, pendidikan juga harus berbasis komunitas, dalam bahasa lokal, dan berfokus pada pangan lokal.
Target Gizi yang Harus Tercapai untuk Anak
Dengan keseriusan pelaksanaan program, dampak akan terlihat pada anak-anak sekolah. Studi yang terbit di Jurnal Frontiers pada 22 Mei 2025 menyebut, program peningkatan gizi di China atau NIP, telah memberi dampak pada pendidikan anak-anak di pedesaan.
Menurut studi program telah berhasil meningkatkan nilai matematika dan bahasa anak-anak pedesaan. Selain itu, juga meningkatkan tingkat kelulusan untuk bahasa dan matematika serta menaikkan tingkat pendaftaran ke jenjang sekolah menengah atas.
Studi ini menunjukkan bahwa program nasional peningkatan gizi di China berhasil memberi dampak signifikan. Hal ini terutama dalam meningkatkan hasil pendidikan bagi kelompok rentan, seperti anak kecil, mereka yang tinggal di sekolah berasrama, dan anak-anak dari keluarga miskin.
(faz/pal)











































